Lepaskan Putraku

1194 Words
Wajah Layla menjadi lebih pucat dari sebelumnya. Dia meremas-remas ujung bajunya. "Tapi Bu, yang lain juga ada yang memiliki anak setelah 4 tahun, kita hanya harus bersabar, aku pasti hamil dan memberikan ibu cucu." Annette melotot mendengar ucapan Layla. Dia berkata dengan marah. "Kesabaran apa yang kamu maksud? Aku sudah bersabar selama tiga tahun ini dan kamu memintaku untuk bersabar selama satu tahun lagi? Aku yakin Layla, tidak ada satupun menantu yang tidak masuk akal sepertimu." "Bu...." Annette melambaikan tangannya menghentikan ucapan apa pun dari Layla yang tidak ingin dia dengar, setelah berdebat selama bertahun-tahun dengan Layla, Annette mengerti Layla ini memiliki kepala batu, segala macam keluhannya tidak pernah didengar. "Layla, ini sudah kemurahan hatiku yang aku berikan. Aku sudah menunggu selama tiga tahun, tetapi pernikahanmu dengan putraku tidak memberi manfaat apa pun. Kamu juga pasti merasakannya, putraku juga acuh padamu dan dia jelas tidak menyukaimu. Sedari awal pernikahan ini juga tidak masuk akal, kamu bukan pengantin wanita yang putraku inginkan juga bukan menantu yang aku setujui. Seharusnya saat itu aku menghentikan putraku. Tidak peduli bagaimana putraku berbicara seharusnya aku tidak membiarkannya menikahi mu. Seharusnya aku membiarkan keluarga kami menanggung malu karena batal menikah. Aku tidak mengerti mengapa dia memilihmu yang tidak memiliki apa-apa, aku bahkan tidak tau sihir macam apa yang kamu gunakan untuk merayu putraku. Putraku bukan seorang pemberontak tetapi dia berani menikahi mu tanpa persetujuanku. Layla, aku adalah ibunya dan Lucas adalah putraku. Aku mengenalnya dengan baik, jika dia menyukai sesuatu dia akan memandangnya dengan mata berbinar, tetapi aku tidak melihat mata itu saat dia menatapmu. Dia tidak pernah mencintaimu. Tidak sekalipun, jadi berhentilah menjadi beban dan lepaskan putraku." Annette berhenti sejenak, dia menyipitkan matanya menatap wajah pucat Layla, kegelisahan, kebingungan terlihat jelas di sana. Sudut bibir Annette berkedut. Dia kembali menekan Layla agar setuju bercerai dengan putranya. "Kamu juga bukan wanita bodoh Layla, kamu pasti tau dan kamu paham bahwa jika dia mencintaimu, dia tidak akan membiarkanmu merayakan ulang tahun pernikahan sendirian setiap tahun. Dia tidak akan melupakan hari ulang tahunmu, tidak akan mengabaikan mu juga tidak peduli apa kesibukannya, dia pasti pulang ke rumah. Tetapi lihat dan sadari kenyatannya. Dia tidak di sini dan tidak peduli padamu. Coba pikirkan kapan terakhir kali dia pulang, jika aku benar itu sudah dua Minggu yang lalu. Dan dimana dia tinggal selama dua Minggu itu? Kamu bahkan tidak tau. Jadi berhentilah Layla, berhentilah dari peran istri yang tidak berguna ini. Semua ini juga demi kebaikanmu. Biarkan putraku menikah dengan wanita lain yang dia cintai. Aku akan mendapatkan cucu dan kamu bisa mencari pria lain yang setara denganmu. Dengan begitu semua orang menjadi senang." Melihat Layla yang terdiam kaku, Annette yang tidak sabar menjadi kesal. "Aku lihat tukang kebun di depan komplek juga cocok denganmu, dia selalu melirik mu setiap kali kamu lewat, dia mungkin pria tua yang botak tetapi dia pasti menyukaimu. Terlepas dari status jandamu nanti dia pasti akan menerimanya. Karena itu Layla, hiduplah ditempat dimana kamu seharusnya tinggal, ditempat dimana kamu diterima tetapi itu bukan di sini. Aku tidak pernah menyambut mu!" Mengakhiri kata-kata itu, Annette berbalik dan berjalan pergi, tetapi kemudian dia menghentikan langkahnya, dia berbalik menatap Layla yang masih duduk di lantai. "Layla, dalam hidup kadang-kadang kita perlu bercermin, beberapa kali kamu juga perlu berbalik arah dan jangan memaksakan dirimu jika tidak cocok. Seperti kamu yang berusaha selama tiga tahun ini, apa pun yang kamu lakukan pada kenyatannya kita tidak cocok. Aku bisa menahannya selama ini tetapi kesabaranku memiliki batas. Sekarang, aku memberimu waktu terakhir untuk melepaskan putraku dan mengingat kamu yang sudah menjadi menantuku selama tiga tahun ini, aku akan memberimu sedikit kompensasi. Jadi segera putuskan." Rentetan kata-kata Annette menusuk tepat di hati Layla membuat Layla bahkan tidak dapat berkata-kata. Dia membeku di tempatnya duduk, matanya yang berwarna biru menatap punggung ibu mertuanya yang perlahan menjauh, tangannya di bawah bergetar menahan gejolak emosinya. Lusi yang masih berdiri di tempat yang sama, tersenyum menatap ekspresi terluka Layla, dia mencondongkan tubuhnya untuk berkomentar. "Layla, jika kamu menginginkan seorang pria untuk menaikan statusmu aku bisa membantumu mencarinya. Atau jika kamu ingin mendapat pekerjaan dengan gaji besar, aku juga bisa membantumu. Kamu tidak perlu lagi bekerja di tetangga untuk membuat kue dan ibumu juga tidak perlu lagi menjadi buruh cuci, kehidupan miskin mu akan sedikit terangkat. Dengan wajahmu yang seperti ini tidak sulit untuk menjadi simpanan orang. Mereka pasti menyukai wanita yang patuh dan penurut sepertimu. Wajahmu yang kusam tinggal dipoles sedikit agar menarik, setidaknya aku jamin seorang pria tua akan tertarik padamu." Layla mengangkat kepalanya menatap Lusi. Hatinya berdebar dengan kemarahan. "Apa maksudmu? Aku tidak menjual diriku." Lusi menarik kembali dirinya, dia mencibir kepada Layla yang bersikap arogan dan sok suci. "Aku hanya kasihan padamu dan berniat membantumu. Meskipun nantinya kamu akan bercerai tetapi kamu pernah menjadi iparku. Aku memberimu solusi cepat agar kamu kaya tetapi kamu menolak. Di zaman ini mencari uang bukan hal yang mudah, apalagi kamu tidak memiliki pendidikan yang memadai, menurutmu perusahaan mana yang mau merekrut pengecut sepertimu? Kamu memiliki wajah yang lumayan menarik, maka gunakan saja wajahmu untuk merayu pria kaya. Bukankah kamu juga melakukannya untuk merayu kakakku? Jika tidak, tidak mungkin kakakku mau menikahi wanita rusak sepertimu. Kita lihat saja, aku yakin tidak lama lagi kamu akan datang padaku dan memohon agar aku mengenalkan mu pada pria kaya." Dengan kalimat itu Lusi melenggang pergi dan menyusul ibunya. Layla menatap kepergian Lusi dengan tatapannya yang rumit. Perasaan marah, kesal, sedih bercampur menjadi satu. Matanya berkaca-kaca, dia menengadah ke atas menahan air matanya agar tidak terjatuh. Hinaan dan celaan sudah seperti makanan sehari-hari. Tetapi bercerai.... meskipun suaminya mengabaikannya, dia tidak memiliki keinginan untuk bercerai. Di kamar, Lusi mengeluh kepada ibunya. "Bu, semakin hari aku semakin tidak tahan melihat Layla. Dia membuatku kesal bahkan jika aku hanya menatap wajahnya. Ini sudah tiga tahun, sampai kapan aku harus menahan memiliki ipar seperti dia?" Annette yang hendak membaringkan dirinya di atas kasur, kembali terpancing emosinya. "Tunggu saja sebentar lagi, bagaimanapun caranya, aku akan membuatnya bercerai." "Huh, Ibu tidak tau bagaimana malunya aku setiap kali temanku berbicara, mereka mengatakan kakak menikah dengan wanita yang sia-sia. Kakak pria sempurna, seharusnya aku memiliki ipar seorang selebriti atau wanita kaya dari keluarga terhormat. Mengapa aku memiliki ipar seperti Layla?" Mendengar keluhan putrinya secara terus-menerus, Annette yang kesal menjadi semakin kesal. Wajahnya merah dan darah mengalir ke kepalanya. Dia juga ingat teman-temannya selalu pamer mengatakan menantu mereka hebat, tidak hanya cantik tetapi juga sangat baik. Mereka diberi uang dan pakaian mahal setiap bulan. Lalu, mereka akan bertanya padanya apa yang Layla berikan untuknya. Pada saat itu dia hanya bisa menekan amarahnya. Mereka jelas mengolok-oloknya. Annette segera mengambil ponselnya, dia mencoba menghubungi Lucas untuk mengeluh padanya. Ketika panggilan tersambung, dia buru-buru berbicara. "Lucas, ini istrimu sangat tidak dapat diandalkan. Tidak hanya malas, dia sekarang bersikap boros, dia memasak begitu banyak makanan bahkan membuat kue dengan bahan yang mahal. Kita di rumah hanya berempat dan ayahmu belum kembali. Siapa yang akan memakan makanan begitu banyak? Pada akhirnya makanan itu menjadi sia-sia. Kamu tau sendiri, keuangan keluarga kita tidak bagus. Jadi, jika bisa tolong katakan pada Layla untuk jangan bersikap boros. Ibu dan Lusi sudah tidak tau bagaimana harus berbicara. Layla ini keras kepala dan tidak mau mendengarkan."
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD