Khayalan Bodoh

1028 Words
Daniel mengerjapkan matanya, yang dirasa saat matanya terbuka kepalanya terasa sangat pusing. Kenapa ia bisa berada dikamarnya? Daniel merasakan tangannya mengenggam sesuatu. Bella tertidur disampingnya. Dengan segera Daniel tepis tangan Bella jauh-jauh dari tangannya. Bella yang sadar akan kesadaran Daniel ia segera membuka matanya. Yang pertama kali ia lihat dari Daniel, wajah kemarahannya. "Siapa yang menyuruhmu untuk tidur disini!" bentaknya pelan. Bella segera bangkit dan sedikit menjauh dari Daniel "A-aku.." "Dan, kenapa tanganmu menyentuh tanganku?!" Jadi, dia tidak ingat? "Kau yang memegang tanganku lebih dulu." Bella memberanikan diri mengakui perintah Daniel. Daniel tertawa meremehkan "Aku? Haha, aku tidak pernah berfikiran sedikitpun untuk menyentuh tangan kotormu itu!" 'Deg' Kata-kata menyakitkan itu berhasil membuat d**a Bella sakit kembali. Baru semalam ia dibuat bahagia, tapi sudah dihancurkan begitu saja. "Keluar!" Bentaknya. Bella tak bergerak, hanya diam mematung. Kata-katanya masih terasa dihatinya. "KELUAR!" Teriaknya. Bella terlonjak kaget dan segera keluar dari kamar Daniel. "Berani-beraninya jalang itu menyentuh tanganku!" *** Bella sudah menyiapkan sarapan untuk Daniel, ya walaupun kenyataanya dirinya sudah tau. Daniel tidak akan memakannya, bahkan untuk melirikpun rasanya tidak sudi. "Aku--" Daniel sudah melirik kearah Bella. "Aku sudah membuat sarapan untukmu." Daniel merasa iba. Beratus kali mungkin Bella menawarkan padanya tapi selalu Daniel tolak mentah-mentah. Daniel hampiri Bella yang sudah Stay dimeja makan. Daniel pun duduk, dengan jarak yang berjauhan dengan Bella. Bella bangkit ingin membantu tapi ditolak mentah-mentah oleh Daniel, dengan beralasan ia memiliki tangan yang akan ia pergunakan. Bella menurut, setidaknya Daniel mau mencicipi masakannya. "Uhukk..uhukk.." Daniel tersedak saat sesuap Nasi goreng buatan Bella memasuki tenggorokannya. Daniel membanting sendoknya diatas piring "Kau ingin membunuhku?!" Bella tak mengerti, sepertinya tak ada masalah dengan masakannya. Hanya sedikit pedas. "Ini pedas." Bella memberi minum untuk Daniel, tapi gelas itu justru malah Daniel banting dengan keras. "Kalau tau seperti ini aku tidak akan memakannya!" Ia ambil sendiri minumnya, lalu segera bangkit. "Kalau tidak bisa memasak, tidak perlu memasak. Bisa-bisa nyawa orang melayang, hanya karena perbuatan bodohmu itu!" Daniel pergi dari hadapan Bella. Bella tidak marah dengan Daniel, Karena dari situlah Bella tau, Daniel tidak menyukai pedas, dan nanti Bella bisa memasak masakan yang tidak membuatnya tidak merasa kepedasan kembali. Maklum saja ini untuk pertama kalinya Daniel mau memakan masakan Bella. Jadi Bella masak seadanya apa yang ia bisa, dan menurut selera yang disukainya. *** Setengah tahun lebih mereka menikah, dan Bella belum pernah merasakan malam pertama. Karena Daniel tidak pernah mau menyentuhnya. Terkadang Bella suka berandai-andai bila dikeluarga kecilnya memiliki seorang malaikat kecil, pasti hidup Bella tidak akan kesepian Karena sikap Daniel yang dingin dan kejam. Tanpa sadar Bella mengelus perut datarnya "Andaikan kau hadir disini." Bella sangat menginginkannya, tapi apa boleh buat. Daniel tak menginginkannya, lalu bagaimana caranya bisa malaikat kecil itu hadir dirahim Bella. "Jangan bermimpi Bella. Mana mungkin ia mau menanami benih di rahimmu.. Perempuan yang hanya dianggap benalu saja." Lirihnya pelan dengan tertunduk lemas. "Baguslah, kalau kau menyadari itu." Bella terkejut dan mendongakan kepala saat mendengar suara Daniel. Buru-buru ia menurunkan tangannya yang menyentuh perut datarnya. Bella menatap wajah Daniel "Kau sudah pulang?" Tidak biasanya Daniel pulang lebih awal, pukul 21.00 Karena dirinya selalu pulang larut. "Kenapa? Ini rumaku, jadi aku berhak untuk pulang kapan saja." Daniel berlalu meninggalkan Bella diruang tengah. Bella senang karna jarang-jarang Daniel pulang secepat ini. Karena Bella merindukan wajah suaminya, suami yang sangat dicintai. Walaupun beribu cacian maki telah Daniel keluarkan, tapi Bella tetap pada pendiriannya. Tetap mencintai suaminya, Daniel. Bella selalu berharap bila wajah tampan suaminya akan berhadapan dengan wajah bella dengan tatapan penuh cinta, bukan wajah yang penuh amarah. Ah! Itu mustahil, itu tidak akan terjadi. Bella melangkah kedapur untuk menyiapkan makan malam untuk Daniel. Ia berfikir sejenak, makanan apa yang harus ia masak. "Ayam goreng, aku masak itu saja." Bella mulai meracik bumbu-bumbu untuk ayam goreng buatannya. Suara spatula dan wajan saling beradu membuat bunyi-bunyi dari kedua alat tersebut terdengar berisik. "Kau bisa diam tidak!!" Suara Daniel mengejutkan Bella. Hampir saja minyak yang berada didalam wajah keluar dari tempatnya. "Maaf, aku hanya--" "Jangan harap aku akan memakan masakanmu lagi, karena itu tidak akan terjadi." jawabnya pelan tapi menusuk, "Jadi, stop! Aku tidak fokus." Kemudian berlalu meninggalkan Bella. Bella tak tau jika suara dari aktifitasnya memasak membuat Daniel terganggu. Bella mematikan kompornya, dan membiarkan ayam gorengnya tetap diatas penggorengan. Bella berfikir kembali, ia harus memasak apa agar tidak mengganggu aktifitas Daniel. Bella memutuskan untuk memasak ssoup. Kalau Daniel tidak mau memakannya juga tidak apa-apa, dirinya juga membutuhkan makan. Karena Bella sekarang sudah merasakan Lapar. Untung saja ayam yang ia beli masih ada dan cukup untuk dibuat soup. Bella mempersiapkan bahan-bahannya kembali. Daniel yang kembali kedapur untuk mengambil minum menatap Bella geram, keras kepala! Bella menyadari kehadiran Daniel. Ia pun memotong wortel dengan amat sangat pelan, dengan sesekali menatap Daniel yang masih berdiri didepan kulkas. Ia takut Daniel akan terganggu lagi akibat aktifitasnya memasak. "Awhh.." Tanpa sadar jari bella ikut terpotong pisau, saat matanya menatap Daniel. Daniel yang mendengar Bella meringis kesakitan menghampirinya dengan segera. Bella menatap jarinya yang sudah mengalir darah, menahan sakit. Bella terkejut saat Daniel menghisap jarinya menggunakan bibirnya dengan lembut. Rasa sakit itu seakan hilang dan digantikan rasa manis dari perbuatan Daniel. "Sudahku bilang, jangan ya jangan!" Bentaknya, saat melepaskan jari Bella dari mulutnya. Jantung Bella berdegup dengan kencang, Danielnya berada tepat didepan wajahnya. Wajah itu tidak terlihat marah, hanya ekspresi panik yang Daniel perlihatkan. Daniel yang menyadari semuanya dengan segera mungkin menghempas tangan Bella, tubuhnya ia jauhkan. "Tidak usah berkhayal." Ucapnya terbata, "Itu hanya refleks normalku saja." Bella menatapnya tak percaya. 'Cih' Daniel membuang salivanya yang masih terasa bercampur dengan darah Bella "Kalau bukan karena refleks, aku tidak akan sudi menyentuh tangan kotormu itu. Apalagi, menghisap darahmu itu!" Daniel langsung menepis pikiran Bella dengan kata-kata menyakitkan. "Baguslah tanganmu terluka, setidaknya itu berhasil menghentikan perbuatan konyolmu membuat makan malam, kemudian justru malah membuatmu mati muda." ia berlalu pergi meninggalkan Bella. Bella tertunduk, hatinya bagai diremas-remas karena ucapan Daniel. "Maafkan tangan kotor ini, yang sudah berani memasuki bibirmu." lirihnya dengan air mata yang menetes dipipi. Bella urungkan niatnya untuk memasak. Rasanya sudah hilang, saat Daniel menghentaknya. Padahal ia belum sarapan sedari tadi pagi, walaupun dirinya tadi pagi memasak. Tapi tidak lagi, Rasa lapar itu sudah terisi penuh dengan perkataan Daniel  
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD