KAMU JAHAT MAS!

1103 Words
"Dasar manusia laknat!" Rachel berteriak pada dua orang tidak tahu malu di hadapannya. Tubuhnya masih gemetar menahan amarah. Begitupun dengan suaranya. Rachel sungguh tidak menyangka, bila suami yang sangat ia cintai tega bermain di belakangnya. Apalagi, wanita yang menjadi selingkuhan itu adalah wanita yang ia kenal. Dita! Kenapa dia begitu tega menusukku dari belakang? batin Rachel menjerit. Dita segera bangkit dari tubuh Septian. Kemudian, menutup tubuh polosnya dengan selimut. Raut terkejut tampak jelas di wajahnya yang memerah dan dipenuhi dengan peluh. "Mb–Mbak Rachel ...." Suaranya masih tersengal, seiring dengan deru napas yang tak beraturan. Gairah yang sempat membara, seketika meredup kala hubungan terlarangnya dengan suami sang majikan tepergok. Tak jauh berbeda dengan Dita, Septian pun merasakan hal yang sama. Wanita yang masih sah menjadi istrinya itu menatap tajam pasangan yang telah menorehkan luka di hatinya. "Sial! Kenapa aku harus ketahuan sekarang, sih?" rutuk Septian dalam hati. "Kalian berdua benar-benar menjijikkan!" Rachel kembali berteriak. "Sayang ... ini hanya salah paham. Aku–." Septian tak bisa melanjutkan ucapannya. "Salah paham kamu bilang? Kamu baru saja bercinta dengan Dita, Mas!" sela Rachel yang masih dipenuhi oleh amarah tak berhenti berteriak. "Sayang, aku mohon maafkan aku. Aku benar-benar khilaf! Aku sama Dita–." Lagi, ucapannya tak bisa ia selesaikan. "b******k kamu, Mas!" Rachel terus memaki suaminya. "Rachel, Sayang ... Aku mohon dengarkan aku dulu. Aku tidak sengaja melakukannya dengan Dita. Aku khilaf. Sungguh, percayalah padaku." Septian mencoba merayu Rachel. Bagaimanapun, Rachel adalah perempuan yang sangat ia cintai. Septian tidak akan bisa melepaskannya hanya demi Dita. Septian melakukan hubungan terlarang dengan Dita, hanya untuk kesenangan semata. Hasratnya yang tinggi selalu tergoda saat melihat wanita yang merupakan karyawan toko ibunya itu. Penampilan Dita yang seksi dan menawan, mampu membuat gairah lelaki itu selalu naik setiap kali menatapnya. Sampai akhirnya, Septian pun tergoda. Ia masuk ke dalam pesona Dita yang ternyata diam-diam menghanyutkan. Septian tidak menyangka jika gadis muda yang terlihat sangat polos dan lugu itu ternyata menyambut kedatangannya. "Sayang, aku mohon ... Maafkan aku. Aku khilaf, Sayang." Septian mengejar sang istri, setelah memakai celananya yang ada di lantai tadi. Tak ia pedulikan Dita yang sudah menatap kesal padanya. Tak ingin kehilangan kesempatan, Dita pun mengikuti pasangan itu, setelah memakai pakaiannya. Sejujurnya, tidak ada yang kurang dari Rachel. Dia cantik, baik, dan pintar. Wanita itu selalu menyediakan keperluannya dengan baik, kecuali masalah anak. Padahal, pernikahannya sudah berjalan selama dua tahun lebih. Hal inilah sebenarnya yang membuat ibunya kemudian mencari-cari perempuan untuk dijodohkan dengannya. Tanpa sepengetahuan Rachel tentunya. Dita adalah perempuan yang sudah beberapa bulan ini memuaskan kebutuhan biologisnya. Bersama wanita itu, Septian bisa merealisasikan fantasi liarnya. Septian masih muda. Gairahnya masih tinggi dan sangat liar. Sayangnya, Rachel bersikap malu-malu dan selalu menolak keinginan Septian. Sampai akhirnya, Dita datang menawarkan diri. Septian pun tak membuang kesempatan hingga terjadilah hubungan terlarang di antara mereka. Ditambah, mereka tinggal satu rumah. Tak peduli dengan permintaan maaf sang suami, Rachel bergegas masuk ke kamar dengan hati hancur. Dia tidak menyangka jika Septian akan menyakitinya dengan cara seperti ini. "Sayang, tunggu! Aku tahu aku salah. Aku menyesal. Aku mohon, maafkan aku, Rachel. Aku benar-benar tidak bermaksud menyakiti kamu. Aku khilaf!" Septian terus mengiba dan berusaha meyakinkan istrinya. Akan tetapi, Rachel tetap meninggalkan Septian. "Rachel!" panggil Septian entah untuk yang ke berapa kalinya. "Kamu sungguh keterlaluan, Mas. Aku tidak terima dengan perlakuanmu!" Rachel menatap Dita yang ternyata juga mengikuti Septian. Wajahnya terlihat menyesal. Entah itu perasaan sesungguhnya, atau tidak dari Dita. Wanita itu menunduk saat Rachel menatapnya tajam. Ingin rasanya Rachel menjambak dan memberi pelajaran yang setimpal padanya. Rachel sungguh tidak menyangka jika gadis berusia dua puluh tahun itu tega merayu suaminya. "Sayang ... maafkan aku. Aku benar-benar sedang khilaf! Aku janji, aku tidak akan melakukannya lagi!" Septian berusaha meraih tubuh istrinya, tetapi Rachel menepis tangan suaminya. Wajah Septian memelas. Lelaki itu terlihat sangat menyesal. Kata-kata maaf berulang kali terdengar dari mulutnya. Sayangnya, Rachel masih menatap jijik pada pasangan itu. Rachel mengusap air matanya yang mengalir. Selama ini dia hanya diam saja meski diperlakukan tidak adil oleh ibu mertuanya. Rachel juga diam saat ibu mertuanya menghina dia habis-habisan. Sang ibu mertua bahkan tidak segan-segan untuk mencaci makinya di hadapan orang lain meski ia hanya melakukan kesalahan kecil. Wanita paruh baya itu seringkali mengatainya wanita mandul, pembawa sial dan juga tidak tahu diri, yang hanya bisa menghamburkan uang suami. Namun, Rachel masih kuat mendengarnya. Meskipun sakit hati, dia tidak pernah protes ataupun marah pada ibu mertuanya. Bagi Rachel, ibu Septian juga ibunya. Sudah kewajibannya berbakti pada mertuanya. Kini, orang yang sangat ia cintai sudah mengkhianatinya. Haruskah dia bertahan, ketika tak lagi ada alasan? "Aku sungguh kecewa sama kamu Mas!" Wajah Rachel bersimbah air mata. Ia segera menutup pintu. "Rachel ...." Septian mencoba mengetuk pintu tersebut. Sayang, Rachel tak juga membukanya. Pada akhirnya, Septian memilih pergi untuk sementara. Menunggu amarah Rachel mereda. Nanti, ia akan kembali bicara dengan istrinya. *** Mentari telah kembali ke peraduannya. Berganti tugas dengan sang rembulan. Rachel masih bergeming di kamarnya. Septian sendiri, sudah tak tahu berada di mana. Hatinya masih berdenyut nyeri, mengingat kejadian siang tadi. Sampai detik ini, Rachel sungguh masih tidak percaya jika Septian bermain gila dengan Dita. Wanita itu tidak menyangka jika Septian yang dulu begitu mencintainya kini telah berubah. "Kamu jahat, Mas." Rachel terus menggumamkan kata itu. Air mata seolah tak ingin berhenti mengalir dari kedua netranya. Namun, sebuah suara membuat ia segera menghapus dan membersihkan wajahnya dari bulir bening itu. "Rachel!" Itu adalah suara Reni, sang mertua. Gegas Rachel mencuci wajahnya. Kemudian, ia menghampiri wanita itu. "Ya, Ma," jawab Rachel lirih. Matanya memindai seisi rumah dengan seksama. Namun, ia tak melihat keberadaan Septian dan Dita di sana. Mungkinkah mereka melanjutkan kesenangan mereka di tempat lain? Rachel hanya bisa bergumam dalam hati. Hal itu, tak lepas dari penglihatan Reni. Wanita paruh baya itu pun, ikut memindai. "Kamu cari apa, sih?" tanya Reni ketus. Ia merasa ada yang aneh dengan menantunya itu. "Ah, enggak ada, Ma." Rachel menutupinya. "Kamu sudah siapkan makan malam? Sebentar lagi, suami kamu pasti pulang!" Reni berjalan menuju meja makan. Kedua mata Reni membelalak sempurna, saat melihat meja itu kosong. "Ya, ampun! Dari tadi kamu ngapain aja? Masa makan malam pun belum tersedia? Kalau kamu gak mau ngurus anak saya lagi, bilang! Biar saya carikan penggantinya!" Reni menatap tajam pada Rachel. Wanita itu tak mampu membalas ucapan sang mertua. Ia hanya bisa menundukkan kepala dalam. Hatinya semakin terluka, mendengar kata-kata yang diucapkan sang mertua. "Punya menantu gak bisa diandalkan! Lama-lama saya yakin, Septian pasti akan menceraikan kamu! Abis itu, kamu pasti diusir dari sini!" Kembali, Reni memaki Rachel. Kedua bola mata Rachel membulat sempurna mendengar ucapan sang mertua. Benarkah semua ini salah Rachel?
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD