04-MEET

1164 Words
Happy Reading  Nay menggeliat malas karena ponselnya berdering tiba-tiba. Belum genap 2 jam ia tertidur dan sekarang tidur nyenyaknya harus diganggu. Gadis itu mendapati jam menunjukkan pukul sebelas malam. Ia menggerutu dan mengatai siapa pun yang menghubunginya mugkin sudah gila. Nay kembali menatap layar ponselnya yang tadi berhenti berdering sebentar karena ia tak segera menerima panggilan dan kini kembali berdering. Semakin ingin memaki karena mendapati nama Nadia menghiasi layar ponselnya. "Ya! Kau mabuk lagi?" tanya Nay malas. Bukan Nadia, Nay mendapati suara seorang bartender mengatakan Nadia mabuk parah dan meminta Nay menjemputnya. Nay menyibak selimutnya dengan kesal lantas kembali melihat ponselnya, berpikir mungkin sebaiknya ia menghubungi Delon agar ia tak mati ketakutan karena keluar larut sendirian. Nay membuka pesan dari nomor Nadia yang memberinya alamat club yang saat ini didatangi. Tak terlalu jauh dari rumahnya. Kemudian Nay melakukan panggilan ke nomor Delon. Suara operator yang memberitahukan nomor Delon sedang tidak aktif membuat Nay mendesah kecewa. Gadis itu buru-buru memakai jaketnya yang paling tebal dan memilih sneakers. Tak lupa ia juga menyambar dompetnya sembari menggerutu keluar dari rumah. 15 menit kemudian Nay sampai di George Club dengan taksi. Tempat itu sangat ramai pada tengah malam. Tentu saja! Di tempat ini pasti banyak kelelawar yang sedang bersenang-senang. Nay mengeratkan jaketnya agar tak ada bagian tubuhnya yang dapat menarik mata-mata nakal. Sungguh, Nay tak menyukai tempat seperti ini. Ia memasuki tempat itu dengan ekspresi kesal yang tak perlu repot ia sembunyikan dan mencari keberadaan Nadia. Nay bersumpah akan minta ganti sepuluh kali lipat dari biasanya pada Nadia besok. Err ... Nay tak rela kulitnya bersenggolan dengan orang-orang mabuk ini. Jika bukan karena Nadia, ia tak akan mau masuk ke tempat laknat ini. Nay mendekati meja bar dan bertanya pada bartendernya. "Permisi, club ini tadi menghubungiku untuk menjemput teman wanitaku. Di mana dia sekarang?" "Apa teman Anda Nona Nadia?" "Benar." "Dia sudah pergi bersama seorang pria bernama Nathan baru saja. Dan pria itu berpesan untuk Anda tidak usah khawatir dengan Nona Nadia. Dia akan mengantarnya pulang. Sepertinya tadi pria itu sudah mencoba menghubungi Anda tapi nomor Anda katanya tidak aktif." Nay segera mengambil ponselnya di saku dan benar saja, ponselnya mati. "Ah bodoh! Kenapa bisa mati!" Nay mengucapkan terima kasih lalu berusaha keluar dari tempat itu dengan cepat. Tak hentinya bibir gadis itu mengumpati Nathan yang sudah mencampakkan Nadia dan mengumpati Nadia yang sangat bodoh karena tetap mencintai seorang Nathan Dominick setelah dikhianati berkali-kali. Nay langsung meringsut di antara kursi terdekat saat mendengar suara tembakan yang telontar beberapa kali saling menyahut. Seketika keadaan di dalam club menjadi kacau karena suara peluru yang beberapa kali ditembakkan itu mengenai benda dari kaca, menambah suasana lebih mencekam. Gadis itu panik bukan main karena kekacauan semakin menjadi ketika pertengkaran langsung terjadi di lantai dansa untuk beberapa orang berbaju hitam. Bahkan suara tembakan itu juga masih terdengar di antara mereka. Ini gila! Nay melihat beberapa orang tumbang dengan darah yang mengalir dari luka tembakan yang mengenai mereka. "Astaga! Mimpi buruk macam apa ini?" Nay mencengkeram jeketnya dengan kuat. "Delon, kamu di mana?" Sedang kalut dengan apa yang ia saksikan, Nay melihat sebuah bayangan dari belakangnya dan saat ia menoleh, tubuhnya sudah tersentak berdiri. Sebuah lengan melingkari bahunya dan membawa Nay pergi dari tempat itu dengan cepat. Bahkan Nay merasa sedang melayang saking cepatnya seretan tangan itu. Nay tak berani mendongak sedikit pun. Ia hanya terus ikut berlari dengan menunduk.  *** Pria ini terus saja mengamati keadaan di sekitar George Club. Matanya memicing dengan jeli untuk memastikan situasi. Setelah memastikan semuanya bisa dimulai, pemuda itu mengotak-atik ponselnya sebentar lalu keluar dari mobilnya dengan pistol di balik jaketnya. Pria itu masuk ke dalam club bersama 3 pria lain dengan baju gelapnya. Tak ada yang curiga. Sampai sekarang semua masih baik-baik saja. "Justin, target utama ada di ruang VVIP." Pria bernama Justin itu mengangguk pelan mendengar bisikkan temannya. "Berapa orang yang sudah ada di dalam?" tanya Justin. Temannya yang bernama Vero terus memainkan ponselnya dengan serius lalu menjawab, "tiga belas termasuk kita. Mereka masing-masing sudah mengincar orang-orang Sacco." "Berapa anggota Sacco yang ada di sini?" "24." Justin kembali mengangguk. Mereka berbaur dengan orang-orang yang sedang menikmati malam di club ini agar tak membuat siapa pun curiga. "Aku akan menyisir ruang VVIP." Tirta berbisik sedikit keras pada Justin. "Jangan membuat keributan dulu sebelum kita memulai dari lantai dansa," titah Justin. "Oke." Justin mengisyaratkan pada Vero dan Lucky untuk berpencar. Mereka kini berjalan sendiri-sendiri. Justin yang memegang kendali, ketika sekali saja Justin melepaskan pelurunya, bisa dipastikan tempat itu akan kacau. Justin mendongak, melihat lantai atas di mana ruang-ruang privasi untuk pengunjung di club ini berada. Beberapa rekannya terlihat siap di atas sana. Kemudian Justin melihat ke sekitarnya. Mencari anggota Gang Sacco yang sekiranya cukup penting untuk dihabisi. Justin melihat Vano-anak dari adik pimpinan Sacco- sedang duduk di sofa ruangan ini dengan beberapa wanita penghibur. Jika Justin bisa menghabisinya, maka Sacco akan semakin mendendam pada Darken Rufs dan Justin sangat menyukai hal itu. Justin menyeringai dan dengan cepat mengambil pistolnya dari balik jaketnya. Sebelum pergerakannya disadari orang-orang di sana, Justin sudah melepaskan pelurunya 3 kali sekaligus, mengenai d**a Vano juga satu kali di kepalanya. Seketika jeritan wanita-wanita di sana terdengar mengiringi suara peluru yang terlontar semakin sering bersahutan. Orang-orang yang ketakutan pun berhambur keluar dan ada juga yang langsung menunduk. Justin menyembunyikan tubuhnya di balik tiang yang sedikit menepi dari lantai dansa dan melumpuhkan beberapa anggota Sacco yang menyerang balik anggota Darken Rufs. Pertarungan di lantai dansa tak terelakkan. Mereka masing-masing membawa senjata api tapi juga berkelahi secara langsung dan terang-terangan. Justin terus menembakan pelurunya mengenai anggota Sacco agar anggota Darken Rufs tak semakin banyak yang tumbang. Beruntung, karena 3 anggota Darken Rufs di lantai atas bisa menguasai keadaan dengan cepat. Mereka terus membidik anggota Sacco yang akan menyerang Darken Rufs di lantai dansa tanpa Sacco sadari. Sebuah pancaran mata ketakutan tak sengaja tertangkap indra Justin ketika lampu diskotik menyinarinya sekilas. Justin menatap ke arah pintu keluar, memastikan apa yang ia lihat tadi. Sekali lagi, mata tak asing itu membuat jantung Justin berdebar lebih cepat. Menggantikan debaran ketegangan karena suasana di sini. Justin membeku setiap cahaya minim diskotik menerpa wajah panik itu. Justin tak ingin bertemu dengannya lagi karena menurut Justin gadis itu sangat berbahaya untuknya. Tapi pancaran ketakutan itu membuat sesuatu di hati Justin terusik. Justin tersadar, pertengkaran masih terjadi di lantai dansa juga sekarang di lantai atas. Suara pukul memukul menghiasi tempat mencekam itu. Justin kembali menatap gadis yang bersembunyi di antara kursi sebelah pintu itu. Justin refleks lebih merapat pada tiang ketika bahunya terserempet peluru. Justin tahu peluru ini tidak ditujukan untuknya. Bisa dibilang peluru ini meleset dari targetnya dan kebetulan mengenai Justin. Justin berlari cepat dengan sedikit menunduk agar tak ada yang menyadari pergerakannya menelusuri tepian tempat ini hingga kini ia ada di belakang gadis itu. Tanpa pikir panjang, Justin merengkuh bahunya dan menariknya berdiri hingga Justin merasakan tubuh gadis itu dan tubuhnya menegang. Ia tak boleh membuang waktu, kakinya segera berlari menyeret tubuh mungil itu keluar dari tempat ini. Jangan lupa tiggalkan jejak cinta
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD