CVC 9. Transformasi°

2275 Words
(◍•ᴗ•◍)❤ ya, benar sekali, Cassandra dan Eliana adalah orang yang sama. Tapi, bukan Cassandra cantik menyamar jadi Elliana office girl. Melainkan, Elliana adalah wujud asli Cassandra. Bagaimana transformasi Elliana menjadi selebgram cantik? Bisa kalian lihat di postingan IG Sisilianovel. Jangan lupa di ❤️ dan follow IG Sisilianovel. *** "Cassandra Elliana sialaaan!" teriak Aaron yang merangkak di lantai ruang tamu apartemennya. Berusaha kepayahan melonggarkan setelannya, akan tetapi baru beberapa kancing kemeja terbuka, Aaron tidak punya kekuatan lagi. Ia meringkuk mengerang kesakitan. "Gyaaaaahhh!” Bulir- bulir peluh sebesar biji jagung mengalir deras dari sekujur tubuhnya. Seluruh sendi dan tulang belulangnya rasa digeprek, berbunyi keretek- keretek. Tubuh perkasa Aaron melengkung kencang, jemari mencengkeram tubuh sendiri dan merobek setelannya. Suara teriakannya menggema di ruangan lengang itu, akan tetapi tidak terdengar ke lantai lain karena ketebalan beton ditambah lapisan peredam suara. Perubahan wujud Aaron kembali ke tubuh aslinya tanpa melakukan hubungan seks, membuat Aaron harus menjalani fase yang sangat menyakitkan. Otot tubuhnya serasa disobek- sobek, tulangnya serasa dicacah halus, rambut dan bulu- bulu di tubuhnya serasa tercerabut. Semua rasa sakit bercampur jadi satu. Kegagalan kencannya kali ini diakibatkan perempuan bernama Cassandra Elliana, berujung ia harus menyandang rasa sakit teramat sangat. Aaron pernah mengukur konsistensi rasa sakit yang dialaminya, setara 3 kali lipat rasa sakit saat melahirkan pada perempuan. Wajah tampan tersiksa Aaron berubah perlahan menjadi tembem membulat kemerahan. "Cassandra Elliana berengsek! Akan kubuat kau membayar rasa sakit iniiiii!” geramnya sampai liur meleleh dari sela bibirnya. Lalu Aaron terkapar pingsan dengan tubuh menggelembung bagai bengkak. Di apartemen mewah lainnya, Elliana selesai menikmati mandi malam dengan air spa yang diraciknya sendiri. Meski baru mengalami pemecatan, Elliana tidak ingin terlarut sedih. Ia masih punya aktivitas sampingan yang menghasilkan uang yaitu sebagai pelukis. Tubuh langsing berbungkus jubah mandi handuk itu melintasi ruang tengah menuju nakas, lalu mengambil surat- surat rekening koran tagihan beragam pembayaran yang sudah didebit otomatis dari rekening. Elliana membuka surat itu sambil duduk santai di sofa. Elliana mengaktifkan bluetooth earpiece-nya lalu bicara dengan seorang perempuan bernama Tante Elly. Pemilik apartemen dan segala fasilitas yang dipakainya di kediaman mewah tersebut. Tante Elly sosialita kaya raya yang tinggal di Paris. Elliana bicara santai padanya. "Iya, Tan, semua tagihan sudah beres. Paket barang yang Tante kirim juga sudah Elli terima. Baju- baju, sepatu dan tasnya sudah Elli susun di lemari baju Tante." "Nah, iya, bagus sekali," sahut Tante Elly. "Semua barang itu sudah dikasih percuma sama desainer di sini, coba. Tante sampai bingung mau diapain, soalnya nggak semuanya selera Tante. Kalau dijual ntar yang ngasih tersinggung, 'kan, Tante jadi nggak enak hati. Kamu kalau minat pakai aja. Nggak usah sungkan." "Wah, makasih, Tante. Tante baik sekali," sahut Elliana. "Nggak papa, itukan sebagai timbal balik kamu sudah mau jagain apartemen Tante sekalian jagain anak kucing Tante." "Ehmm, mereka bukan anakan lagi, Tante. Sudah 2 tahun. Momo dan Anais sudah berahi dan kawin." "Waaah, bagus dong! Bakalan banyak yang ngeramein rumah." "Iya, Tan." "Ehm, kamu sendiri kapan kawin?” goda Tante Elly. Hhh, selalu saja, jika orang Indonesia apabila ada kesempatan tidak ada bahan pembicaraan lain akan membahas kapan kawin dan sejenisnya. "Doain aja, Tan, mudah- mudahan jodohnya didekatkan," jawab Elliana berusaha tabah. Selama ini, tidak ada yang menaksir dirinya dengan tampilan Elliana. Jika sebagai Cassandra, berderet pesan ingin mengajak kencan dan tawaran menjadi su.gar.ba.by atau istri muda. "Iya. Semoga mendapat jodoh yang terbaik, mapan dan bertanggung jawab, ya, say." "Iya, Tante. Makasih." Panggilan suara itu lalu putus. Elliana merenung sebentar mengenai apa yang akan dilakukannya setelah tanpa pekerjaan tetap. Uang pesangon lumayan untuk dikirim ke Ibu di kampung. Sementara ia bisa bertahan dengan uang hasil penjualan lukisan. Hasil dari pameran tidak seberapa karena seluruh keuntungan diserahkan ke yayasan. Untuk menghasilkan uang lagi, ia harus menciptakan karya lukis baru, itupun tidak langsung terjual kecuali sudah ada pemesan lebih dulu. Kadang kala rasa cinta pada melukis mengalahkan minatnya untuk mengeruk keuntungan dari menjual lukisan. Beberapa karya tidak dijualnya walaupun ada yang menaksir karena lukisan tersebut punya makna mendalam baginya. Andalannya adalah menjadi pemegang seksi brand kosmetik di Novantis, akan tetapi impian itu pupus gara- gara pria berengsek itu. Lampu indikator earpiece-nya menyala karena ada panggilan masuk pada nomor bisnis di ponselnya. Elliana menerima panggilan tersebut. Dari Rosalinda, manajer Cassandra. "Cassandra, kamu sudah terima email dari Eveready, 'kan? Itu sudah diperbarui sesuai keinginan Bapak Aaron Sebastian. Ia tidak akan menuntut ke jalur hukum asalkan kamu mau bekerja eksklusif untuknya. Jangan lupa, besok kau ada janji temu dengannya di apartemennya." Kening Elliana mengernyit sebelah. "Ke apartemennya?" Bukankah itu menjadi urusan yang sangat personal? "Iya," sahut Rosalinda. Lalu tertawa. "Ehehehe, kau ini seolah tidak tahu saja. Bapak Aaron pasti ingin lebih dekat denganmu." Elliana langsung sewot. "Lebih dekat apanya? Bagaimana jika ia memperko.saku? Bagaimana jika ia menjebakku dalam hubungan satu malam? Meminumiku perangsang atau membuatku mabuk?" "Aiih, tidak mungkin, ah! Kalau ia melakukan itu, kamu bisa melaporkannya ke pihak berwajib dan coba baca dulu email kerja sama barunya. Tidak boleh ada kontak fisik nonkonsensual di antara kalian. Bahkan jika melanggar privasi masing- masing, salah satu pihak harus membayar denda yang sangat besar. Tenang saja, itu perjanjian khas kawin kontrak saling benci atau menutupi kelainan. Selama kalian tidak saling tertarik secara nafsu atau jatuh cinta, Kerja sama kalian akan terjaga secara profesional." "Hah?!" Elliana mendengkus ketus. "Benar- benar penuh jebakan Aaron itu," gerutunya. Rosalinda tertawa lagi. "Ahahahah, yah, aku rasa ia tidak akan bergelar Cassanova kalau tidak penuh jebakan. Tenang sajalah, Cassandra, kau sudah tamat baca kitab cinta satu malam dan hamil di luar nikah serta kawin paksa. Kau sudah tahu trik- trik lelaki macam Aaron, aku rasa. Tinggal kau saja pintar- pintar mengeles." Beuhh, nasehat yang sangat bermanfaat. "Memang berapa komisiku untuk pekerjaan ini?" tanya Cassandra. "1 Milyar. Lumayan 'kan? Tetapi masih ada yang lebih tinggi sih dari itu. 10 Milyar kalau kau jual keperawananmu. Ahahahhaa." "Rosalinda!" bentak Elliana karena jijik mendengar bisnis semacam itu. Masih tertawa gelak, Rosalinda menyahutnya. "Aku tahu, aku tahu. Aku cuma bercanda. Hahahaha. Oke, Cassie sayang. Bobo cantik yaa, biar besok Bapak Aaron terpesona padamu. Love you. Bye!" "Sialan!" desis Elliana setelah panggilan diputus Rosalinda. Memikirkan besok akan berhadapan dengan orang yang sangat mengesalkan, membuat Elliana mengatupkan rahangnya dan mengembus keras napasnya. Ia lalu menautkan jemari tangan dan menggemeretakkan tulang- tulangnya. Mungkin besok penuh jebakan si Aaron Antikepastian itu, tetapi ia tidak akan goyah. Elliana berpikir mungkin akan ada peluang baginya membalas perbuatan Aaron. Elliana mangut- mangut seraya terseringai. "Tunggu saja pembalasanku, Aaron Sebastian!" gumam Elliana. *** (Song: Lana del Rey "When the world was at war before, we just kept dancing") Girls, don't forget your pearls And all of your horses As you make your way across the pond Girls, don't forget your curls And all of your corsets Memorize them in a little song Shake it up, throw your hands up and get loose Cut a rug, lean into the fu.cking youth Choreo, we just want the fu.cking truth (Told by the frightened) Sebuah lagu berkumandang dari pengeras suara wireless di kamar rias apartemen Elliana. Di sana ia memulai ritualnya berubah menjadi Cassandra yang cantik jelita dan disukai banyak orang. Dengan kecantikan, ia memiliki tiket emas masuk ke dunia selebriti dan keartisan. Menaklukkan banyak pria dan kalangan yang menikmati seni karena terbawa imej cantik dan berbakatnya. Ya, Cassandra Elliana artis adalah Cassandra Elliana yang tidak menarik, datar, membosankan. Menggabungkan skill seni lukis, memahat kontur wajah, penggunaan plester, lem, pasak dan karet filler, jadilah wajah Cassandra yang cantik jelita. Kemampuan transformasi yang mengagumkan sekaligus menakutkan. Jika Cassandra Elliana melakukan tindak kejahatan, ia akan lolos begitu saja karena tidak ada seorang pun akan mengenali saat wajahnya berubah. Cassandra Elliana yang bermata besar, hidung mancung, bibir sen.sual dan rambut bergelombang tebal hasil tatanan rambut aslinya ditambah rambut ekstensi digulung dengan alat keriting panas. Pesan dari nomor tidak dikenal masuk ke ponselnya. Sekilas mata besar bernetra kecokelatan itu melirik tajam membaca pesan tersebut. [Halo, selamat pagi, Nona Cassandra. Saya Gabriel Noah, asisten Bapak Aaron. Saya akan mengantar jemput Anda ke tempat Bapak Aaron. Tolong balas pesan saya jika Anda bersedia.] Jemari berkuteks biru malam bertabur gliter dan permata berbentuk bunga menekan chat cepat membalas pesan itu. [Ya.] Segera masuk pesan balasan. [Baik. Bisa Anda kirim lokasi di mana saya harus menjemput Anda, Nona?] Casandra memoles sedikit gunungan bibir atasnya agar terkesan lebih ranum. Ia berhenti sedetik untuk menekan tombol berbagi lokasi. Lalu balasan masuk lagi. [Baik! Saya akan sampai dalam 10 menit.] Cassandra menyelesaikan dandanannya dengan semprotan embun pengawet makeup wajah. Ia kemudian mengisi tasnya dengan penyemprot merica, penyetrum mini, pisau lipat, gunting —jika ia punya pis.tol, ia akan membawanya juga— untuk keamanan. Tak lupa ia memasukkan kantong makeup daruratnya serta ponsel. Mengenakan dress pendek bahu setali, dilapisi blazer mini, memasang stoking hitam dan kaki diselipkan ke dalam sepatu berhak tinggi. Semua yang dikenakannya adalah barang mahal rancangan desainer terkenal. Sungguh keberuntungan memiliki tante sosialita kaya raya yang tinggal di luar negeri tetapi punya banyak harta di Indonesia. "Bye, bye, Momo, Anais!" pamit Cassandra pada piaraannya. "Doakan Mommy sukses hari ini, yaaa!" Dibalas meongan riang kucing- kucing itu. Penuh percaya diri Cassandra Elliana melangkah keluar dari apartemennya. Begitu keluar dari lift, Ia memasang kacamata hitam, berjalan melintasi lobi dan ketika ia tiba di teras gedung tersebut, sebuah mobil sedan mewah menyinggahinya. "Selamat pagi, Nona Cassandra." Gabriel Noah keluar dari mobil itu dan menyapanya seraya tersenyum ramah. "Pagi!" sahut Cassandra dingin. Gabriel bergegas membukakan kabin penumpang. "Silakan masuk, Nona!" Cassandra menunduk masuk ke dalam sedan itu lalu duduk anggun tanpa membuka kacamatanya. Gabriel bergegas masuk ke kursi kemudi lalu menyetir mobil meninggalkan kawasan apartemen Golden Residence. Ia tidak bicara apa pun karena Cassandra bersikap dingin dan asyik dengan ponselnya. Gabriel lalu bergumam sendiri pada panggilan masuk di ponsel. Panggilan dari ibunya yang menanyakan apakah ia sudah bertemu putri teman lamanya. "Maaf, Mah, Gabriel lagi sibuk," jawabnya. "Nanti lah, Mah. Ya, ya, nanti Gabriel hubungi dia. Iya, ya, pastilah, Ma. Kalau kami cocok kami bisa temenan dulu. Ehm, ehm. Iyaaa." Lalu percakapan selesai. Suasana dalam mobil kembali sepi. Gabriel melirik pada Cassandra melalui cermin, tetapi wanita itu bergeming dari ponselnya. Gabriel jadi memikirkan Cassandra Elliana yang kemarin dipecat Aaron. Agaknya gadis itu tidak mengabarkan pemecatannya sehingga ibunya tidak ribut soal itu. Pastinya Cassandra Elliana yang itu tidak ingin membebani ibunya yang seorang janda. Entah apa yang akan dilakukan gadis itu tanpa pekerjaan. Sedangkan kehidupan di Jakarta sangat sulit. Hhhh, kenapa ia jadi kepikiran Cassandra Elliana yang malang. Ah, sudahlah! Selama tidak ada masalah mencuat karena hal itu, ia tidak perlu melakukan apa pun. Tiba di gedung apartemen Imaginary Land, Gabriel mengantarkan Cassandra ke unit milik Aaron. "Halo, Cassandra. Kita bertemu lagi!” Pria itu menyambut Cassandra di pintu depan dengan wajah semringah, segar sehabis mandi tampan maksimal, ditambah jubah satin yang terbuka agar da.da bidangnya terintip. Ia sedang menikmati segelas anggur merah yang membantunya santai. Cassandra tidak menyahut. Ia melepas kacamata dan menyimpannya dalam tas, lalu menyeret tatapan tajam pada Aaron. Gabriel tahu jika pagi hari Aaron meminum anggur itu berarti ia mengalami malam yang berat. Namun Gabriel tidak bisa berkomentar karena Aaron langsung menyuruhnya pergi. Berduaan dengan Cassandra, Aaron merentangkan tangan ke arah dalam rumahnya. "Silakan masuk. Nikmati tempat ini seperti rumahmu sendiri." Cassandra melangkah lebih jauh ke dalam apartemen itu. Sangat luas dan mewah. Interior khas lelaki, perabot- perabot modern berwarna gelap, minim variasi. Aaron mengekor di belakang Cassandra, menikmati lekukan tubuhnya dan pinggulnya saat melangkah. Ia melanjutkan obrolannya. "Aku yakin kau sudah membaca surat kerja sama yang baru khusus mengatur kerja sama antara kau dan aku." "Ya, saya sudah membacanya," sahut Cassandra. "Apa ada yang membuatmu keberatan?" Cassandra perlu uangnya. "Tidak ada," jawabnya singkat. "Bagus!" Aaron melewati Cassandra untuk meletakkan gelas anggurnya ke meja. Cassandra berdiri terpaku menatap sebuah lukisan di atas perapian elektrik. Sebuah lukisan di dinding tengah ruangan yang tampak kontras berbeda dengan nada dekorasi ruangan lainnya. Yaitu lukisan sepasang kekasih berbaring bertatapan di tumpukan kelopak bunga warna- warni. Karya Cassandra yang dibeli Aaron di pameran pertamanya. "Lihat! Aku penggemar lukisanmu sejak pertama. Aku tidak mengada- ada," ucap Aaron dan tidak sebiji huruf pun Cassandra percaya ucapannya. Namun Cassandra menyahutinya datar. "Terima kasih!" Ia lalu ke ruang tengah mengikuti Aaron di mana di situ ada meja pendek tempat meletakkan buket buah- buahan dan botol anggur beserta sepasang gelas. Di sana juga terdapat peralatan lukis lengkap dan kanvas polos berbagai ukuran. Cassandra memeriksa alat- alat lukis itu. Jenis kuas, cat, ukuran bahkan mereknya, sesuai dengan yang biasa dipakainya. "Aku menghubungi manajermu dan ia membantuku menyediakan semua keperluan melukis yang sama dengan yang kau gunakan. Kau lihat, aku suka memperhatikanmu sampai ke detail." Cassandra tidak tersanjung. Wajar saja klien yang membawanya ke rumah menyiapkan segala keperluan kerjanya. Cassandra meletakkan tasnya di sebuah kursi lalu memegangi barang- barang melukisnya sebagai bentuk pengenalan. "Jadi, apa yang harus aku lukis, Bapak Aaron?" tanyanya. Aaron membuka jubah satinnya. Bahan itu meluncur jatuh dari pundaknya untuk tergeletak di lantai. Mata Cassandra membulat. Pria itu menampilkan tubuh telanjang bagai patung dewa Yunani Kuno, lengkap dengan lekukan otot- otot dan alat kelamin lelaki menjuntai riang di depan telur kembarnya yang berserabut halus. Cassandra yang masih perawan sempat kebingungan dengan tubuhnya yang panas mendadak. Tidak menyangka Aaron bisa senekat itu di hadapannya. Meno.dai penglihatannya. Cassandra menelan ludah dengan susah payah. Aaron bisa melihat usaha kerasnya dari leher Cassandra yang berlekuk. Dengan santai Aaron setengah berbaring di sofa dan berpose bagai duyung jantan di pantai. "Tunjukkan kemampuanmu langsung di depan mataku. Jika aku puas dengan hasilnya, aku tidak akan menuntutmu dan uang 1 Milyar menjadi milikmu. Lukis aku sedetail mungkin." Cassandra mengepalkan kedua tangannya. Aaron Sebastian benar- benar hendak menguji nyalinya. Ia harus bisa bertahan dari godaan pria itu, sekuat tenaga. *** Bersambung ....
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD