Bab 10. Saya Jatuh Cinta

1276 Words
"Ah .... " Mulut Airin langsung ditutup oleh Verrel agar tidak protes. Mohan melihat kelakuan keduanya hanya bisa membolakan matanya. " Baiklah, kami permisi dulu. Ada-ada saja mereka katakan ada hantu. Makanya jangan malam-malam keluar ada hantu kan," cicit salah satu warga yang pergi meninggalkan mereka. Airin menepis tangan Verrel yang menutup mulutnya. "Kenapa kamu menutup mulutku. Menyebalkan sejak kapan aku jadi istrimu, om." Kesal Airin yang dijadikan tameng oleh Verrel. "Kalau tidak dijadikan istri kita bisa dalam masalah. Kamu mau saya digebukin warga karena menculik kamu lagian mana ada orang percaya kalau di sini ada hantu." Balas Verrel melihat sekitar mulai ramai orang lalu lalang. "Tuan, kita tunda saja pembangunannya. Di sini angker. Kalau malam mana ada pengunjung datang. Dan kenapa cari lokasi pembangunan di tengah hutan sih. Sekalian saja ke gunung berapi di atasnya biar sekalian terbakar," jawab Mohan protes dengan tuannya. "Diam saja. Kamu saya potong gaji nanti. Habis gajimu saya potong. Semua karena kamu. Kenapa berhenti dadakan. Sekarang ayo masuk kita ke tempat yang sudah dijanjikan. Kita bersihkan dulu diri kita. Tapi, kamu pipis bagaimana bisa kamu masuk ke mobil. Mana sudah kering lagi pipisnya, jorok sekali kamu, ih," omel Verrel melihat asistennya pipis. "Namanya saja takut. Wajar tuan. Anda saja takut pingsan," balas Mohan. Airin hanya mendengar kedua pria yang penakut itu saling balas. Airin ingin tertawa tapi dia enggan karena menonton saja sudah lucu apalagi kalau dia balas. "Duduk saja di bagasi sana, kenapa masalah itu saja diributkan. Kalau tidak mau naik mobil bak terbuka yang ada kambingnya itu. Merepotkan," dumel Airin. Dalam hati Airin terhibur karena dirinya keduanya seperti ini. Airin mau mengaku tapi dia mengurungkan niatnya karena anggap saja itu pelajaran buat Verrel yang menyebalkan ini. Akhirnya, Mohan duduk di belakang dengan beralasan koran dan mobil bergerak menuju lokasi pembangunan. Sesampainya di lokasi, ada bangunan yang tempat penginapan yang tidak jauh dari lokasi untuk dibangun proyek mereka. Di sana Verrel membersihkan diri begitu juga Mohan dan Airin. Setelahnya, mereka ke resto yang ada di penginapan sambil berbincang dengan kontraktor pembangunan. "Tuan Verrel saya pikir Anda sampai tadi malam. Saya tunggu di pos tapi Anda tidak datang. Bagaimana perjalanan Anda apakah ada hambatan?" tanya Pak Koko ke Verrel. Verrel malas untuk membahas mengenai tadi malam. Dia benar-benar muak karena dirinya harus berakhir tidur di jalan. "Mereka melihat hantu. Jadi, ya gitu tidur di jalan," jawab Airin lagi. Pak Koko terkejut dia menatap Verrel dan Mohan yang wajahnya datar dan terlihat Verrel tidak suka dengan apa yang Airin katakan. "Nona bocil, Anda kok tahu?" tanya Mohan mewakili tuannya. "Ya tahu lah. Saya dengar kalian katakan itu. Saya takut keluar jadi saya sembunyi. Takut diculik sama hantu yang kalian lihat," jawab Airin tanpa rasa dosa tapi di hati Airin ngakak abis. Dia puas melihat Verrel dan Mohan ketakutan. Ternyata ketakutan Verrel itu hantu dan dia bisa membuat Verrel ketakutan lagi lain waktu. "Tuan, tidak ada hantu. Anda salah kali. Teman ini asri, lihat pergunungan ini. Sangat indah hijau dan udaranya saja seperti di puncak. Sejuk dan cocok untuk bulan madu. Makanya saya senang Anda dan Nona Airin mau membuat penginapan di sini dengan tema honeymoon. Pasti banyak yang datang ke sini," jawab Pak Koko menunjuk ke arah depan mereka gunung dan memang indah malah sangat indah. "Benar, tempat ini indah. Terlalu indah sampai sulit untuk saya jabarkan," sahut Verrel yang memandang Airin dan tersenyum samar saat melihat Airin yang tersenyum apalagi kibasan rambutnya menerpa wajahnya. "Dia sangat cantik tapi sayang kenapa sulit untuk didapatkan. Apa yang membuat dia begitu sulit untuk ditaklukkan," gumam Verrel lagi. Pagi ini Airin, Verrel, Mohan yang sudah sarapan segera ke lokasi melihat beberapa pekerja yang sudah berkumpul. Verrel memberikan kata sambutan dan Airin menatap Verrel yang sangat berwibawa dan dia juga terlihat berbeda auranya itu seperti aura putih. Airin terus menatap Verrel yang bercengkrama dengan beberapa pekerjaan. Mohan yang berdiri di sebelah Airin berdehem karena sedari tadi Airin terus memperhatikan tuannya. "Nona bocil kenapa pandangin tuan Verrel? Naksir ya? Emang pesona tuan itu luar biasa. Anda tahu, tuan itu terkenal dingin dan arogan. Dia sulit untuk didekatin oleh wanita. Banyak wanita yang dekatin dia tapi tidak ada yang bisa membuat Tuan seperti saat ini. Saat ini tuan lebih terlihat Verrel bucin dengan Anda. Biasanya, jika ada orang yang kenalkan dia wanita sikap tuan Verrel sudah terlihat penuh amarah gesturnya terlihat jelas dia menolak tapi kini dia malah mengejar Anda. Anda beruntung sekali Nona," jawab Mohan dengan senyuman memandang tuannya yang membaur dengan warga setempat. "Saya tidak meminta dia mendekati saya dan saya juga tidak tertarik dengan tuanmu. Jadi, jangan mengharapkan saya lebih selain kerja sama," jawab Airin yang meninggalkan Mohan dengan wajahnya terpaku mendengar pengakuan Airin. Airin menjauh karena anak buahnya sudah mengirimkan teror kembali ke pelakor dan dia juga sudah mendapatkan foto ayahnya dan Kinanti berduaan masuk hotel. Airin mengepalkan tangannya dengan erat. Dia tidak pernah habis pikir masih pagi mereka ke hotel. "Kurang ajar kalian. Masih pagi kalian ke sana. Aku akan buat kalian menyesal. Kinanti aku akan buat kamu tidak akan bisa berkutik nantinya," gumam Airin yang segera mengirimkan pesan ke ibunya untuk datang ke hotel yang sama dengan hotel dimana keduanya berada. Airin juga meminta anak buahnya untuk membelikan bunga mawar dan saat keduanya melihat ke pelakor melalui staf hotel dan di dalam bunga itu dia sudah masukkan sesuatu. Dan ibunya yang datang ke sana diminta untuk mengambil pakaiannya. Setelah dia menginstruksikan apa saja rencananya ke anak buahnya, Airin tersenyum kecil dan hampir tidak terlihat. Airin ingin keduanya diketahui ibunya. Sebenarnya, dia tidak ingin ibunya tahu tapi ini salah satu cara Airin mulai mengungkap perselingkuhan keduanya. "Perlahan aku buat Mama melihatnya. Aku tidak mau mama tahu belakang. Aku yakin saat mereka ketahuan bersama pasti mereka akan mengelak dan Mama akan curiga. Dari situlah, aku terus menerus mempertemukan ketiganya. Kinanti, aku tidak akan melepaskan kamu. Kamu harus aku buat jatuh sejatuh-jatuhnya," ungkap Airin puas dengan rencananya. Airin yakin ibunya kuat untuk semuanya dan dia juga yakin ibunya tidak akan terkena serangan jantung jika di awal sudah diperlihatkan perselingkuhan ayahnya dan Kinanti. "Airin semuanya sudah selesai ayo pulang. Kamu mau jalan-jalan lagi tidak?" tanya Verrel mendekati Airin. Airin geleng kepala dia tidak ingin kemana-mana. Dia ingin pulang dan bertemu ibunya dan mendengar apa yang akan dikatakan oleh ibunya nanti. "Kita lihat dulu sungai kecil, siapa tahu kamu suka. Warga di sini ingin mengajak kita ke sana dan katakanya mereka sudah menyiapkan kita makanan. Menurutku tidak enak kalau kita tidak datang ajakan warga," tawar Verrel. Airin pun menyerah dan menganggukkan kepala. Dia ikut dengan Verrel untuk memenuhi undangan. Airin membaur dengan warga dan dia menikmati makanan khas mereka. Airin juga ikut bermain air. "Hei, Bocil kenapa diam saja? Apa kamu sakit gigi?" tanya Verrel yang ikut duduk di batu besar sambil merendam kakinya bersama Airin. "Namaku ada, om. Namaku Airin bukan bocil," jawab Airin. Verrel tersenyum melihat Airin protes dirinya dipanggil bocil. "Iya maaf, Ai. Tapi, kamu jangan panggil aku om. Aku terlihat tua. Apakah aku setia itu ya?" tanya Verrel. Airin menoleh ke arah Verrel dengan lekat. Keduanya saling memandang satu sama lain tidak ada yang mengakhiri pandangan. "Kenapa kamu tidak berhenti saja. Kenapa kamu terus menerus mengejar saya?" tanya Airin. "Karena saya suka. Saya sudah jatuh cinta dengan kamu. Kamu tidak suka dengan saya?" tanya Verrel. Airin terdiam mendengar jawaban Verrel. Tujuan dia itu balas dendam. Tidak ada cinta. Dan dia tidak percaya dengan yang namanya cinta. Cinta bisa hilang seiring dengan waktu seperti ibu dan ayahnya saat ini. Verrel tersenyum karena Airin tidak bisa menjawabnya. "Aku tidak akan memaksamu. Aku hanya mau meminta kamu satu saja. Setelah itu aku tidak akan ganggu kamu," jawab Verrel. Airin mengerutkan keningnya. "Apa itu?" tanya Airin.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD