Chapter 32

1184 Words
Malam bertamu, sepasang anak yang tidak semuanya manusia itu tengah duduk di sofa ruang tamu rumah Alan. Ya, bukan sepasang anak manusia karena ada Future di sana. Yang notabennya adalah robot mirip manusia. Meskipun, kadang Alan juga masih kepikiran soal perkataan Future waktu itu, yang katanya dia lahir dari rahim manusia. Tapi tidak mau terlalu Alan ambil pusingkan, karena bisa saja itu adalah salah satu data rekayasa yang menciptakan Future. Atau mungkin ada maksud lain karena Future dibuat di tahun 3038. Yakni seribu tahun kemudian. Dan di sanalah mereka yang sibuk dengan kegiatan masing-masing. Jika Alan terpantau sibuk dengan papan dipenuhi kabel-kabel beserta obeng berukuran dari yang keil sampai yang besar, juga buku-buku menumpuk memenuhi lantai. Di sebelahnya, Future justru terlihat sedang duduk diam dengan mata yang sesekali menginput apa pun yang ada di dekatnya. “Alan, buku ini adalah cetakan yang ke-100 dari penulis aslinya. Dan sudah terjual habis sebanyak 600 ribu copy dalam empat tahun terakhir,” oceh Future. Seperti itu misalnya, Future yang menginput semua barang-barang di dekatnya. “Wow! Berarti buku ini sangat laris kalau begitu.” Alan menanggapi. Keduanya tidak banyak bicara hanya Future jika menurutnya Alan perlu tahu. “Ngomong-ngomong Future, bagaimana dengan signal yang kemarin terbaca di perangkatmu. Kau bisa menemukannya?” “Tidak tahu, Alan. Sistemnya sangat sulit ditembus. Tapi ada nomor seri yang terletak di Belanda sebagai alamatnya. Jadi aku akan terus mencari tahunya.” Alan mengangguk setuju. “Iya betul, memang seperti itu seharusnya.” Alan kembali melanjutkan kegiatannya merangkai susunan kabelnya. Oh ya, mengenai robot yang akan ia presentasekan Alan sudah mendapatkan konsepnya. Ia hanya tingga menunggu Andrew datang dan sharing dengan temannya itu. Ya, Andrew adalah andalannya selama bekerja di Doujav Corp. Terlepas dari sikap kadalnya yang menyebalkan Andrew bukanlah sembarang laki-laki yang suka bergonta-ganti pasangan saja. Itu hanya triknya untuk mendapatkan ide-ide baru. Ingat dengan sketchnya yang selalu Andrew nomor satukan selama ini? Yap! Rencananya kadal air itu juga akan meluncurkan robot buatannya secepat mungkin. Kreak ... Blam! “Hai guys ... aku datang!” Pintu utama terbuka, menampilkan Andrew yang datang dengan ransel besarnya juga hodie dan mantel ala-ala penduduk luar negeri yang sedang musim dingin. Alan dan Future menoleh bersamaan. “Hai Andrew, selamat datang.” Future menyahuti . Berbeda dengan Alan yang hanya diam saja tak merespon apa pun. Segera Alan alihkan pandangannya dari temannya itu, dan kembali melanjutkan kegiatannya. Baru saja dipikirkan sudah nongol langsung orangnya. Sepertinya mereka memang punya ikatan batin yang kuat ya. Sangat cocok sekali menjadi sahabat yang mengerti baik satu sama lain. “Hei, Bro. Gimana buku, aman?” tanya Andrew begitu mendaratkan bokongnnya di sebelah Alan. “Aman. Tuh.” Alan menunjukkan dengan bantuan dagunya sebab ia masih fokus pada pekerjaannya. “Wow! Apa ini? Robot buatan Alan George Ferdian sudah selesai ya?” Mata elang Andrew berbinar-binar melihat sketsa di buku Alan. Andrew juga memperhatikan setiap detail dari dasar-dasar rancangan dan rangkain tubuh untuk robot sahabatnya nanti. “Ini masih lima puluh persen, sisanya aku ingin pendapatmu,” ucap Alan. Yang membuat Andrew sontak saja membelalakkan matanya. “Pendapat bagaimana? Jelas-jelas kau lebih unggul dariku,” sahut Andrew cepat. “Tapi kau lebih mengerti sistem robotics dan kode-kode apa yang sekiranya mampu memaksimalkan kinerja robotnya nanti, And.” Dan Alan yang tidak mau kalah. Andrew terdiam sesaat, ia mengamati baik-baik bagaimana sketsa kasar yang Alan buat. Ia juga sedang berpikir apa yang baiknya mereka unggulkan dan yang tidak perlu terdapat dalam robot. “Kalau maumu, kau ingin robot ini nantinya lebih ke bagian apa?” “Multifungsi, sebuah robot yang bisa melakukan segalanya. Todak hanya tugas rumah tapi juga tugas sekolah, dan data analysis.” “Data analys yang seperti apa menurutmu, Al? Data analys itu banyak artiannya secara umum. Dan secara garis besar juga data analys itu mencakup hal-hal yang kompleks.” “Yang waterproof, maksuddnya tidak akan berdampak apa pun jika terkena air. Segala bidang ia kuasai. Well, mungkin kedengarannya sangat tidak tahu diri mengingat aku yang masih pemula dan selaras dengan ampas kelapa ini.” Andrew memutar bola matanya malas, “Waterproof, bahkan ponsel pun sudah ada yang tahan air lebih baik dari benda lainnya. Ponsel juga serba tahu dan serba bisa karena memiliki mesin pencarian yang hebat.” Benar, Alan paham. Dan dia juga sudah memikirkan hal ini sebelumnya. “Sama, And. Aku juga berpikir begitu. Dan kalau kau mempunyai referensi yang lebih bagus, aku menerima semua masukanmu.” “Alan, kenapa kau harus berpikiran kalau robot yang bagus itu adalah robot yang bisa melakukan semuanya?” Suara Future menginterupsi pembicaraan dua sahabat di sana. Andrew yang mengerti dengan maksud perkataan Future pun mengangguk perlahan. “Begini, kita bisa membuat sebuah robot yang cerdas dan multifungsi tanpa harus menghilangkan ciri khas tertentu dari si penciptanya. Aku juga diciptakan oleh seorang profesor yang memiliki ciri khusus padaku.” “Bagaimana menurutmu, Alan?” Andrew ikut menanyakan hal yang kiranya menjadi kekhawatiran sang sobat. “Sejauh mana keberhasilan jika kemampuan robot yang kuangkat itu bukan dari sistem yang unggul?” “Kau sudah selesai menyusun rangkaian sistemnya, Al?” Ini Andrew yang bertanya. “Sudah.” “Secara keseluruhan?” “Secara keseluruhan,” jawab Alan lagi. Membuat Andrew mengangguk-snggukkan kepalanya. Ternyata Alan memang cukup kompetitif, padahal ia bekerja bukan semata-mata hanya untuk pemasukkan atau nama baik sendiri. Tapi juga menjaga nama baik perusahaan. Bertahun-tahun berteman dengan Alan, banyak sedikitnya Andrew tahu pemikiran Alan. “Oke, jadi tolong jelaskan sejelas-jelasnya bagaimana sistem dan media yang sudah kau gambarkan. Mulai dari kerangka awal sampai pada kegunaannya. Aku akan memberi saran setelah kau selesai dengan penjelasanmu. Begitu juga Future, kita harus mendengarkan skema dari penciptanya terlebih dahulu kan?” Di sebelahnya, Future mengangguk setuju. “Benar, Alan. Selain itu sistem input dan media lainnya akan lebih mudah terdeteksi jika penciptanyalah yang melakukan demo terlebih dahulu.” “Oke, akan aku jelaskan,” kata Alan pada akhirnya. Alan maju ke depan, berpindah duduknya dari di sofa menjadi lesehan di lantai. Kemudian ia menyingkirkan semua barang-barangnya yang menumpuk di sana. “Pertama, alih-alih robot aku lebih memikirkan jenis perangkat lunak yang bisa membantu banyak orang. Mengenai fisik mungkin akan sejenis benda-benda, bisa beroda atau tidak. Smart body for scanning, aku menyiapkan ...” Dan seterusnya. Benar-benar Alan jabarkan sedetail mungkin tanpa tertinggal satu penjelasan pun. Hingga hasil dari diskusi tersebut membuahkan hasil. Baik Future maupun Andrew mereka menyampaikan masukkan masing-masing yang Alan terima dengan baik. Terutama Future, kedua lelaki di sana sampai tercengang dengan ide-ide yang Future cetuskan. Seolah mematahkan ketidakpercayaan mereka dari awal kalau dirinya bukanlah robot. Kini, Future menunjukkan kecerdasannya yang sesungguhnya. Dan membuat Alan serta Andrew berdecak kagum. Namun, euforia senang dan bahagia ketiganya terdistraksi oleh suara ketukan dari luar. Seseorang berada di depan pintu utama. “Aku saja yang buka,” ucap Andrew. Kemudia lekas berdiri dan menuju pintu untuk membukanya. Ketika daun pintu tersebut terbuka, bukan Andrew orang yang pertama kali menyebut nama gerangan yang datang berkunjug ke rumah Alan. Melainkan Future lah yang berucap dengan cepat. “Clava, 19 tahun.” Yang membuat tamu mereka sontak saja menatap ke arah Future dengan pandangan yang sulit diartikan. ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD