Bagian 2

984 Words
Nana melambaikan tangannya ke mereka bertiga yang mengendarai motor masing- masing. Mereka pulang terlebih dahulu dari Nana. "Mba Na balik yo." Pamit Gina tak lama Elly dan terakhir Yuni. Setelah mereka pergi senyum Nana memudar ia menghirup udara dengan pelan berjalan menuju gedung A. Kebanyakan ia melihat anak fakultas lain dari K3 yang berlalu lalang dengan seragamnya bewarna merah. Kenapa Nana tidak memilih K3 saja? Nana tidak memiliki basic untuk bekerja di lapangan atau proyek- proyek tambang. Dikalimantan ini masyarakatnya kebanyakan bekerja di dunia migas, tambang batu bara, sawit dan masih banyak lagi. Nana melewati celah dan langsung menuju lift yang tadi. Nana memeluk bukunya dengan satu tangan didada dan tangan kirinya menekan tombol lift untuk menuju lantai sembilan. Lantai ini di khususkan untuk perpustakaan. Ting... Pintu lift terbuka Nana segera masuk dan menutupnya. Lift ini memiliki dua sisi yaitu outdoor dan Indoor depan belakang lebih tepatnya. Nana menatap dari kaca lift bergerak tak lama lift berhenti tepat dilantai empat. Ting Dua orang pria dan satu wanita masuk. Nana otomatis mundur memberi ruang untuk mereka. "Ini kelantai mana ya?" Tanya salah satu dari mereka, Nana mengetahui kalau ini adalah Dosen dari fakultas matematika. "Perpus pak." Jawab Nana. Hidung Nana langsung menghirup aroma parfum dari pria yang berada di depannya. Harum ini yang dikatakan anak-anak tadi. "Oh jadi ini maksud dari mereka baunya." Kata Nana dalam hati. Tak lama mereka sampai dilantai sembilan. Nana keluar begitupun dengan mereka semua. Nana langsung menuju komputer untuk mendaftar NPM (nomor pokok mahasiswa) Nana mengetik 12106011 setelah itu ia berdiri dan memasukan tasnya ke dalam loker, sebelum itu ia mengeluarkan tab, hp, charger dan juga earphone. Nana memilih loker bernomor 23 dan memasukan tasnya disana setelah itu menguncinya. "Ini adalah perpustakaan kita Pak, disini mahasiswa bisa mencari informasi tentang universitas maupun global." Nana mendengar percakapan orang tadi. "Saya dulu kuliah, ke perpustakaan jadi tempat tidur, dipojokan." Katanya dan mereka langsung tertawa Nana hanya tersenyum ia menengok sedikit yang membuat lelucon itu pria berbadan tinggi besar dan berkemeja hitam namun hanya sekilas setelah itu ia masuk ke area perpustakaan. Nana langsung tersenyum setidaknya disini ia bisa membaikan moodnya melihat rak- rak buku, ruangan yang dingin terutama pemandangannya. Dindingnya semua dari kaca hingga kita bisa melihat pemandangan laut selat makassar dan juga gedung mall dan apartemen dari sini. Nana duduk di kursi yang menghadap kaca ia mulai memasang earphone di tab dan memutar lagu dari youtube, setelahnya ia merileksasikan dirinya sambil menerka- nerka (oh itu gedung BSB, itu Apart dibelakang plaza Balikpapan, atau Oh itu hotel) seperti itulah kira- kira pikiran Nana. Bagaimana sih persaan kalian jika apa yang kita impikan sudah terwujud tapi rasanya bukan seperti ini dalam artian "rasa" seperti dikatakan tadi ia merasa hampa dan kosong. Nana memiliki satu impian yaitu ingin memiliki toko dan karyawan, ia ingin juga menjadi selebgram dan berteman dengan wanita- wanita pengusaha di Kalimantan. Dengan basicnya menjadi seorang pengarang rasanya tidak mungkin, alasan Nana masuk jurusan ini bukan untuk menjadi seorang guru melainkan untuk mengasah bakatnya di dunia literasi. "Huft." ** 15:23 wita Nana sudah pulang dari kampus, sebelum sampai rumah ia sempat mampir kepasar untuk membeli sayur dan tempe. Suaminya itu tadi memberinya pesan singkat melalui watsapp untuk membuatkannya bekal yaitu nasi dan tumis kangkung campur tempe. Jalanan pasar sepinggan mulai padat jika sudah sore apalagi jika jam lima atau empat dimana karyawan kantoran pulang. Nana mengembuskan nafasnya lega setelah keluar dari pasar ia membawa motornya leluarsa dijalan raya hingga menuju kerumah. Sesampainya dirumah ia membuka pagar dan masuk bersama motornya hingga dihalaman. Nana membuka kaca helm dan menurunkan standar, sebelum masuk kerumah ia menutup pagar kembali dan masuk kerumah dengan belanjaan ditangan. Nana lega saat masuk kerumahnya walaupun sepi sekali. Nana melepas sepatu dan helmnya setelah itu meletakan belanjaan didapur. "Langsung masak apa enggak ya." Kata Nana kediri sendiri soalnya nanggung kalau mau kekamar. Nana menghembuskan nafasnya ia mencuci kedua tangannya di wastafel cucian piring. Sebaiknya ia langsung masak saja. Nana mengeringkan tangannya ia mengikat rambutnya dan memakai celemek. Nana mengambil sayur itu dan membersihkannya, memotongnya satu persatu setelah selesai ia tidak langsung mencucinya melainkan merendamkan sayur itu dengan garam dan air lalu dibiarkan sebentar. Selagi terendam ia mengupas bawang merah dan putih serta cabe, setelah bersih ia mencucinya dan meletakannya di cobek. Ia mengulak bumbu itu tak lupa di bagian akhir ia campurkan tempe. Tempenya di haluskan bersama bumbu tadi. Nana menepuk keningnya ia lupa untuk meletakan terasi. Ia segera mengambil terasi dan memberikannya disana. Bumbu sudah, Nana kembali ke sayur mengacaknya dan mengangkatnya untuk diletakan kewadah dengan air yang bersih. Lihatlah air bekas rendaman garam itu terlihat butek dan kotor sekali. Nana mencuci sayurnya lebih dari tiga kali setelah itu selesai. Nana mengambil wajan, sutil dan diletakan diatas kompor. Ia menyalakannya dan menuangkan minyak kedalam situ, setelah minyaknya panas ia mengambil bumbu tadi untuk di oseng terlebih dahulu. Setelah wangi ia langsung menuangkan sayur itu dan mengaduknya hingga matang tapi jangan lupa sama bumbunya. *** Pras melepas sepatu safetynya setelah sampai dirumah. Ia masuk kedalam dan langsung menuju kamar untuk bertemu dengan istrinya. "Cantik." Panggil Pras dan tak lama kemudian Nana muncul dari balik pintu kamar mandi dengan handuk merah muda. "Waw cantiknya istriku." Pujinya sambil mengayunkan jajanan kesukaan Nana. Nana sangat menyukai lekker dengan rasa keju s**u. Pras meletakan makanan itu di meja setelah itu mendekati Nana dan memeluknya. "Ayang..." kata Nana sambil mencoba lepas. Pras tertawa ia melepas handuk Nana dan membawanya ke kasur. "Keluarin sekali dulu." Katanya penuh dengan maksud. Pras membuka pakaian kerjanya. Nana menghembuskan nafasnya dan tersenyum. "Mandi dulu baru dapat kalau enggak aku tidak mau." Jawab Nana. "Nanggung yang." Katanya. "Bau yang. Mandi sana..." "Nanti kalau aku kepuhunan gimana kepeleset dikamar mandi terus mati, jadi janda kamu." "Haha gak lah, sana Mandi." Nana bangun ia memakai handuk. Pras memanyunkan bibirnya dan masuk ke kamar mandi. "Jangan kemana- mana ayang. Jangan pake baju." Katanya, lihatlah sangat lucu sekali suaminya ini. "Iya sayang." Jawab Nana.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD