Seriously?

1027 Words
Satu detik. Dua detik. Tiga detik. Ya, siapa yang menyangka Rinai akan berakhir di kamar hotel dengan seorang pria. Ia melihat lagi pakaiannya, masih lengkap. Tangannya meraba-raba ke bagian selakangan, aman. "Aku gak ngapa-ngapain kamu kalau itu yang kamu takutkan." Sungguh! Kejadian macam apa ini? Apakah setelah ini akan ada skandal di antara Rinai dan penyanyi super top itu? "Ka-kamu, ngikutin aku?" Panik. Jelas saja, Rinai tak pernah berhubungan badan, apalagi sekamar dengan pria asing. Meskipun dia sudah mengenal Aiden sejak awal debut. "Bukan. Kita semalam ada di cafe yang sama, awalnya aku merasa aneh. Kupikir kamu hanya menatap orang-orang di bar, tapi saat kamu sudah mabuk dan tanya padaku.. Aku akhirnya tahu kalau kamu memang bisa melihatku. Aku bersyukur sekali bertemu denganmu." Rasa pusing di kepala Rinai makin menjadi-jadi. Kenapa pria itu mengutarakan kata-kata semanis itu? Rinai menebak, pasti di balik wajah cool Aiden tersimpan segudang bakat untuk menggoda banyak wanita sepertinya. "Apa yang kamu bicarakan nggak bakalan ngubah fakta bahwa kamu melakukan pelecehan terhadapku, Kak." Ya, usianya jelas beda. Rinai yakin Aiden lebih di atasnya, bisa dilihat dari tampang dan sikapnya. Pria yang hanya duduk di atas meja kaca terlihat datar, bibir tanpa lip balm dan pucat. Ya Tuhan, bahkan dalam keadaan seburuk itu, Rinai mengutuk mulutnya. Bohong jika otaknya tidak mengiyakan untuk bilang Aiden benar-benar tampan. Cukup! Jangan tumbang, Rinai. Posisimu sulit sekarang. Terlepas dari apa yang mereka berbuat, Rinai meyakini bahwa semua ini adalah salah Aiden. "Wait, kamu salah paham. Aku sama sekali tidak menyentuhmu. Oke, secara garis besar aku memang memasukimu.. Tapii.." "APA?!" Rinai melempar bantal dengan sembarang. Mendengar kata 'memasuki' jelas otaknya langsung tertuju ke arah yang lebih agresif. No! Bahkan Rinai tak sanggup membayangkannya. Tapi kenapa miliknya tidak sakit sama sekali? Apakah Aiden begitu pro, sampai tak berbekas rasanya. "Kenapa teriak-teriak sih. Jangan potong omonganku dulu, Nona. Kumohon." Baiklah. Rinai akan memberi waktu sekitar 5 menit untuk Aiden membela diri, setelah itu ia akan menendang ottong penyanyi di hadapannya sekeras-kerasnya lalu kabur dari hotel sialan ini. "Aku minta maaf karena menggunakan tubuhmu, cuma cara itu yang kupunya agar bisa membawamu ke sini." Pria m***m! Rutuk Rinai dalam hati. "Dan oh ya, semalam kalau kamu lupa, kamu telah mengotori sepatuku. Yeah, meksipun sepatu ini sudah tak berharga lagi. Di dunia nyata, memang sudah dibuang, tapi tetap saja ini sepatu kesayanganku." Perkataan Aiden sekarang malah makin aneh. "Satu lagi, namamu siapa? Sepertinya kita akan menjadi teman." "Bukan urusanmu. Sekarang, berikan nomer managermu dan aku akan meminta uangmu. Kamu telah melakukan tindakan di luar batas, Kak. Meskipun aku menghormatimu, tapi penilaianku terhadapmu hilang karena sikap kurang ajarmu." "Maksudnya?" "Ya. Pertama, aku minta maaf sudah mengotori sepatumu, tapi aku tidak menyesal sama sekali dan kedua, aku sungguh tidak tahu apa yang sudah kita lakukan. Semuanya terlihat normal. Tapi tetap saja, aku curiga denganmu. Dan yang terakhir, aku tidak ingin berurusan denganmu. Ini yang terakhir." Rinai beranjak dari ranjang, berdiri dengan kondisi tubuh yang lebih baik. Bau alkohol masih menyengat dari mulutnya. Tapi Aiden membuat pintu sama sekali tidak bisa terbuka. Ya, sejak jadi roh yang luntang-lantung sana-sini, Aiden memang mendapati kemampuan yang belum pernah dikuasainya saat menjadi manusia. Seakan tangan dan matanya memiliki sihir. "Kamu sedang apa?" Tentu saja Rinai tak percaya, ia yakin pasti Aiden menyuruh seseorang untuk menahan pintu dari luar. "Nona, sebaiknya kita mengobrol sebentar." "No, waktuku tidak banyak, meskipun tidak sesibuk kamu, Tuan Aiden." Tak ada pilihan lain, akhirnya Aiden menghilang dan muncul di depan Rinai. Siapa yang tidak kaget melihat manusia bisa berpindah tempat hanya dengan hitungan detik saja. Mulutnya menganga, matanya membola sempurna. "Ini yang ingin aku bicarakan. Makanya, semalam aku tanya, apakah kamu bisa melihatku?" Tak ada tanda-tanda dari Rinai. Perempuan itu jelas syok, ia yakin sudah gila. Saking paniknya, Rinai pun pingsan lagi. Dan Aiden hanya bisa pasrah dan akhirnya terpaksa menunggu perempuan aneh itu bangun kembali. *** Dua jam pingsan, akhirnya Rinai sadar saat ponselnya berdering. Ia merasakan punggungnya sakit karena terlalu lama terkulai tak berdaya di lantai. Ah, Aiden! Pria yang bisa menghilang dalam sekejap mata. Apakah dia berganti menjadi aktor? Dan sekarang sedang syuting film? Tunggu, ke mana kaburnya pria itu? Mumpung Aiden tidak ada, Rinai cepat-cepat keluar dari hotel. Bahkan ia melupakan jaketnya, berlari sekencang-kencangnya agar bisa sampai di apartemen. Ia yakin Rose pasti sudah menunggunya. Syukurlah, dompet beserta isinya tak ada yang hilang. Cukup lega saat ada taksi yang kebetulan lewat. "Pak, apartemen Gerilya Muda, ya!" "Baik, Non." Tancap gas, Rinai menyuruh pak supir ngebut. Hanya membutuhkan waktu setengah jam, akhirnya bisa sampai di depan gedung. Lagi-lagi ia terburu-buru masuk, menunggu lift terbuka dan sampai di kamarnya. "Hah! Betapa leganya!" Rinai langsung merebahkan tubuhnya di ranjang. Tak peduli dengan Rose yang tidur. Temannya jelas tak bisa tidur semalaman karena Jo bilang, Rinai langsung keluar dari Snow club. Panik karena teman satu unitnya tidak pulang. "Heh, bikin kaget! Lu tuh ya, bisa gak kalau pergi tuh bilang. Gue sampai mikir yang enggak-enggak, dodol! Lagian, semalem lu ke mana?" Rinai membuka mata lagi, menatap Rose yang terlihat seperti macan yang menuntut untuk jatah daging harian. "Gue diculik sama orang, tampan sih tapi aneh. Menatap keheranan. "Siapa? Lu gak berniat ngubah haluan jadi penyanyi terus mencari sugar daddy kan? Lu mau jadi sugar baby, Nai?!" "Enggaklah, ya kali! Bercanda gue. Semalem gue lupa jalan pulang. Maaf deh, bikin khawatir." Ia kembali menutup mata, meskipun rasa kantuknya sudah hilang. Terlebih ingatannya tentang sosok Aiden makin jelas. Pria itu, dengan berani mengajaknya check in. Padahal baru pertama bertemu, jadi kesan seperti itu yang bisa Rinai ambil dari seorang pria terkenal? "Eh, tahu gak kabar terbaru. Katanya Aiden Alexandra batal konser, dia mengalami kecelakaan di Hongkong dan sekarang kayaknya di rawat di sana deh, malahan ada yang bilang dia koma." Mendengar nama Aiden, Rinai terperanjat. Belum lagi terhubung dengan kata kecelakaan dan koma. Wait, bukankah pria tadi pagi adalah Aiden? Apakah karena pengaruh alkohol, Rinai langsung lupa ingatan dan payah mengenali seseorang? "Aiden?" "Iya, penyanyi yang suaranya bikin cewek klepek-kelepek. Nih, kalau lu gak percaya," tunjuk Rose, memperlihatkan layar ponsel dengan berita terkini tentang Aiden. Pria itu bilang, telah memasuki tubuhnya secara tidak sengaja. Pria itu tiba-tiba saja menghilang dan muncul lagi di depannya. Apa jangan-jangan? APA!!!!
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD