3. BCA - Fakta

2121 Words
“Alma Arsyinta?” panggil seorang perempuan yang terlihat masih muda namun perutnya yang besar membuat semua orang tahu bahwa wanita itu sedang hamil. “Iya Mbak saya Alma,” jawab Alma dengan sopan. “Ayo ikut saya,” ajak wanita itu. Alma mengikuti wanita tersebut masuk ke dalam lift. Alma mengepal tangannya dengan kuat dan mengelus perutnya yang rata itu. Melihat wanita yang ada di hadapannya itu mengingatkan keadaannya sebelumnya. Rasanya Alma sangat ingin menangis sekarang. Setelah Ezra membawanya untuk memeriksa kandungannya waktu itu, pria itu seperti hilang ditelan bumi. Sudah dua minggu berlalu sejak ia memastikan bahwa anaknya tumbuh dengan sehat di dalam rahimnya waktu itu. Sejak dua minggu itu juga Ezra hilang tanpa kabar. Ezra tak pernah lagi menghubunginya ataupun datang mengunjunginya. Alma berusaha mencari Ezra dengan data yang diketahuinya, namun Ezra juga tak ditemukan. Salahnya yang tak mencari tahu tentang Ezra lebih detail lagi. Alma salah karena terlalu mempercayai Ezra selama ini tanpa bertanya di mana rumah pria itu. Ezra juga tak bisa dihubungi sama sekali. Mengingat hal itu membuat Alma ingin menangis. Satu hal yang Alma simpulkan, bahwa sebenarnya Ezra tak benar-benar menginginkannya serta anaknya. Ezra lari dari tanggung jawabnya, maka itu kini Alma harus berjuang seorang diri demi bertahan hidup. Alma terpaksa harus mencari kerja untuk menafkahi kehidupannya, ia sudah keluar dari tempat kerja sebelumnya. Alma bersyukur ada lowongan yang mau menerimanya, padahal ia baru saja menyelesaikan kuliahnya. “Alma, ayo,” ajak wanita itu membuat Alma sadar dari lamunannya. “Ini meja kamu ya, nanti setelah kamu melewati masa training dua minggu ini meja kamu bakalan pindah ke tempat saya. Kamu jelas tahu kalau kamu akan menggantikan posisi saya karena saya harus resign karena hamil, saya harap kamu bisa belajar dengan cepat ya. Kamu baru lulus saran saya kamu berkarier aja dulu, jangan langsung menikah dan hamil sama seperti saya,” canda wanita itu sambil tertawa. Namun Alma tak ikut tertawa karena pada faktanya tanpa menikah ia sudah hamil. “Maaf kalau nggak lucu. Saya belum perkenalkan diri Niken,” kata wanita itu sambil mengulurkan tangannya. “Alma,” balas Alma sambil tersenyum. “Mohon bantuan dan bimbingannya Mbak,” ucap Alma tulus. “Pasti, jangan sungkan untuk bertanya ya.” Alma menganggukkan kepalanya. “Bos kita udah datang,” seru Niken sambil berdiri tegak. Alma akhirnya berbalik dan ikut berdiri tegak, namun semakin dekat Alma merasakan bau parfum yang tak asing. Wanita itu mengangkat kepalanya perlahan dan betapa terkejutnya Alma ketika pria yang berdiri di hadapannya adalah pria yang selama dua minggu ini dicarinya. Ezra yang melihat Alma ada di kantornya sama terkejutnya, mata Alma bahkan sampai berkaca-kaca ingin menangis. Alma membuka sedikit mulutnya tak percaya dengan apa yang dilihatnya. Bagaimana bisa Ezra menjadi atasannya, bukankah Ezra mengatakan bahwa ia hanyalah karyawan biasa di salah satu perusahaan. “Selamat pagi Pak Ezra, apa kabar? Apakah keadaan Bapak sudah sehat?” tanya Niken ramah. Ezra sadar dari keterkejutannya, pria itu memaksakan senyumnya. Terdapat perban di dahi pria itu menandakan bahwa ada luka di sana. “Kabar saya sudah jauh lebih baik. Bagaimana keadaan kantor dua minggu saya tinggal?” tanya Ezra berbasa-basi. “Semuanya aman terkendali Pak. Oh iya Pak ini Alma Arsyinta, sekretaris yang akan menjadi pengganti saya nantinya Pak. Saya mencoba membantu Alma selama dua minggu ini agar paham dengan pekerjaannya,” kata Niken menjelaskan. Alma tak bisa mengatakan apapun saat ini bahkan untuk berpura-pura saja juga tak bisa. “Alma,” tegur Niken ketika Alma tak memberikan hormat pada Ezra. “Alma, mari ikut saya ke ruangan sebentar. Sepertinya kita perlu bicara, ada hal yang harus kamu ketahui langsung dari saya,” tegas Ezra sambil menatap Alma penuh arti. Ezra masuk ke dalam ruangannya membuat Niken bingung karena menurutnya sangat aneh. “Alma, kamu di suruh sama Pak Ezra untuk ke ruangannya,” tegur Niken lagi bahkan sambil memegang bahu wanita itu. Alma jelas terkejut ketika Niken menyentuhnya, namun Alma sadar dengan apa yang terjadi. Wanita itu segera masuk ke dalam ruangan Ezra. Begtiu masuk tangannya ditarik dan pintu langsung saja tertutup. Ezra langsung saja memeluknya dengan erat. “Mas, kangen banget sama kamu.” “Mas lepas! Lepas!” Alma berusaha mendorong Ezra dengan kuat, Alma bahkan sampai memukul d**a Ezra cukup keras membuat Ezra meringis. “Kamu jahat Mas! Kamu pembohong! Aku benci sama kamu Mas!” raung Alma sambil menangis. “Hey, kenapa menangis? Hey kamu tenang dulu,” bujuk Ezra. “Dua minggu Mas aku cari kamu. Dua minggu kamu nggak ada kasih kabar, dua minggu kamu hilang gitu aja. Kamu pergi tanpa kabar buat aku bingung. Kamu buat aku hampir gila, aku pikir kamu lari dari tanggung jawab kamu. Aku pikir kamu berubah pikiran dan nggak menginginkan anak ini dan aku. Kamu benar-benar jahat Mas. Terus sekarang kamu ada di sini sebagai bos? Kamu bohong sama aku selama ini Mas? Kamu bilang sama aku, kalau kamu hanyalah seorang karyawan biasa yang bekerja di salah satu perusahaan. Hidup keluarga kamu sederhana walaupun Papa kamu punya istri dua. Kamu nggak pernah bilang tentang siapa kamu yang sebenarnya sama aku. Kamu sembunyiin semuanya dari aku Mas, kenapa? Kamu takut kalau aku akan jadi wanita yang matre? Kamu kenapa harus bohong Mas? Kenapa?” teriak Alma sambil menangis. “Mas bisa jelasin semuanya sama kamu sayang. Mas minta maaf, tolong jangan seperti ini. Kita bicarain dengan tenang oke?” bujuk Ezra. Pria itu hendak menarik Alma agar duduk, namun Alma menolak dengan menarik tangannya. “Kamu jahat Mas! Kamu pembohong!” “Mas nggak bohong tentang perasaan Mas ke kamu. Mas mencintai kamu, Mas sayang sama kamu. Mas juga janji akan bertanggung jawab, Mas bukan menghilang. Mas punya alasan kenapa nggak ada kabar. Jangan seperti ini Alma. Kenapa kamu bisa ada di sini? Bukannya kamu juga harus menjelaskan sesuatu sama Mas? Kenapa kamu bekerja? Bukannya Mas udah bilang akan bertanggung jawab atas hidup kamu, jadi kamu nggak perlu bekerja lagi.” Alma menampar pipi Ezra cukup keras membuat pria itu cukup terkejut. “Dari begitu banyak pertanyaan dan banyak hal yang bisa kamu katakan, kamu malah bertanya kenapa aku bisa ada di sini? Menurut kamu kenapa Mas aku ada di sini? Kamu menghilang tanpa kabar, aku nggak kerja lagi. Aku bisa dapat uang dari mana? Aku harus bekerja! Kamu pernah pikirin jadi aku nggak? Sekarang apa yang ku dapatkan? Aku harus terima fakta bahwa pria yang aku pikir selama ini jujur ternyata pembohong!” “Sayang, Mas bi—“ Pintu tiba-tiba terbuka membuat Ezra dan Alma terkejut. Seorang wanita masuk bersama dengan anak perempuan yang baru berusia lima tahun dengan tas ransel di bahunya. “Mas, kamu kenapa cepat banget masuknya. Kamu ninggalin kita di parkiran,” gerutu wanita dewasa yang baru masuk itu. Wanita tersebut sangat cantik dan anggun, tubuhnya terlihat sangat proposional. “Papi jahat tinggalin aku sama Mami, padahal aku mau digendong sama Papi,” keluh anak perempuan tersebut pada Ezra membuat Alma semakin terkejut. “Mas, wanita ini siapa?” tanya wanita itu ketika melihat Alma. “Kamu kenapa nangis?” tanya wanita itu lagi dengan bingung. “Saya, saa—“ “Dia Alma, sekretaris aku yang baru pengganti Niken,” jawab Ezra. “Oh ya? Salam kenal Alma, perkenalkan saya Karin istri dari Mas Ezra,” ujar wanita itu sambil mengulurkan tangannya. “Istri?” beo Alma tanpa sadar. “Iya istrinya Mas Ezra, kenapa? Ada yang salah? Kamu sepertinya sangat terkejut melihat saya. Kenapa? Apa ada yang salah dengan saya?” tanya wanita bernama Karin itu sambil memegang wajahnya. “Papi! Ayo kita pergi sarapan sama Mami. Papi udah janji,” raung anak perempuan itu. Air mata Alma jatuh begitu saja, jantungnya berpacu dengan sangat cepat. Dadanya terasa sesak ketika tahu bahwa ternyata Ezra mempunyai anak. “Saya permisi pulang Pak, maaf. Saya izin sakit,” kata Alma pelan sambil berlari keluar dari ruangan Ezra. “Alma!” teriak Ezra. Niken terkejut melihat Alma yang menangis sambil keluar dari ruangan Ezra. “Alma, kamu kenapa?” tanya Niken khawatir. “Mbak, maaf saya izin pulang. Saya sedang sakit, maaf ya Mbak.” Setelah mengatakan itu Alma pergi dari sana sambil membawa tasnya yang sudah diletakkannya di atas meja. Alma pergi menggunakan tangga darurat tidak dengan lift karena takut Ezra akan mengejarnya. “Kemana Alma?” tanya Ezra yang memang berusaha mengejar. “Izin pulang Pak katanya sakit sampai nangis. Alma juga bilang sama Bapak?” tanya Niken memastikan. Ezra menghela napasnya dan mengusap wajahnya kasar. “Iya, katanya dia sedang sakit dan minta izin pulang sampai nangis seperti itu. Saya kasihan melihat dia, ya sudah tidak apa mudah-mudahan keadaannya lebih baik lagi nanti,” kata Ezra. Karin serta anak perempuannya mengejar Ezra. “Mas, kenapa sih?” tanya Karin bingung. “Gapapa, ayo kalau emang mau sarapan di luar,” ajak Ezra dengan berjalan lebih dahulu. Pikiran Ezra saat ini ada pada Alma, ia khawatir dengan keadaan kekasihnya itu. Sedangkan Alma berhenti di tangga darurat dan menangis cukup keras di sana. Walaupun sudah menangkup wajahnya dengan tangan, namun tak cukup menyembunyikan tangisannya. Hatinya terasa sakit ketika tahu bahwa pria yang dicintainya ternyata membohonginya selama ini. Bagaimana bisa ia menyerahkan hidupnya dengan mudah pada pria yang belum dikenalnya sepenuhnya. Selama ini Alma terlalu mempercayai Ezra yang bersikap baik dan lembut padanya. Namun ternyata pria itu sudah mempunyai seorang istri dan anak, bahkan Ezra juga bukanlah orang biasa. Pria itu orang yang sangat kaya dan mempunyai perusahaan besar. Hati Alma terasa sakit ketika mengetahui itu semua, baginya Ezra adalah pria yang jahat karena sudah berbohong padanya. *** Perut Alma terasa sakit, wanita itu meringis kesakitan karena dari tadi pagi ia belum memakan apapun. Namun Alma harus menahannya. Cukup lama Alma menangis di tangga darurat, setelah itu ia pergi dari sana menggunakan ojek online. Alma langsung saja menyusun barang-barangnya ke dalam koper. Alma berniat untuk pergi dari sana, ia sudah tak mau tinggal di apartement tersebut. Hal itu akan membuat Ezra mudah menemukannya. Sudah tak ada harapan lagi bagi keduanya. Sulit bagi Alma memaafkan Ezra saat ini dengan semua fakta yang sudah didapatkannya. Namun dengan tiba-tiba pintu kamar terbuka saat Alma memasukkan barangnya ke dalam koper. Alma langsung saja menoleh dan ternyata datang. Pria itu terkejut melihat Alma yang sudah menyusun barangnya. Ezra mendekati Alma dan mencoba menghentikan Alma. “Kamu mau ngapain? Mau pergi? Jangan pergi! Mas nggak akan biarin kamu pergi begitu aja! Kamu mau pergi ke mana? Ini tempat kamu, Mas mohon jangan pergi.” “Lepas Mas, lepasin aku! Kamu benar-benar jahat! Setelah kamu nggak ada kabar, kamu juga bohong tentang status kamu. Aku yang bodoh karena terlalu percaya sama kamu selama ini. Kamu udah nikah dan punya anak? Kamu anggap aku apa Mas? Aku jadi selingkuhan kamu Mas? Aku hanyalah orang ketiga buat pernikahan kamu. Mas kamu jahat! Kamu jahat biarin aku juga jadi orang yang jahat untuk keluarga kamu. Gimana bisa kamu nyakiti istri dan anak kamu Mas?” teriak Alma dengan wajah memerah dan menangis. “Mas minta maaf sayang. Mas tahu salah, tapi Mas bisa jelaskan semuanya sama kamu. Semuanya terjadi begitu aja, Mas nggak bisa bohongi perasaan Mas kalau Mas benar jatuh cinta sama kamu. Perasaan Mas ke kamu itu benar adanya bukan kebohongan, jadi tolong percaya sama Mas. Kamu harus sabar, Mas janji akan nikahin kamu setelah Mas bercerai sama Karin,” tegas Ezra. Alma yang mendengar itu merasa geram lalu menampar pipi Ezra kembali. “Jahat kamu Mas melakukan itu, lalu setelah kamu menceraikan istri kamu apa yang terjadi? Kamu akan nikahin aku? Lalu aku akan di cap sebagai perusak rumah tangga orang. Kamu jahat Mas, kamu benar-benar jahat. Kenapa Mas? Kenapa kamu tega ngelakuin ini sama aku?” tanya Alma marah. “Sayang, Mas cinta sama kamu. Mas nggak cinta sama Karin. Mas hanya ma…” “Sudah cukup Mas, jangan dilanjutkan lagi. Mari kita akhiri hubungan kita, aku akan pergi. Aku nggak bisa terus sama kamu Mas, kamu sudah punya anak dan istri. Lagi pula aku akan hidup sendiri, aku sudah menggugurkan anak kamu.” “Jangan bercanda Alma! Nggak mungkin kamu melakukan itu iya, ‘kan? Kamu pasti mencoba balas Mas dengan itu iya, ‘kan?” tanya Ezra dengan tertawa. “Apa saat ini aku sedang terlihat bercanda Mas? Aku benar-benar sudah melakukannya sejak kamu pergi tinggalin aku gitu aja. Kamu pikir aku bisa menanggung itu semuanya sendirian? Kamu yang buat aku harus melakukan itu Mas! Jadi jangan salahkan aku karena melakukan itu! Karena alasan aku melakukannya kamu! Bagaimana hidupku jika aku mempertahankannya sendiri? Apa kata orang di saat aku harus hamil tanpa seorang suami? Kamu sudah menghancurkan kehidupanku Mas!” teriak Alma dengan keras. Ezra yang mendengar hal itu melepaskan genggamannya dari tangan Alma dan bergerak mundur. Hatinya terasa sakit saat tahu bahwa Alma telah menggugurkan buah cinta mereka.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD