2. Eternal Desire

1175 Words
Saat kapal mulai berlabuh, semua yang ada di atas kapal itu turun dan di sambut oleh pasukan dari kerajaan Eternal Desire. Para vampire harus memastikan jika manusia yang datang bukanlah mata-mata dari kelompok yang tidak diinginkan di sana. Satu persatu mendapatkan giliran untuk diperiksa. Dan saat Philomena mulai di periksa, para penjaga itu tidak yakin dengan aroma darahnya. Sampai saat Nezera maju dan melukai sedikit tangannya. Wanita itu mengulurkan tangan hingga penjaga mencium aroma darah yang dimiliki Nezera. “Kalian bisa langsung ke sana. Mereka akan memberitahu di mana rumah kalian,” ujar penjaga di sana. Nezera tersenyum lebar saat mengetahui akan mendapatkan tempat tinggal yang lebih aman di Deep Island. Bersama dengan Moran, mereka berjalan melewati beberapa rumah, dan juga ada pasar rakyat di sana. “Nezera, kita harus menyewa kuda untuk sampai di desa yang akan kita huni,” ujar Moran. “Apa? Jadi … bukan di sini tempat kita?” tanya Nezera terkejut. “Hei, mereka memberikan tempat yang jauh lebih baik dari di sini. Sayangnya … di sini tidak bisa menggunakan mobil, karena mereka masih menjalankan budaya kuno.” Nezera mengangguk mengerti, ia pun berjalan bersama Moran untuk mencari persewaaan kuda maupun kereta kuda yang ada di dekat pasar itu. Sampai akhirnya ada segerombolan vampire dari istana yang melewati area itu. Seorang vampire pria memiliki tatapan tajam dan dingin, tengah mengamati sekelilingnya. Dan orang yang ada di atas kuda lainnya, kini membacakan sebuah pengumuman untuk masyarakat desa. “Pengumuman! Akan ada pemilihan pelayan di istana. Dan jika beruntung, salah satu dari kalian akan menjadi pelayan pribadi anak dari Raja. Pemilihan akan dilakukan pada esok, pukul sepuluh pagi.” Setelah mendengarkan pengumuman, Nezera dan Moran saling tatap. Mereka melompat gembira saat tahu akan diadakan sebuah tes untuk mereka yang ingin bekerja di dalam wilayah kerajaan. Mereka kembali melanjutkan perjalanan menuju ke sebuah desa yang letaknya tidak jauh dari wilayah kerajaan. Moran sengaja bekerja sama dengan seorang vampire yang menjadi bawahan langsung kepala wilayah di sana. Karena wilayah pulau Deep Island sangat luas, tentu wilayah kerajaan ada di tengah pulau itu. Di dalam pulau terbagi menjadi lima desa, yaitu Rebirth Desire, Gilded Wood, High Valley, Vineyard, dan Black Oak. Desa yang sedang mereka tuju Rebirth Desire, sangat dekat dengan wilayah kerajaan. Dan untuk sampai di sana, mereka harus melewati dua desa lainnya Vineyard dan Gilded Wood. Saat melewati Vineyard, mereka akan melihat ada banyak sekali perkebunan sayur. Dan semua dikelola oleh manusia yang tinggal di sana untuk dijual kembali. Desa itu memiliki lima penjaga dari kerajaan vampire yang selalu berpatroli pada malam hari. Nezera melihat ada seorang manusia yang menawarkan sayuran padanya. seorang wanita tua dengan pakaian seperti petani pada umumnya, tengah tersenyum dan menyodorkan satu keranjang penuh sayuran. “Nak, maukah kau membeli ini?” tanya wanita tua itu. “Ehm, maaf … aku masih belum memiliki uang untuk saat ini. Apa aku bisa membelinya dengan barang?” tanya Nezera. “Aku butuh uang, Nak. Bukan barang, baiklah jika kau tidak memiliki uang, aku akan menawarkan sayuran ini pada mereka yang mau,” ujar wanita tua. Nezera terlihat menyesal karena tidak bisa membantu. Setelah itu, Philomena memanggil Nezera untuk segera melanjutkan perjalanannya. Desa itu cukup luas sampai mereka harus berhenti di perbatasan karena hari yang semakin larut. Desa berikutnya adalah Gilded Wood, desa yang dikelilingi oleh hutan pinus. “Kenapa kau tidak mengatakannya dari awal?” tanya Nezera kesal. “Jika aku mengatakannya di awal, aku yakin kau tidak akan mau melewati dua desa ini.” “Sudahlah kalian berdua. Nezera seharusnya berterima kasih pada Moran, ia sudah membantu kita untuk bisa sampai di sini,” omel Philomena. “Dengarkan ibumu,” sahut Moran dengan menjulurkan lidahnya. “Beruntung aku membawa selimut ini, jika adik dan ibuku kedinginan kau harus dikuliti agar bisa bermanfaat!” omel Nezera. Mereka pun mendirikan tenda di perbatasan, dengan makanan seadanya, dan perapian yang dibuat Moran dari ranting kayu di sekitar sana. Mereka saling menjaga, terutama Moran yang satu-satunya pria di sana. Hanya dia yang bisa diandalkan jika terjadi sesuatu. “Moran, apa di perbatasan memang seperti ini? kenapa tidak terlihat ada manusia atau vampire melewati area ini?” tanya Nezera. “Tenanglah, biasanya para vampire akan berkeliling di sini untuk memastikan keadaan.” “Begitu rupanya.” “Kau bisa tidur, aku akan berjaga di sini.” “Tidak, aku akan menemani dirimu di sini. Biarkan Ibu dan Demetria beristirahat.” “Baiklah, apa yang bisa kita lakukan di malam dingin seperti ini?” tanya Moran dengan tatapan menggoda. Kesal dengan tatapan itu, Nezera melempar Moran menggunakan batu yang ada di sampingnya. “Aduh! Kenapa kau melempar batu padaku?” tanya Moran sembari mengusap tangan yang terkena lemparan batu itu. “Apa kau sedang berpikir untuk berbuat m***m padaku?” “Tidak! Aku hanya ingin bermain, seperti dulu … bukankah kita sering bermain jika sedang berjaga seperti ini?” “Ah … bermain, maaf. Aku lupa … sudah lama kita tidak melakukannya.” “Ya, kau benar.” “Baiklah, apa yang ingin kau mainkan?” tanya Nezera. “Hmm, bagaimana jika kita bermain tebak-tebakkan?” “Boleh.” Nezera mengubah posisi duduknya, lalu bersiap untuk menebak setiap pertanyaan dari Moran, dan begitu juga sebaliknya. “Nezera … dia datang dan pergi, tidak bisa di sentuh meski hati ingin sekali melakukannya. Jika sedang marah, kita bahkan tidak bisa melawannya. Apa kau bisa menebak?” Nezera mulai berpikir, sebuah teka teki yang selalu membuatnya tidak tenang jika tidak bisa menjawab. Karena Moran tidak akan memberikan jawaban jika Nezera tidak bisa menjawab. Beberapa kali tangannya seperti mencari tahu. “Berlalu dan tanpa permisi … dia memang tidak pernah meminta izin untuk datang dan pergi, bahkan … tidak ada yang bisa membuatnya marah, tetapi … dia marah dengan sendirinya. Dia adalah angin,” jawab Nezera. Moran tersenyum. “Baiklah … kau semakin jago rupanya. Giliran dirimu, berikan aku sebuah teka teki yang sulit.” “Kau menantang aku? Baiklah … -“ Belum sempat Nezera melanjutkan ucapannya, tiba-tiba terdengar langkah kaki kuda mendekati mereka. Ada lima penjaga dari klan vampire yang datang. Mereka berhenti tepat di depan Moran dan Nezera, hal itu juga mengganggu Philomena hingga terbangun dari tidurnya. “Siapa mereka?” tanya Philomena. “Kenapa kalian bermalam di sini?” tanya seorang penjaga. “Kami akan menuju ke  Rebirth Desire, tetapi sepertinya tidak akan bisa sampai di sana salam sehari perjalanan karena kami hanya memiliki satu kuda,” jelas Moran. “Apa kalian pendatang baru?” tanya penjaga itu lagi. “Ya, kami sudah mendapatkan izin dari pelabuhan, ini,” ujar Moran sembari memberikan surat izin pada penjaga itu. “Kau! Kenapa aroma tubuhmu tidak seperti manusia? Siapa kau?” tanya penjaga lain. “Aku manusia, Tuan. Silakan jika kau tidak percaya. Aku memiliki jantung yang masih berdetak. Dan darahku masih mengalir di dalam tubuh ini,” jelas Nezera. Wanita itu menusuk sedikit jarinya dengan jarum, lalu ia mengeluarkan sedikit darah dan menunjukkannya pada penjaga dari klan vampire. “Baiklah, kami akan mengantarkan kalian sampai ke Rebirth, naiklah!” sahut seorang penjaga. “Terima kasih, Tuan.”
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD