2

542 Words
Author pov  Begitu sampe depan rumah Nata, Galih memarkirkan mobilnya ke dalam rumah model minimalis itu. Terlihat sebuah mobil honda jazz hitam yang sudah bertengger lebih dulu di halaman rumah menandakan bahwa si pemiliknya sudah pulang.  " Udah pulang Alfen. Tumben," ucap Nata sambil keluar dari mobil Galih.  " Kita aja yang kelamaan nyampenya. Kamu liat aja sekarang jam berapa," ucap Galih sambil menunjukkan jam tangan ke depan wajah Nat , cewek itu langsung mendorong tangan Galih agar segera menjauh. " Biasa aja nunjukin jamnya," ucap Nata kemudian mengerucutkan bibirnya dan masuk ke dalam rumah diikuti oleh Galih yang terkekeh geli karena hobynya menjaili pacarnya itu.  Alfen sedang duduk di sofa sambil menyelonjorkan kakinya keatas meja dan sibuk memainkan ponselnya. Akhir-akhir ini pria yang sudah beranjak dewasa itu memang katanya lagi deket sama cewek, katanya sih temen kerjanya. Bagian quality control di industri farmasi tempat Alfen bekerja. Tau darimana? Gitu-gitu Alfen suka curhat kok. " Pedekate mulu kapan jadiannya," ledek Nata sembari duduk disamping Alfen. Galih duduk di depan mereka kemudian bersandar ke sofa yang ia duduki. " Ngaca kali. Lo berdua pacaran mulu kapan nikahnya?" Alfen membalas dengan telak. Nata menelan ludah dengan susah payah dan melirik ke Galih, cowok itu hanya mengedikkan bahunya sambil tersenyum jahil.  " Dasar gak peka!" sahut Alfen lagi seperti mengetahui apa yang dipikirkan sepupunya. " Salah lagi gue deh. Kenapa sih?" Galih pasang tampang begonya. Atau emang begitu tampangnya? " Cewek tuh mana mau pacaran lama-lama. Nikahin cepet keburu dia diambil David," ucap Alfen benar-benar to the point membuat wajah Nata memerah.  " Lah kok David sih? Dia aja udah punya pacar," ucap Galih yang lagi-lagi cuek. Mengingat saudara kembar tidak identiknya itu sudah pacaran dengan teman sekantornya.  " Ya intinya nikahin Nata cepet. Lo mau biarin dia nunggu lo lagi terus? Gak cukup emang lo nyuruh dia nunggu hampir lima tahun dulu?" kata Alfen yang langsung beranjak dari sofa dan masuk ke kamarnya. Galih melirikkan matanya kearah Nata yang sedari tadi diam. Cewek itu kemudian tersenyum, senyum yang sulit diartikan." Dia lagi PMS ya?"  Nata mengedikkan bahunya cuek. Walaupun dalam hati ia cukup kecewa karena Galih sama sekali gak peka dengan apa yang ia rasakan sekarang. " Kamu mau makan dulu?"  Galih menggeleng." Aku makan dirumah aja. Mamah masak katanya. Yaudah aku balik dulu ya," ucapnya yang kemudian beranjak dari sofa, mengusap kepala Nata dengan lembut dan pergi dari sana. Nata menghela napas mendengar deru mobil yang semakin menjauh dari rumahnya itu. Pertanda si pemilik sudah benar-benar pergi.  Alfen keluar lagi dari kamarnya dan berjalan menunu dapur untuk mengambil segelas air putih. Ia tersenyum masam melihat sepupunya yang masih duduk di sofa seperti memikirkan sesuatu." Gue sengaja tadi." " Iya gue tau kok." " Gue cuma gak mau lo dikecewain lagi," ucap Alfen mengingat bagaimana dulu Nata bertahun-tahun menunggu Galih hingga kembali, bahkan cewek itu sempet drop.  " Mungkin terlalu cepet kali, Fen. Kita kan baru setahun ini sama-sama lagi." " Gak perlu lama-lama pacaran buat nikah kok kalo emang saling sayang." " Mungkin dia masih ngumpulin modal. Gak tau deh gue." Nata mengedikkan bahunya. " Jadi lo mau gimana? Jangan bilang lo udah biasa nunggu dia hampir lima tahun dan lo gak masalah buat nunggu bertahun-tahun lagi?" Alfen menaikkan sebelah alisnya sambil menatap Nata. " Ya gak lah." " Gue cuma mau bilangin lo sebagai seorang abang ya. Kalo dia emang serius sama lo, dia gak bakal bikin lo nunggu lebih lama lagi."
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD