JUST LIKE A SUMMER

2115 Words
Ketika cinta begitu dekat dan terabaikan, sedangkan kau sibuk memandang pelangi yang nyata tak mampu mengubah warna mu "Hati-hati. Dagwood akan menjemputmu setelah mobilmu selesai", ujar seorang pria tua yang masih terlihat tampan. Yang di ajak pria itu bicara, seorang gadis bersurai pirang madu dan bernetra beda warna menghembuskan napas kesal sambil membenarkan letak syalnya. Gadis itu memberengut kesal. " Aku sudah dewasa, Grandpa. Jadi...berhentilah mengkhawatirkan aku." Summer Grace Leandro. Selalu mencuri perhatian lebih kakeknya, Ethan William Leandro. Ethan tertawa dan mengacak rambut cucunya lembut. "Aku pergi sekarang. Grandpa pulanglah", ujar Summer sambil menutup pintu mobil. "Daddymu gerah dengan pemuda bernama McClain itu. Bisakah kau tidak dekat-dekat dengannya...Grandpa rasa...", ucap Ethan sambil menatap lembut cucunya. Summer kembali menghela napas kesal. "Dia manis. Aku menyukainya. Dad bahkan terlalu sibuk untuk tahu seperti apa Derek McClain sesungguhnya. See you Grandpa." Summer melangkah cepat. Menerobos lalu lalang mahasiswa di kampusnya. Meninggalkan kakeknya yang menggeleng putus asa. Mobil Ethan terlihat berjalan pelan keluar dari area kampus Summer, sesaat setelah Summer menoleh lagi ke arahnya. Seorang pemuda menghadangnya di depan pintu masuk kampus dan menyapa Summer. "Hai, sayang." Summer menoleh. Tersenyum manis dan menerima uluran tangan pemuda tampan yang tersenyum bagai seorang pangeran charming. Pemuda itu berkulit bersih dengan dandanan keren dan tatanan rambut yang modis. Dialah pemuda yang baru saja di bicarakan oleh Ethan Leandro. Derek McClain. Seorang male model yang menjadi kekasih Summer sejak tiga bulan belakangan ini. Summer tertawa ketika Derek mencium kepalanya dengan lembut. Mata Summer menyipit. "Kau tidak ada pemotretan hari ini bukan?" "Tidak. Aku sengaja menemuimu sebentar sekalian berpamitan padamu. Kau ingat bukan hari ini aku harus berangkat ke Milan untuk pekerjaanku?", ujar Derek sambil membawa Summer yang terlihat sedih ke dalam pelukannya. Summer mencebik kesal. "Dua bulan itu lama. Haruskah kau pindah ke sana?" Derek tertawa. Mereka sudah membahas ini berulangkali dan Summer masih belum rela atas kepergian Derek dengan berbagai alasan klasik termasuk hubungan jarak jauh jarang yang berhasil. Summer menatap Derek yang terlihat bersemangat. "Baiklah. Pergilah. Jangan lupa menghubungiku saat kau sampai." Derek mengangguk dan menoleh pada asistennya yang sudah berdiri di sampingnya. Derek mencium bibir Summer dalam. "See you, princess." Summer menatap Derek yang berlalu dengan mobilnya. Menghela napasnya pelan. Berpikir bahwa apa yang ada di pikiran Ayahnya, hingga secara gamblang menolak kehadiran Derek yang begitu manis? Tiga bulan bukanlah waktu yang sebentar, tapi nyatanya waktu yang sebentar itu tidak mampu membuat seorang Zachary William Leandro memberi restu pada hubungan mereka. Dan...sejauh ini, hubungan Summer dan Ayahnya itu terjalin begitu erat dan mesra. Tapi tidak bila bersangkutan dengan Derek. Ayahnya selalu memberikan gelengan sempurna saat Summer mulai menyinggung masalah Derek. Keluarganya juga tak bisa banyak membantu. Mereka sangat tahu seperti apa Zachary kalau sudah menyangkut anak - anaknya. Baik itu Caleb William Leandro dan Summer Grace Leandro. Juga kedua adiknya yang juga kembar seperti halnya dia dan Caleb, Ava Grace Leandro dan Shopia Grace Leandro yang sekarang menginjak usia 11 tahun. Zachary selalu bersikap seperti singa yang melindungi daerah dan koloninya. Selalu siaga dan tegas dalam setiap pengambilan keputusan tentang anak-anaknya. Walaupun nyatanya, Zachary tetaplah pribadi yang hangat. Summer menghela napasnya berulangkali dan mendongak. Berlari cepat memasuki lift yang sudah hendak tertutup menuju lantai kelasnya. ------------------ Matahari musim semi yang membawa angin dingin membuat Summer berulangkali bersin. Saat ini dia sedang berada di kantin kampusnya. Menyesap s**u coklatnya sembari berpikir, kenapa musim semi saat ini menjadi sedikit dingin? Sesorang berdeham di belakang Summer membuat gadis itu menoleh. "Mobilnya sudah siap, Nona. Anda mau pulang atau ada keperluan lain?" Chase Dagwood. Pengawal pilihan sang Ayah untuknya. Yang selalu mengekor dengan setia pada Summer kemanapun Summer melangkah. Sekalipun hal yang di lakukan Summer adalah hal yang membosankan dan membutuhkan waktu yang lama...hampir seharian...Summer selalu menemukan Chase di penghujung harinya. Setia bagai anjing penggembala yang mengabdi pada tuannya dengan kesetiaan yang juara. Menurut CV yang di bacanya tiga bulan lalu, Chase berusia 25 tahun. Berasal dari Georgia. Seorang pemuda gagah berkulit bersih dengan alis tegas sempurna dan senyum memikat. Abaikan hal itu karena Chase hampir pasti memasang wajah serius dan beku saat di dekatnya. Lalu darimana Summer tahu Chase punya senyum yang menawan? Oh...Summer tak sengaja melihat senyum Chase saat pemuda itu berbincang dengan Daddynya sebulan lalu. Chase bahkan tertawa memperlihatkan giginya yang putih dan rapi. Chase akan berubah menjadi dirinya bila sedang bekerja. Dirinya yang dingin dan nyaris selalu berwajah tanpa ekspresi. Summer beranjak. "Kita pulang, Chase." Chase mengangguk hormat dan mengikuti Summer yang berjalan cepat menyusuri koridor dan keluar dari gedung kampusnya. Mereka berdua duduk diam di dalam mobil yang melaju dengan kecepatan rata-rata. Chase yang bertindak sebagai supir sekaligus bagi Summer terlihat serius menatap jalanan di depannya. Summer menoleh. Menatap pada Chase. "Apakah kau pernah jatuh cinta, Chase?" Chase menoleh sejenak sebelum kembali menekuri jalanan. "Aku sedang jatuh cinta Nona. Sekarang." Summer tertawa. Nada suara Chase sangat aneh terdengar di telinganya saat mengucapkan kalimat itu dengan serius. "Seperti apa perasaanmu dan...dia?" Chase berdeham. "Aku tak tahu Nona. Dia tidak tahu kalau aku jatuh cinta padanya." Summer melongo tak percaya. "Apa dia cantik? Karena...kau lumayan tampan." "Dia sangat cantik." Summer mengangguk-angguk. Wajar saja kalau gadis itu cantik. Untuk ukuran pria dewasa, Chase termasuk tampan. Andai saja pembawaannya tidak kaku seperti ini. "Menepilah sebentar." Summer memberi kode pada Chase untuk menepi. Mobil menepi tepat di bawah sebuah pohon rindang. Summer menghela napasnya pelan. "Well. Kau harus mengatakannya. Maksudku...perasaanmu pada gadis itu." Chase terpaku. Terlihat kaget dan menggeleng. "Aku tidak bisa, Nona." Summer menggeleng tak percaya. "Oh come on. Kau ini pria tampan dengan tubuh bagus. Hmm...aku yakin...perutmu sixpack, jadi tidak ada alasan untuk takut!" Summer menusuk perut Chase dengan jari telunjuknya. Chase dengan wajah datarnya. Menatap Summer tak mengerti. Summer memukul kepalanya sendiri. Gemas sekali dengan sikap Chase yang teramat kaku. "Baiklah...begini saja. Kita berlatih. Anggap aku gadis itu. Katakan perasaanmu layaknya aku gadis itu." Chase tersedak. Lalu menggeleng tak percaya." Tidak, Nona." Summer meraih lengan Chase. Sedikit terkesiap karena lengan itu begitu liat dan pasti massa ototnya bagus. Summer menatap Chase lekat membuat Chase terlihat gugup. "Katakan." "Apa?" "Perasaanmu." "Aku....maksudku..." Summer menaikkan satu alisnya yang di mata Chase menambah kecantikan Nonanya ini. "Katakan." "Aku mencintaimu." Chase terpaku. Kata-kata itu mengalir dengan lancar saat netra berbeda warna itu mengerjap dengan begitu gemilang. "Aku juga mencintaimu." Chase terpaku. "Sekarang...berikan aku...anggap aku gadis itu sebuah ciuman." Chase menggeleng. Matanya masih menatap netra berbeda warna yang bersinar bagai daratan dan lautan milik putri bosnya itu. Summer menarik lengan Chase. Mendekatkan kepalanya pada Chase hingga napas hangat Summer menerpa wajah Chase. Netra berbeda warna itu kembali mengerjap. Membuat Chase seketika kehilangan akal. Bibir gemetar Chase mendarat sempurna di bibir Summer. Membelainya lembut dan Chase yakin aliran listrik menyengatnya dengan hebat. Summer menarik kepalanya menjauh. "Kira-kira seperti itu. Bagaimana rasanya?" Chase menggeleng tak mengerti. "Ciuman itu. Bagaimana rasanya?" "Rasa coklat." Summer terdiam. Lalu tawanya meledak sesaat kemudian saat menyadari betapa polosnya pemuda berusia 25 tahun di hadapannya ini. Jelas sekali dia tidak tahu caranya mengahadapi seorang gadis berusia hampir 19 tahun yang tengah mengajarinya cara mengungkapkan perasaannya. "Ya Tuhan...Chase. Kau..." Summer masih tertawa keras. Hingga Chase menelan salivanya susah payah. "Maafkan aku Chase. Sudahlah...kira - kira seperti itulah kau harus melakukannya." Chase mengangguk. Summer masih sedikit tertawa bahkan hingga Chase menjalankan mobil membelah siang yang sedikit dingin menuju kediaman Leandro di Water Mill. Kalau ada yang tahu sebuah Marching Band sedang melakukan konvoi. Seperti itulah jantung Chase bertalu. Begitu menggelegar dengan irama yang harmonis. ---------------------- Summer menoleh ke arah Chase yang berjalan di belakangnya. "Istirahatlah, Chase. Besok aku harus pergi pagi - pagi sekali." Chase membungkuk hormat. Summer melangkah menyeberang ruang tengah menuju kamarnya. Chase mengakat wajahnya. Menatap punggung gadis beranjak dewasa itu hingga menghilang di balik dinding. Chase menghela napasnya pelan. Meniupkannya pelan juga. Hingga sebuah tepukan mendarat di bahunya, membuat Chase sigap menoleh. "Apakah Summer membuatmu kuwalahan?" Zachary Leandro terlihat menggulung lengan kemejanya kemudian. Chase menunduk hormat. "Tidak, Sir." "Aku tahu apa yang akan di lakukan gadis nakal itu dua minggu ke depan. Aku sudah menyiapkan segala keperluanmu. Kau akan terbang ke Milan besok pagi-pagi sekali. Dan..aku yakin Summer akan memintamu ikut." Chase mengangguk hormat. Mereka berjalan bersisian menuju halaman belakang mansion. Zachary berdiri di samping sebuah pilar sementara Chase berdiri tegak di belakangnya. Terdengar helaan napas sarat kegelisahan. "Aku tidak menyangka, betapa sulitnya mempunyai anak gadis yang beranjak dewasa. Kadang aku sangat putus asa dengan Summer dan berharap ada pria sepertimu yang segera menikahinya dan menjaganya dengan baik seperti yang aku lakukan selama ini." Chase terdiam. "Kau pasti tahu betapa brengseknya pemuda bernama McClain itu, Dagwood." "Yes, Sir." "Jaga Summer untukku, Chase." Sebuah tepukan di bahu dan tatapan kepercayaan di sematkan seorang Zachary Leandro pada Chase Dagwood sebelum akhirnya Tuannya itu melangkah ke dalam mansion. Chase termangu. Apa maksud Tuannya itu? Menikahi Summer? Pria sepertinya? Dan bukankah gadis itu masih sangat muda? Chase melangkah. Menyeberang ke arah bangunan di samping mansion. Bangunan tempat di mana dia tinggal selama ini. Mansion begitu sunyi. Chase menoleh. Menatap kamar Nonanya yang di lintasinya. Terkesiap saat melihat Summer hanya berbalut handuk melintas. Keluar dari kamar mandi dan menuju ke arah ranjangnya. Bayangan Summer tertutup tirai yang tertiup angin. Lalu terlihat lagi. Gadis itu dengan percaya diri melangkah ke arah lemari dengan hanya mengenakan sebuah celana dalam dan bra berenda yang akan membuat pria manapun rela bertekuk lutut di hadapannya. Chase menunduk. Pemandangan yang seharusnya tak di tekurinya lama-lama. Kakinya kembali melangkah. Menyeberang tanah berumput menuju kamarnya. Meninggalkan Summer yang menoleh cepat seakan menyadari kehadiran seseorang yang menatapnya hingga membuat tengkuknya merinding. Hanya tirai yang terhempas menghantam pilar jendela. Selebihnya adalah kekosongan. Seperti halnya hatinya yang kosong sekalipun ada Derek McClain yang mengisinya. Akan tetap berongga hingga restu Zachary Leandro sang Ayah menyapanya. -------------------------- Milan Petang hari ketika Summer melangkahkan kakinya memasuki suit room kamar hotel milik keluarga Leandro dengan Chase yang bahkan setia membawakan kopernya. Chase meletakkan koper Summer di dekat ranjang, sementara dia hanya membutuhkan sebuah tas ransel besar layaknya backpacker yang tengah berpetualang di alam bebas. Summer membuka tirai kamarnya dan menoleh pada Chase. "Sampai jumpa saat makan malam, Chase. Istirahatlah sekarang juga." Chase mengangguk hormat. "Baik, Nona." Chase keluar dan menutup pintu pelan. Melangkah beberapa langkah hingga mencapai pintu kamarnya. Tepat di samping kamar Summer. Kamar yang sama mewah dengan milik Summer. Kemewahan yang membuat Chase jengah. Membayangkan betapa dia akan sedikit kerepotan saat menjaga Nonanya nanti di kota ini. Chase tahu, Summer memang sengaja ke Milan untuk seseorang. Seseorang itu bernama Derek McClain. Pemuda yang sungguh sempurna menutupi kelakuan bejatnya dan membuat seorang keturunan Leandro begitu terpesona. Chase membuka pintu dan masuk ke kamarnya. Membuka tas ranselnya dan menata semua bajunya di lemari. Chase membawa tubuh lelahnya ke kamar mandi dan berakhir dengan berendam di air hangat sambil merenung. Merenung bagaimana perasaannya selama ini. Tentang cinta yang nyata tertanam di hatinya tanpa di minta dan tak sanggup di ingkarinya. Chase menghela napasnya keras. Setidaknya sikap warasnya membuat dia bertahan. Sikap tahu dirinya membuatnya mencoba sekuat tenaga mengabaikan rasanya pada gadis itu. Summer Grace Leandro. Bahkan gadis itu tak terjangkau olehnya. Layaknya bintang bersinar...bintang paling bersinar di antara yang bersinar, yang niscaya tak akan sanggup di raihnya hingga kapanpun. Dia hanya seorang Chase Dagwood. Si Pemburu yang paling pandai dari hutan. Setidaknya seperti itulah arti namanya. Nama yang di berikan kedua orangtuanya yang telah tiada. Dan sekarang dia hanyalah si Penjaga. Pria beruntung yang di pekerjakan seorang bilyuner bernama Zachary Leandro untuk menjaga putri cantiknya. Menjaga..... Dan sungguh semua kebaikan keluarga besar Leandro tak boleh ternoda oleh sikap tamaknya akan sesuatu. Cintanya terlarang. Chase sangat mengerti itu. Chase mengusap bibirnya. Ciuman itu...bibir Summer. Seakan melekat sempurna padanya sejak kemarin. Menggoyahkan pertahanannya. Menyusup di pori-pori dinding yang di bangunnya dengan susah payah. Dinding pembatas yang di ciptakannya agar dia selalu berjalan di tempat seharusnya. Berdiri di tempat semestinya dia berada. Dinding penghargaannya atas kepercayaan yang di berikan oleh Zachary Leandro padanya. Chase beranjak. Membebatkan handuk di pinggangnya dan melangkah keluar dari kamar mandi. Chase mendongak. "Nona..." "Wow...aku tidak tahu tubuhmu seindah ini. Kenapa kau tidak menjadi model saja seperti Derek. Kekasihku?" Summer menatap Chase hingga Chase merasa jengah. Dia berputar mengitari tubuh Chase, menatap, meneliti setiap bagian tubuh Chase yang terjangkau oleh matanya. Chase mengambil cepat sebuah kaos dan memakainya. Summer tertawa. "Kau gugup? Aku tidak akan memakanmu. Kau terlalu dewasa untukku, Chase." Chase terpaku. "Ada yang bisa saya bantu, Nona?" Summer menggeleng. Menatap Chase lekat. Chase memakai celana panjangnya cepat dan membereskan handuknya. "Aku bosan. Ayo kita keluar sambil jalan-jalan sore. Tapi...itu kalau kau tidak terlalu lelah." Summer mengerjap. Matanya memohon. Bagai anak anjing lucu yang akan membuat siapapun luluh. Chase membuka mulutnya. "Baiklah. Apapun untukmu, Nona." Benar. Apapun untuknya. Untuk Nona mudanya. Karena....memang itu tugasnya bukan? -------------------
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD