Bab 4

1315 Words
"HAH- Permaisuri? Bukan Istri resmi Raja? Saat kamu berada di posisi itu, sepertinya kamu benar-benar di atas. Jangan bermimpi! Kamu tak berarti apa-apa bagiku. ” Menatapku seolah dia tercengang, dia menarikku ke arahnya dengan kasar. Aku memejamkan mata ketika dia dengan kasar melepas pakaianku. Aku gemetar ketakutan, tetapi terus bergumam pada diri sendiri bahwa aku baik-baik saja, dan membiarkan dia menyentuh tubuhku dengan tangannya yang dingin. Meski aku pernah membayangkan bahwa suatu hari aku akan tidur dengannya selamanya, tetapi ini bukan yang aku harapkan sama sekali. BRAK- "KYAA! Baginda! Tunggu...! " Saat aku membuka mata dan menatapnya, ekspresinya begitu dingin hingga aku merasa patah hati. "Aku akan wujudkan keinginanmu itu jadi kamu diam saja." Aku memejamkan mata lagi karena aku tidak bisa menatap matanya tanpa emosi. Tetapi aku menghibur diri sendiri, berpikir, 'Bahkan jika dia dingin sekarang, dia bisa menjadi lebih baik dari waktu ke waktu. Jika dia terus b******a denganku seperti ini, dia akan menjagaku bahkan jika dia miskin perasaan manusia.' Aku terluka dan merasa tertekan ketika dia b******a denganku tanpa mempertimbangkan perasaanku, tapi aku tahan dengan itu, menggigit bibirku. Aku hanya menerimanya dengan rendah hati. Berapa banyak waktu telah berlalu? Aku dengan tatapan kosong melihatnya pergi tanpa ragu-ragu. Aku menyeka air mata yang jatuh dari mataku dan membelai tempat tidur di sebelahku, di mana aku masih bisa merasakan kehangatannya. Aku berharap suatu hari nanti aku bisa merasakan kehangatannya sepenuhnya. *** Aku tidak merasa lelah setelah dia selesai. "Yah, ini bukan sesuatu yang baru karena ini bukan pertama kalinya." Sejak dia berhubungan s**s denganku enam bulan yang lalu, dia kadang-kadang datang menemuiku. Setelah memelukku dengan dingin, dia akan meninggalkanku tanpa menoleh ke belakang setiap saat. Aku merasa sengsara dia memperlakukanku dengan dingin setiap saat, aku tidak bisa putus asa bahwa suatu hari dia akan peduli padaku. Dan aku membenci diriku sendiri setiap pagi, karena aku harus merawat hatiku yang terluka dan menangani berbagai pekerjaan atas nama Ratu. Setiap hari aku mendekam dengan kebencian pada diri sendiri, harapan sekilas aku untuknya, dan perasaan kompleks ku terhadap istrinya. "Wah!!" Aku menarik napas dalam-dalam untuk menghilangkan beban dari hatiku, tapi aku tidak merasa lebih baik. Aku kesal melihat tumpukan kertas itu. Untuk apa aku melakukan ini? Melihat bagian atas tumpukan kertas tebal, aku mengingat alasanku menghela nafas di tempat pertama. Satu tahun setelah dia muncul di kerajaan, matahari kerajaan, Raja ke-34, Rublis, mengadakan sebuah pesta meriah untuk memperingati 1 tahun kemunculan Jieun di kerajaan Castina yang merupakan Ratunya, anak ramalan dan satu-satunya pendamping. Dia tidak bisa menyiapkan jamuan untuk dirinya sendiri. Akhirnya, aku ditugaskan untuk pekerjaan itu juga. Bahkan jika dia memerintahkannya untuk menyiapkan jamuan makan, dia tetap tidak bisa melakukannya. Sungguh hal yang konyol! Dia mengatakan sudah setahun sejak dia muncul di kerajaan di tengah berkah dan cinta dewa. Orang lain mungkin bahagia, tapi bagiku itu seperti neraka. Ironisnya, akulah yang harus menyiapkan dan mengatur jamuan makan untuk memperingati hari tersebut. Bukankah itu benar-benar lucu? Setelah tertawa terbahak-bahak selama beberapa waktu, aku melirik jadwal padat di atas kertas. Perjamuan itu dijadwalkan besok. Itu akan menjadi perjamuan yang sangat mewah saat dia memerintahkan agar aku menyiapkannya sebaik mungkin, sehingga mereka akan terlihat seperti pasangan yang luar biasa di perjamuan itu. Di tengah perhatian banyak bangsawan di perjamuan, dia akan menari manis dengannya, membisikkan cinta dengan senyum hangat yang belum pernah dia tunjukkan padaku. Tentu saja, dia tidak akan memperhatikan aku berdiri di sudut. Tiba-tiba, aku ingat Jieun, yang datang menemui ku beberapa hari yang lalu dan mengatakan dia menyesal. Dia bilang dia tidak menerima kenyataan nya karena dia pikir posisi Ratu adalah milikku. Dan kemudian dia bilang dia menyesal karena dia mencintainya. Dia bilang dia tidak bisa tidak mencintainya karena dia merawatnya dengan sangat hangat. Dia juga mengatakan dia akan menerimanya setelah jamuan makan. Dia berkata dia akan memperlakukan ku dengan baik dan merawat ku seperti saudara perempuannya selama sisa hidupku. Dia bilang dia ingin bergaul denganku seperti kakak kandungnya. Aku menghela napas dalam-dalam. Setelah perjamuan besok, Raja dan Ratu akan menjadi kekasih yang terikat erat. Kemudian, dia tidak akan kembali padaku lagi. Aku menghela nafas lagi karena perasaan sedih yang dalam. Aku tidak bisa mengerti wanita macam apa aku ini. Aku tidak bisa membencinya meskipun seharusnya aku membencinya. Meskipun aku merasa sengsara karena penolakannya yang dingin, dan aku merasa terluka setiap kali dia menatapku dengan hina, aku masih merindukan cintanya. Kakak kandung? Kalau dia menerimanya dan dia tidak datang menemuiku, bisakah aku hidup dengan sedikit harapan untuk memilikinya? Apa yang sebenarnya dia pikirkan terhadap perempuan sepertiku? Sedikit pun aku tak bisa membencinya. Selalu diacuhkan dan terluka. Saking aku sangat mendambakan cinta darinya. Bisakah aku melepaskan cintaku yang terus-menerus untuknya? Akankah ada hari ketika aku bisa menghilangkan semua rasa frustrasi dan putus asa ini dari dadaku? Aku benar-benar tidak tahu... "Sudah lama, Yang Mulia." “Bagaimana kabarmu, Duke Lars? Sudah lama sejak terakhir kali aku melihatmu. ” Keesokan harinya, aku sibuk di aula perjamuan Istana Pusat, memberikan instruksi kepada para pelayan. Untuk melaksanakan perintah Raja untuk menyiapkan perjamuan mewah dan mengirim kartu undangan ke semua bangsawan di kerajaan. Selain itu, aku harus memeriksa apakah ada pertempuran faksi, apakah ada gangguan yang disebabkan oleh tuan tanah lokal yang mencoba m******t para bangsawan berpengaruh di ibukota, atau apakah perjamuan berjalan dengan baik. Karena sangat senang melihatnya ketika aku lelah, aku tersenyum cerah. “Bagaimana kabarmu?" “Oh, begitu dan begitu. Ngomong-ngomong, kamu tidak terlihat baik. Apakah kamu baik-baik saja? ” "Bagus. Terima kasih atas perhatian Anda yang hangat..” Sudah lama sejak aku bertemu dengannya. Aku sangat senang melihat dia yang benar-benar mengkhawatirkanku. Aku tersenyum, menatap mata birunya yang berbinar hangat. Dia adalah kepala keluarga Duke Lars, Arkint de Lars, yang disebut pedang kerajaan. Keluarganya adalah salah satu bapak pendiri kerajaan. Sebagai kepala keluarga Lars, peringkat pertama dalam tatanan kerajaan, dia juga teman dekat ayahku dan guruku. Segera setelah aku lahir, aku dipilih untuk menjadi istri putra mahkota, jadi aku menerima pendidikan yang paling kaku dan intens, dan salah satu guru yang mengajariku adalah Duke Lars. Dia selalu menekankan perilaku ku sebagai ibu negara kerajaan, dan tanggung jawab serta tugasku. Dia juga mengajari ku bagaimana mengevaluasi situasi politik. “Sepertinya kamu terlalu banyak bekerja saat menyiapkan jamuan makan. Aku tahu kamu sangat lemah. Tolong jaga dirimu. ” "Aku sendiri tidak terlalu banyak bekerja, tapi kurasa aku membuatmu khawatir." "Betulkah? Tapi kamu benar-benar tidak terlihat baik. Apa kamu baik baik saja? ” “Yah, aku agak sakit akhir-akhir ini, tapi itu selalu terjadi padaku. Ah… " Ketika aku menggelengkan kepala, tiba-tiba aku merasa pusing, jadi aku menyentuh kepalaku. Aku merasa dunia berputar dan berputar. Saat aku kehilangan keseimbangan, dia dengan cepat meraih tanganku. Ups, aku hampir jatuh ke lantai, membuat pemandangan yang buruk. Aku tersenyum lembut untuk mengungkapkan rasa terima kasihku. "Terima kasih, Duke Lars." “Sama-sama, Yang Mulia. Maafkan saya karena menyentuh tubuh Anda tanpa izin Anda. ” "Memaafkan? Oh, akulah yang harus berterima kasih.” Apakah karena aku goyah dengan langkah? Cukup banyak orang yang memperhatikan aku dan Duke Lars. Dia memberi isyarat kepada seorang pelayan, memberi tahu ku bahwa aku sebaiknya minum sesuatu, lalu dia mengambil cangkir dan menyerahkannya kepadaku. Saat aku membawa cangkir ke mulut, aku diliputi oleh aroma minuman yang kuat. Sepertinya aku ingin muntah, jadi aku segera menutup mulutku. "Hoeump-...." Kenapa tiba-tiba aku merasa mual? Sakit perut-kah? "Permaisuri baik-baik saja? Wajah Permaisuri terlihat pucat." Tanya pelayan tadi. "Ah, aku tak apa-apa. Aku merasa sedikit gak enak ba.... HOEK!" Aku mual! Perutku rasanya seperti dipelintir! Kenapa bisa begini padahal aku tak makan yang aneh-aneh...!! Duke Lars, menatapku, bertanya dengan tatapan bingung, "Yang Mulia?" “Duke Lars, aku minta maaf untuk menunjukkan keburukanku….Ups!” Ya Tuhan, aku merasa seperti akan pingsan, dengan begitu banyak orang yang menonton. Sepertinya wajahku sudah pucat pasi. Aku tidak bisa menghadapi matanya yang melotot, jadi aku buru-buru mengalihkan pandanganku darinya. Orang-orang yang berkumpul di dekatnya mulai berbisik tentangku. Keheranan, kemarahan, dan kegembiraan? Apa-apaan ini? Kenapa mereka menatapku seperti itu? "Ada apa?"
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD