Opening

202 Words
Seorang manusia yang baru lahir diibaratkan sebuah kertas putih yang masih bersih dan tentu saja kosong. Apa jadinya manusia itu kelak, tergantung bagaimana goresan tinta di masa kecil. Masa kecil, remaja, hingga dewasa akan saling berhubungan hingga masa tuanya. Seorang anak yang tumbuh di tengah-tengah orang-orang tanpa hati nurani dan tak mendapat didikan kebaikan dari orang tuanya menjadi seorang pemuda angkuh tak berperikemanusiaan. Membunuh, bermain wanita, minuman keras, dan politik hitam adalah favoritnya. Hingga ia menjadi seseorang yang sangat diperhitungkan dalam hiruk pikuk kelicikan hidup. Ia menjadi semakin bengis dan semaunya sendiri. Darah, air mata, tangis histeris bukanlah hal yang perlu dianggap serius. Apa yang ia suka, ia lakukan. Siapa yang menentangnya akan berakhir mengenaskan. Harta, kekuasan, wajah yang rupawan menjadi pemikat wanita di sekitarnya. Banyak wanita yang rela melemparkan diri ke pangkuannya dengan cuma-cuma. Tak peduli jika semua orang mengatakan dia pria kasar, egois, tak punya hati atau yang lain. Wajah bak malaikat itu menutup sempurna apa yang ada di belakangnya. Hingga seorang gadis baik hati diseret dalam hidupnya yang penuh kekejaman. Membuat rasa empati dalam diri pria itu tumbuh perlahan. Bukan perkara yang mudah bagi keduanya menyamakan frekuensi karena satu sisi menolak dan sisi lain yang memaksa. Vommentnya dulu plis
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD