Bab 17. Trauma Verrel

1217 Words
Airin yang dihubungi oleh Mohan berkejut karena Verrel tiba-tiba pingsan dan dia pun segera setelah pamitan dengan ibunya. "Mama ... Mama tidak apa-apa kan di sini sendirian. Aku mau melihat Verrel. Katanya dia pingsan. Aku tidak tahu kenapa dia pingsan. Apa tidak apa-apa mama di sini sebentar saja. Nanti aku kembali. Mama tidak keberatan?" tanya Airin sekali lagi sebelum dia pergi. "Tidak apa-apa pergi lah, nak. Oh, ya Airin Mama hanya ingin satu nasihat untukmu jika kamu menyukainya maka kejarlah dia, terima dia tapi jika tidak maka jangan kamu beri harapan kepada dia." "Katakan terus terang karena cinta itu bukan untuk dipaksakan harus dua hati yang saling mencintai bukan hanya satu karena jika satu itu akan membuat pasangan yang lainnya terluka ingat pesan mama ya. Buka hatimu jika kamu benar-benar menyukainya tapi jika tidak maka menjauhilah tidak enak Airin mencintai satu pihak. Cinta itu harus kedua belah pihak tidak boleh satu apa kamu mengerti Airin?" tanya Nyonya Marcella kepada Airin. Airin terdiam mendengar nasehat ibunya. Dia hanya tersenyum dan menganggukkan kepala mengiyakan apa yang Nyonya Airin katakan. "Baik, Ma. Aku akan dengar apa yang Mama katakan. Sekarang aku pergi dulu ya sebentar lagi Bibi Sumi akan datang dia yang akan jaga Mama di sini. Mama jangan memikirkan apapun. Mama harus sehat dan Mama akan kembali denganku nantinya," jawab Airin yang dianggukan Nyonya Marcella. Airin segera pergi menuju ke ruang IGD dia ingin tahu kenapa Verrel bisa pingsan padahal pria itu terlihat sangat sehat dan tadi juga tidak ada yang mencurigakan dari Verrel. Tapi, kenapa tiba-tiba Mohan mengatakan seperti itu. Airin yang sudah tiba di ruang IGD melihat Mohan yang masih gelisah. "Tuan Mohan. Apa yang terjadi kenapa Tuan Verrel? Kenapa bisa pingsan. Apa dia tidak makan tadi?' tanya Airin yang menghampiri Mohan untuk bertanya kondisi dari Verrel saat ini. "Saya tidak tahu, Nona. Tadi saat saya dan Tuan keluar dari ruangan ibu Anda tiba-tiba tuan Verrel langsung terdiam dan dia seperti patung. Dan wajahnya memerah dan dia juga menangis." "Saya tidak tahu apa masalahnya tapi pandangannya ke arah satu wanita wanita paruh baya dan setelahnya dia langsung tidak sadarkan diri. Saya tidak berani untuk bertanya sekarang dia masih ada di dalam untuk diperiksa dan saya sudah menghubungi ayahnya dan sebentar lagi mungkin akan datang karena saat ini neneknya berada di rumah sakit," jawab Mohan mengungkapkan kronologis kenapa Verrel pingsan dan mengatakan keluarga Verrel akan ke sini dan mengatakan neneknya Verrel sakit dan itu membuat Airin terkejut. "Loh, kalau neneknya berada di rumah sakit kenapa dia meminta untuk bertemu dengan saya Sabtu ini?" tanya Airin. "Karena hari ini neneknya pulang dari rumah sakit setelah mendengar kabar kalau tuan Verrel sudah memiliki kekasih jadi nenek bahagia. Sebenarnya mereka tidak setuju Tuan memilih wanita lain. Tapi, karena Tuan tetap kekeh jadi mereka menolaknya. Dan perjodohan itu dibatalkan. Saya tidak tahu bagaimana Nona Keysa nanti jika tahu perjodohan dibatalkan," ungkap Mohan. Airin hanya terdiam dia tidak bisa berkata apa-apa. Dia sebenarnya tidak ingin pertemuan itu karena dia hanya ingin menyelesaikan masalah yang terjadi atau lebih tepatnya menghukum Kinanti yang sudah membuat ibunya menderita seperti ini. Hanya itu saja yang diinginkan tapi malah dia masuk dalam pusaran percintaan Verrel dan juga wanita yang dijodohkannya. "Aku harus katakan kepada Verrel untuk tidak melanjutkan ini semua. Aku tidak ingin ada yang terluka," gumam Airin. Dokter keluar untuk menemui Mohan. "di sini siapa anggota keluarganya pasien?" tanya Dokter. "Saya dokter. Apa yang terjadi dengan tuan saya. Maksudnya dia majikan saya. Apa dia baik-baik saja? Dan kenapa bisa pingsan?" tanya Mohan dengan sangat detail agar dia bisa menceritakan kepada ayah dari Verrel. "Oh, ya sepertinya Tuan Anda ada trauma yang mengikutinya. Seperti trauma masa lalu. Saya tidak tahu apa itu tapi sepertinya dia mengingatnya kembali dan saat ini dia sudah sadar tapi dia masih belum terlalu banyak bicara dia hanya katakan singkirkan wanita itu aku membencinya, dia mengurungku." "Dan saya tidak tahu apa maksudnya tapi yang pasti itu semua pasti trauma masa lalunya yang muncul diingatan dia saat melihat sesuatu. Oh ya apa bisa saya bicara dengan kedua orang tuanya?" tanya Dokter kepada Mohan. "Maaf sekali lagi kalau ayahnya belum datang karena saat ini sedang mengurus neneknya dan mungkin sebentar lagi akan datang bersama dengan neneknya. Tapi apa bisa saya bertemu dengan Tuan Verrel dan nona ini juga ingin bertemu dengan Tuan Verrel. Apakah bisa bertemu dengan dia?" tanya Mohan ke dokter untuk meminta izin bertemu dengan Verrel. "Oh, ya silakan saja. Tapi, nanti dia akan dipindahkan ke ruangan inap untuk sementara waktu. Karena kami akan pantau dia," jawab dokter. Mohan menganggukkan kepala. "Baiklah terima kasih kalau begitu saya akan ke kasir untuk menyiapkan kamar tuan Verrel. Nona Anda masuklah dulu nanti saya menyusul setelah membayar semuanya," ucap Mohan yang mempersilahkan Airin untuk masuk. Airin pun masuk ke dalam dia melihat Verrel yang tertunduk terlihat wajahnya pucat tidak seperti tadi dan dia juga berubah. "Hmm, Tuan Verrel Anda baik?" tanya Airin dengan pertanyaan yang sedikit agak konyol. Airin tersenyum kecil dia merutukki kebodohan dia yang saat ini. Verrel mengangkat kepalanya dan terkejut melihat Airin ada di depannya. Airin melihat Verrel menangis dan dia benar-benar terkejut karena Verrel menangis. "Ada apa ini? Trauma seperti apa yang dia jalani selama ini. Dia terlihat kuat di luar tapi rapuh di dalam," gumam Airin yang mendekati Verrel dan tanpa diduga Verrel langsung memeluknya. Airin yang dipeluk hanya diam dan membiarkan Verrel memeluknya. Cukup lama dan akhirnya Verrel melepaskan peluknya dari tubuh Airin. "Maaf." Verrel meminta maaf dan dia menghapus air matanya. "Tidak apa. Santai saja," jawab Airin yang kikuk karena dia mengatakan tidak apa. Airin dan Verrel masih diam tidak ada yang bicara. Airin sibuk dengan ponselnya untuk meminta anak buahnya untuk mengirimkan teror lagi ke Kinanti. Dia yakin Kinanti pasti saat ini tengah bahagia karena bisa berbelanja dengan uang ayahnya. Walaupun ayahnya harus mempertaruhkan uang proyeknya tapi tetap saja itu pakai uang perusahaan. "Buat dia menyesal dan aku ingin bertemu kalian. Datang ke alamat ini segera." Airin memerintahkan anak buahnya untuk menemui dirinya. Anak buah Airin mengiyakan apa yang dia katakan. Setelah itu, Airin memandang Verrel yang sudah memandang ke arah dirinya. Airin berdehem karena pandangan Verrel berbeda ke dirinya. "Mohan merepotkan kamu. Maafkan dia," ucap Verrel ke Airin. "Ah, tidak apa. Mungkin dia panik saja. Tuan tidak perlu khawatir," jawab Airin tidak mempermasalahkan apa yang dilakukan oleh Mohan. Verrel tersenyum karena Airin tidak mempermasalahkan jika dia datang. Tidak lama pintu terbuka Mohan dan ayahnya muncul bersama neneknya. "Verrel ada apa denganmu? Kenapa bisa kamu pingsan. Kamu tidak makan ya tadi?" tanya Nyonya Imey, nenek Verrel yang langsung memeluk cucunya. Ayah Verrel dan Nyonya Imey sudah tahu apa yang terjadi dengan Verrel. Mereka yang tahu trauma Verrel menyesalinya dan penasaran siapa yang dia lihat apakah orang itu. Tapi, ini sudah lama dan tidak mungkin muncul di depan Verrel. "Kamu kenapa? Apa masih memikirkan dia? Kamu tidak bisa melupakan dia, hmm?" tanya ayah Verrel yang bernama Johan Marcelo dengan suara yang datar dan sorot mata yang tajam. Verrel melirik Airin dia ada di tengah keluarganya. Dan Verrel tidak mau sampai Airin tahu. Tuan Johan yang tahu lirikan matanya Verrel menghentikan apa yang ingin dia tanyakan. "Tunggu dulu. Kamu siapa nak? Apa kamu Airin kekasih Verrel?" tanya Nyonya Imey nenek Verrel yang menoleh ke arah Airin yang sedari tadi hanya diam dan melihat keluarga Verrel saling melempar pertanyaan kenapa dengan dia.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD