Bab 12. Rencana Selanjutnya

1310 Words
"Kau sudah membuatku malu. Kenapa datang ke hotel? Apa tujuanmu ke sana? Kamu mau bertemu kekasih gelapmu?" tanya Tuan Bramantyo yang menuduh Nyonya Marcella ke hotel untuk bertemu kekasihnya. Nyonya Marcella menggelengkan kepala. Dia tidak menyangka kalau suami yang dia nikahi dulu menuduhnya. "Beraninya kamu mengatakan itu padaku. Kamu sudah menjadi suamiku berapa lama? Berapa lama? Kenapa kamu malah mengatakan kalau aku selingkuh? Kenapa? Apa kamu pikir aku wanita seperti itu?" tanya Nyonya Marcella dengan wajah penuh amarah. Tuan Bramantyo terdiam karena memang tuduhan dia tidak beralasan. Dia dihasut oleh Kinanti kalau Nyonya Marcella selingkuh dan dia terpancing dengan hasutan Kinanti. "Apa selama ini aku kurang setia padamu? Walaupun aku tahu kamu tidak seperti dulu lagi padaku. Aku tidak percaya kalau kamu tega menuduhku." Nyonya Marcella kecewa dengan suaminya. Nyonya Marcella memegang pipinya yang terasa perih. Air matanya mengalir di sudut matanya. Seumur hidup baru kali ini dia mengalaminya. "Kamu jangan bohong denganku. Aku tahu kalau kamu itu berbohong padaku. Katakan saja kalau kamu itu selingkuh dan kamu pasti bertemu dengan pria itu. Marcella jangan bohongi aku. Aku ini tidak bisa dibohongi. Kalau kamu mau selingkuh sana pergi. Jangan tinggal dirumah ini. Ini rumah atas namaku dan kamu tidak berhak atas rumah ini. Paham kamu!" Bentak Tuan Bramantyo dengan amarah yang tidak terbendung. Nyonya Marcella yang mendengar dirinya diusir dari rumahnya sendiri geleng kepala. Tidak percaya kalau Tuan Bramantyo berkata seperti itu. "Rumahmu? Sejak kapan kamu membeli rumah ini? Sejak kapan? Kamu itu miskin, sejak menikah denganku kamu tidak membawa apapun. Ini rumah sudah ada sebelum aku menikah denganmu. Jadi jangan pernah katakan ini rumahmu. Karena, rumah ini milikku dan akan aku berikan ke Airin. Jadi, yang berhak atas rumah ini anakku bukan kamu. Oh, aku paham kamu marah dan menuduhku selingkuh pasti ingin memutar balikkan fakta. Atau jangan-jangan kamu yang selingkuh? Benar tidak?" tanya Nyonya Marcella kembali yang balik menyerang Tuan Bramantyo. Tuan Bramantyo yang diserang balik oleh Nyonya Marcella terdiam dan dia gugup karena dia tidak menyangka kalau Nyonya Marcella bisa berkata seperti itu. Dia pikir Nyonya Marcella akan takut dan berlutut padanya nyatanya tidak. "Kamu jangan menuduh aku, Marcella. Aku ini menemani kamu dari kamu tidak ada apa-apanya. Aku yang membangun perusahaan dengan susah payah. Jadi, jangan kamu katakan seperti itu. Keterlaluan sekali kamu. Aku benci dengan kamu Marcella. Kamu tidak pernah menghargai aku. Selalu merendahkan aku tidak seperti Ki ...." Tuan Bramantyo terdiam karena dia hampir keceplosan menyebutkan nama selingkuhannya. Nyonya Marcella tersenyum mendengar Tuan Bramantyo ingin menyebutkan nama seseorang. Nyonya Marcella mendekati Tuan Bramantyo dan dirinya berhadapan langsung dengan Tuan Bramantyo tanpa rasa takut. "Ki apa? Kinanti? Apa dia lebih dari aku? Atau jangan -jangan kalian berdua selingkuh? Benarkah? Kalian selingkuh di belakang aku? Benarkah?" teriak Nyonya Marcella yang menebak kalau Tuan Bramantyo selingkuh dengan sahabatnya sendiri. Tuan Bramantyo yang tersudut dengan tuduhan itu murka. Dia berpura-pura mengelak dan dia memukul Nyonya Marcella hingga Nyonya Marcella berteriak kencang. Tuan Bramantyo tidak peduli dia terus memukul Nyonya Marcella hingga wajah Nyonya Marcella lembam dan pingsan. Melihat Nyonya Marcella tidak bergerak Tuan Bramantyo panik dia mendekati Nyonya Marcella. "Marcella, bangun. Marcella, kamu jangan pura-pura. Bangun. Aku katakan bangun!" Tuan Bramantyo membangunkan Nyonya Marcella dengan kakinya tapi karena tidak bergerak juga Tuan Bramantyo jongkok dan menepuk pipi Nyonya Marcella untuk menyadarkannya tapi tidak bergerak juga. "Marcella, bangun. Ya Tuhan apa yang telah aku lakukan?" tanya Tuan Bramantyo yang panik. Tuan Bramantyo mengangkat Nyonya Marcella ke kamar dan segera menghubungi dokter untuk datang ke rumah. Bibi Sumi mendengar teriakkan Nyonya Marcella hanya bisa menangis. Dia takut terjadi sesuatu dengan majikannya itu. Tapi, dia bisa apa. "Aku harus hubungi Nona Airin. Dia harus pulang sekarang. Kasihan Nyonya," ucap Bibi Sumi segera menghubungi Airin tapi tidak dijawab. Dokter pun datang dan memeriksa Nyonya Marcella. Dokter terkejut melihat luka di wajah Nyonya Marcella. "Anda memukulnya?" tanya Dokter ke Tuan Bramantyo. "Tidak. Dia baru pulang dari luar dan katanya dia dipukul orang karena mau merampok miliknya. Marcella mempertahankan diri dan seperti ini kejadiannya," jawab Tuan Bramantyo mengelak tuduhan dari dokter pribadi keluarga Nyonya Marcella. Tapi, dokter tidak bodoh. Dia bukan anak kecil yang bisa dibodoh oleh Tuan Bramantyo. Wajah datar Dokter membuat Tuan Bramantyo gugup dia tidak berani menatap dokter. "Biarkan dia istirahat. Jangan ganggu dia. Kalau sampai dia terluka. Maka, kamu akan tahu akibatnya," ancam Dokter Fadil ke Tuan Bramantyo. Tuan Bramantyo yang diancam tidak terima dia menantang Dokter Fadil. "Jangan mengancamku. Aku tidak takut dengan ancamanmu. Sekarang, pergi sana," usir Tuan Bramantyo menyesal karena sudah memanggil dokter Fadil untuk periksa istrinya. Dokter Fadil pergi setelah memberikan resep untuk ditebus. Dengan wajah ketat Dokter Fadil keluar rumah. Tuan Bramantyo mengambil resep dan membuangnya. "Dasar tidak tahu diri. Beraninya mengaturku. Marcella selalu menyusahkan saja," kesal Tuan Bramantyo yang pergi meninggalkan Nyonya Marcella sendiri. Dan tidak pernah pulang. Bibi Sumi yang merawat Nyonya Marcella sampai Airin pulang kembali ke rumah dirinya segera menemui ibunya. "Nona. Maaf tidak bisa jaga Nyonya dengan baik," jawab Bibi Sumi mengadu ke Airin. Airin mengepalkan tangannya karena ibunya disiksa oleh ayahnya. Airin tidak terima sama sekali dia murka dengan ayahnya yang main tangan. "Pria itu tidak pulang?" tanya Airin dengan suara datar. Bibi Sumi geleng kepala menjawab pertanyaan Airin. "Tidak, Nona. Sejak saat itu dia tidak kembali." Airin tidak lagi bertanya hanya menatap ke arah ibunya yang tertidur. Wajah sayu ibunya terlihat jelas dan itu membuat Airin ingin menangis. Apalagi luka lembam di wajah ibunya. "Ma, aku akan jaga mama," ungkap Airin dengan lembut. "Bibi, kita bawa mama ke rumah sakit saja. Badannya panas aku takut terjadi sesuatu dengan Mama. Ayo Bibi bantu aku bawa mama ke rumah sakit," ajak Airin ke Bibi untuk membawa Nyonya Marcella ke rumah sakit karena suhu tubuhnya Nyonya Marcella panas. "Ayo Nona kita bawa sekarang. Tunggu saya panggil yang lain untuk mengotong Nyonya Marcella," ucap Bibi setuju untuk membawa Nyonya Marcella rumah sakit. Airin menyiapkan pakaian ibunya setelah itu supir dan yang lainnya membawa Nyonya Marcella ke rumah sakit. Airin mengikuti dari belakang dan masuk ke mobil bersama dengan ibunya. Airin menghubungi anak buahnya dia ingin tahu dimana ayahnya saat ini. Dia mendapatkan laporan kalau ayahnya liburan bersama Kinanti. Dan dia ingin tahu apakah sudah pulang atau belum. "Dimana dia?" tanya Airin. "Masih di luar negeri Nona, saya sekarang ada di depan mereka. Apa langkah selanjutnya?" tanya anak buah Airin yang juga mengikuti Tuan Bramantyo dan Kinanti yang bersenang-senang di luar negeri sedangkan di rumah Nyonya Marcella menderita. "Lakukan apa yang sudah aku perintahkan. Ingat, jangan sampai ketahuan. Aku tidak mau sampai ketahuan. Sisanya aku yang urus," jawab Airin menjalankan rencana selanjutnya. "Baik, akan saya laksanakan. Kabari saya jika Anda sudah jalan rencana di sana," ucap anak buahnya Airin. Airin mengakhiri panggilan telpon dan mulai mengatur rencana untuk membalas dendam atas perbuatan keduanya. Airin geram dan murka di saat dia baru pulang dari luar kota untuk pekerjaan malah dia mendapatkan kenyataan kalau ibunya disiksa oleh ayahnya. "Tunggu saja. Aku akan buat kalian masuk dalam jebakan. Aku tidak akan lepaskan kalian berdua." Airin segera hubungi seseorang untuk melakukan tugasnya. "Aku mau seluruh keuangan yang dikeluarkan oleh Tuan Bramantyo diblokir. Nyonya Marcella yang mengeluarkan pernyataan ini. Dan ingat, seluruh pengeluaran yang keluar dari rekening Tuan Bramantyo tidak ditanggung perusahaan. Kalian paham? Jika sampai ketahuan kalian keluarkan tanpa izin saya dan Nyonya Marcella maka saya akan tuntut kalian atas penggelapan dana perusahaan," ancam Airin. Airin langsung menunjukkan kekuasaannya dia akan menuntut akses Tuan Bramantyo. Dengan begitu pengeluaran Tuan Bramantyo akan otomatis diblokir. Pihak keuangan mengiyakan perkataan Airin. Mereka langsung memblokir kartu Tuan Bramantyo dan Tuan Bramantyo yang berbelanja untuk Kinanti terkejut karena saat kartunya digesek tidak bisa semuanya menolak transaksi. "Mas, bagaimana ini. Kenapa kartunya tidak bisa?" tanya Kinanti panik. "Aku tidak tahu. Siapa yang sudah berani blokir kartuku. Kamu tunggu saja aku akan hubungi mereka. Awas mereka," jawab Tuan Bramantyo kesal kartunha diblokir. "Tuan Bramantyo, ada apa?" tanya seseorang dari belakang yang menegur Tuan Bramantyo.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD