CVC 8. Insiden Berdarah°

1735 Words
Aaron semringah mendengar pengakuan Yosephina. Wanita cantik dan cerdas selalu membuatnya terpesona karena biasanya mereka ganas di ranjang. Tidak menangis kesakitan lalu minta tanggung jawab. Rasanya akan menyenangkan jika malam ini ia mentraktir Yosephina makan malam di kamar hotel. "Bagus sekali, Yosephina. Kau memang layak menjadi kepala bagian pemasaran," puji Aaron. Yosephina mengerling membalasnya. "Tu- tunggu sebentar!” Sebuah suara gugup menginterupsi tiba- tiba. Yosephina mendelik tajam pada Elliana, sedangkan Aaron menatap wanita itu sebelah mata. "Ya, ada apa?” tanya Aaron datar. Menahan marah, Elli bersuara tegas. "Itu tadi ... ide pikiran saya yang saya kembangkan. Apa yang disampaikan Ibu Yosephina adalah murni kerja saya sendiri." Yosephina menampiknya. "Apa yang kau bicarakan, Elliana? Bukankah kita mendiskusikannya sebelum ke sini tadi? Kamu itu anak buah saya, kamu bekerja sesuai instruksi saya." Para anggota rapat yang mengantuk jadi segar bugar menyaksikan perdebatan sengit dua wanita itu. Elliana menatap tepat ke dalam mata Yosephina supaya tahu ia bersungguh- sungguh. "Tetapi Anda menolaknya! Ibu bilang rancangan saya hanya akan membuang- buang uang perusahaan.” "Kapan aku bilang begitu? Elliana, kamu jangan coba- coba meru.sak presentasi saya karena kamu ada dendam sama saya, ya!" ancam Yosephina. "Saya tahu kamu mengincar posisi saya! " Elliana tergamam tidak menyangka atasannya menekan ia sedemikian rupa sampai- sampai membuat isu yang tidak pernah ada. "Ibu Yosephina, Ibu memfitnah saya. Saya memang butuh promosi tapi saya tidak akan menjatuhkan orang untuk mendapatkannya," tukas Elliana. Aaron tersengih senang sambil mangut-mangut menonton perdebatan itu, seperti adegan Nenek Tapasha menghasut orang-orang agar membenci Iccha. Ya, ia suka sekali menonton sinetron. Dulu, pelampiasannya sebelum bisa bergaul sebagai Aaron. Gabriel menyenggol tangan Aaron dan bicara dengan suara direndahkan padanya. "Aaron, ini sudah di luar konteks rapat kali ini. Kita masih banyak yang harus dibahas selanjutnya." Aaron berdecak, lalu memilih menuruti saran penyampai wahyunya. Daripada waktu terbuang percuma. Ia ada janji dengan Yayasan Eveready untuk membahas Cassandra Elliana yang satunya. Aaron memunculkan wibawanya sebagai CEO. "Hentikan, kalian berdua! Kalian berdua adalah karyawan Novantis. Kalian digaji perusahaan. Apa yang kalian kerjakan dan hasilkan adalah milik perusahaan. Tidak usah diperdebatkan lagi mau ide siapa dan riset siapa. Jika kalian tidak bisa bekerja sama, maka kalian akan dikeluarkan dari proyek ini. Mengerti?" "Mengerti, Pak!" sahut Yosephina, lalu ia duduk tenang di kursinya, sedangkan Elliana berdiri tegap menatap tajam pada Aaron. "Bukankah saya berhak untuk berbicara di rapat ini?" sergah Elliana. "Saya merasa telah diperlakukan tidak adil." Aaron tercengang. "Adil? Kau bicara soal keadilan? Dengar Cassandra ... eh, mmm," sedikit tersendat karena sosok Cassandra Elliana di hadapannya sedikit mengecewakan, "ini perusahaan, bukan pengadilan. Jadi tutup mulutmu dan kembali bekerja." Elliana geram dan ingin menggebrak meja, tetapi gumaman peserta rapat lainnya mendengung merasa terganggu. Elliana meng atup mulutnya rapat-rapat lalu duduk kembali ke kursinya. Di bawah meja, ponselnya menerima pesan masuk dari Yosephina, mengingatkan kalau ia masih ingin bekerja, maka ia lebih baik diam dan menuruti apa kata atasan. Rapat dilanjutkan membahas hal lainnya hingga 2 jam ke depan. Setelah rapat dibubarkan, Yosephina mengiringi Aaron masuk ke dalam lift karena ajakan Aaron untuk berduaan. Yosephina membawa map berkas konsep foundation milik Elliana. Elliana yang melihat hal itu tidak tinggal diam. Ia menyusul kedua orang itu sekalian untuk berbicara tertutup dengan mereka. Saat pintu lift hampir tertutup, Aaron dan Yosephina yang sedang berayuan, tersentak karena pintu lift ada yang membuka dan Cassandra Elliana, staf marketing itu masuk ke dalam, berdiri di hadapan keduanya lalu menekan lift agar pintu tertutup dan lift diam di tempat. Yosephina memelototinya seraya menggamit erat lengan Aaron agar Elliana tahu bahwa Aaron akan melindunginya. Jelas sekali di wajah Elliana ia sedang marah besar. Aaron santai saja dan tersenyum mencemooh seakan baginya Cassandra yang satu ini sedang menggali kuburannya sendiri. Aaron melihat jarak dekat kartu pegawainya dan membaca jelas namanya. "Jadi, Cassandra Elliana —namamu sama persis dengan artis ** itu, tapi kalian sangat berbeda— ada perlu apa kau menghentikan kami?" Wanita itu geram berucap. "Saya ingin bicara dengan kalian berdua untuk meluruskan kejadian di dalam tadi. Itu riset saya. Saya mengerjakannya berhari-hari, jika Ibu Yosephina ingin mengambilnya, setidaknya bisa bicara baik- baik, tidak perlu mendiskreditkan saya seperti tadi. Sekarang saya ingin map saya dikembalikan!" Elliana menarik map di tangan Yosephina, tetapi perempuan itu sontak memegang erat map tersebut. "Kembalikan!" bentak Elliana. "Tidak! Sudah dibilang Aaron, ini bukan lagi milikmu, ini milik perusahaan!" tampik Yosephina. "Tidak jika kerja kerasku di rancangan ini tidak diakui!" geram Elliana, karena ia tahu ada banyak konsep produk di dalam berkas itu selain yang ditampilkan Yosephina. Aaron menonton saja karena ia menikmati adegan dramatis seperti itu. Tarik menarik map keras itu berujung terlepas dari tangan Yosephina dengan mencederai jarinya. Tepian keras map menggores jari telunjuk kanan Yosephina. Lukanya cukup panjang dan dalam sehingga darah muncrat ke wajah Aaron, ke setelan kerjanya, ke sepatunya karena darah merembes laju ke lantai lift. "Aaaahhhh ...." Yosephina berteriak histeris seraya memegangi jarinya yang terluka. Ia menangis keras. "Aah, tidak! Aaron tolong aku .... Hu hu hu huuhu." Elliana membeku terkejut sambil mendekap mapnya. Ia tidak menyangka Yosephina terluka. Aaron mengambil saputangan dan menggunakannya untuk menutupi luka Yosephina. Ia tidak menyangka perdebatan itu mencederai calon teman kencannya malam nanti. Ia menghunuskan tatapan tajam pada Elliana. Rupanya wanita bernama Cassandra Elliana akan selalu menguji nyalinya, membuatnya meradang hingga ke ubun- ubun. Aaron maju selangkah mendempet wanita itu ke dinding lift untuk menekan tombol membuka pintu lift. Lift terbuka dan Elliana terdorong mundur keluar lalu jatuh terduduk di lantai. Aaron menggandeng Yosephina yang menangis sesenggukan keluar dari lift. Orang-orang di lantai itu terdiam memandangi mereka. Aaron berdiri sebentar di hadapan Elliana lalu menghardik wanita itu. "Aku tidak mau lagi melihatmu di tempat ini. Cassandra Elliana, kau dipecat! Jika kau berani muncul lagi di hadapanku, kau akan berinteraksi dengan petugas keamanan dan aku akan memerintahkan mereka melemparmu ke jalanan. Camkan itu!" Elliana tidak berkutik di posisinya. Ucapan pria itu laksana petir badai besar yang menghancurkan menara yang dibuatnya dengan susah payah. Elliana merasa dingin sekujur tubuh dan terengah kesulitan bernapas. Ia tidak sanggup memegang mapnya dan benda itu tergeletak. Aaron bergegas pergi untuk membawa Yosephina ke klinik. Tertinggal Elliana sendirian dihunjam tatapan tajam dan keheranan orang-orang di sekelilingnya. Ada yang berceletuk menyuarainya. "Wah, coba kamu secantik Cassandra, Pak Bos pasti tidak bakalan memecatmu, El. Ehehhehe, hmmm, payah. Nasib, nasib ...." Lalu mereka berlalu begitu saja tanpa merasa iba padanya. Elliana sekuat tenaga menahan tangis dan marah hingga tubuhnya gemetaran. Sorot matanya nanar, terbayang wajah orang-orang yang menertawakan dan merendahkannya karena penampilannya. Ia mengumpulkan kekuatannya, memegangi mapnya dan berusaha berdiri. Sebuah tangan lelaki terulur padanya menawarkan pegangan. Elliana mengangkat wajah menatap lelaki itu yang ternyata adalah Gabriel Noah, asisten pribadi Bapak Aaron. Pria itu menyunggingkan senyuman tipis padanya. "Ayo, aku bantu kau berdiri," ujar pria itu. Elliana tersenyum getir. Sudah cukup kekejaman dunia hari ini padanya. Ia tidak ingin menambahnya dengan menerima uluran tangan dari kaki tangan orang yang mencampakkannya. "Tidak perlu! Aku bisa sendiri," ketusnya. Elliana menepis tangan Gabriel dan berdiri sendiri. Ia beranjak dari tempat itu dengan sebelah kaki terseok- seok karena solnya patah. Dalam hati merutuk laknat Aaron Sebastian. Pria itu harus mendapatkan balasan sakit hatinya. Gabriel memandangi Elliana menjauh. Kepala terteleng dengan kening berkerut dalam seolah penuh pertanyaan. Dalam ponselnya tersimpan foto Cassandra Elliana kiriman ibunya yang kata beliau akan dijodohkan dengannya. Karena itu ia bisa tahu ada Cassandra Elliana di kantor Novantis. Melihat perseteruan calon jodoh dengan sahabatnya, Gabriel jadi bimbang. Sementara itu, setelah mengantar Yosephina ke klinik di perusahaannya, Aaron mendampingi Yosephina ke rumah sakit karena luka di jarinya cukup dalam dan harus dijahit agar pendarahannya berhenti. Untungnya luka di jaringan telapak tangan tidak meninggalkan bekas yang berarti, sehingga Yosephina tidak khawatir. Aaron mengantar Yosephina sampai ke depan gedung apartemennya saja. Mereka berciuman sebelum Yosephina turun dari mobil. "Kita akan ttap kencan 'kan malam ini, Aaron?" tanya Yosephina penuh harap. Aaron tersenyum lesu. "Sebaiknya kau istirahat saja, pulihkan lukamu. Kita bisa kencan kapan saja kalau kau sudah sembuh." Yosephina langsung cemberut dan mengeluh, "Uh, ini semua gara-gara Cassandra Elliana. Baguslah kau memecatnya. Aku memang sudah lama kesal padanya. Ia suka mangkir dengan berbagai alasan." Menyebut nama itu, Aaron teringat janji temunya dengan pihak Yayasan Eveready. "Oh, ya, kelakuannya memang sudah keterlaluan," sahut Aaron. "Sampai jumpa!" pamitnya seraya memacu mobil meninggalkan Yosephina. Aaron kembali ke kantor dan mengganti baju serta membersihkan diri di ruang pribadinya. Selanjutnya, ia bersama Gabriel pergi ke sebuah hotel untuk temu janji di restoran hotel tersebut. "Cassandra yang baru kau pecat mengemasi barangnya dan menandatangani tanda terima surat pemecatannya," terang Gabriel sambil mengemudi. "Hm," sahut Aaron tanpa memperhatikan. Pikirannya sedang ada pada Cassandra Elliana yang lain. Gabriel mendelik sahabatnya. " Kamu ... memang berencana menghancurkan hidup semua perempuan yang bernama Cassandra Elliana?" Aaron terkekeh. "Begitulah. Sebagai orang tampan dan kaya raya, aku harus punya obsesi pada sesuatu. Memilikinya, menaklukkannya lalu mencampakkannya." "Lalu, untuk Cassandra yang satu ini, apa rencanamu padanya?" "Fuhuhuhu.... Untuk Cassandra Nenek Tapasha, aku akan membuat dia tergila-gila padaku." Mata Gabriel terbelalak. "Aaron, jangan bilang kamu mau menggunakan pelet ayu pemikat sukma Ki Joko Bobo?!" "Aah, bukanlah!" "Lalu apa?" "Menggunakan tubuhku yang luar biasa ini." "Maksudmu pakai minyak Mak Ero.tis?" "Hah, memangnya aku kurang ilmiah jadi kamu pikir aku pakai dukun segala?" rengut Aaron. Ia lalu tersenyum congkak menatap bayangan dirinya sendiri di cermin pantul mobil. "Aku akan meminta Cassandra Elliana melukisku b***l. Huehehehehe ...." Gabriel tidak bertanya lagi. Terserah saja sudah bagaimana cara Aaron memerangkap Cassandra. Asalkan bukan Cassandra anak teman ibunya, ia akan merasa jadi beban jika anak itu kenapa-kenapa. Sementara itu .... Di sebuah gedung apartemen mewah yang terjaga keamanan dan privasi penghuninya, Elliana berjalan gontai membawa kotak kardus berisi barang-barang yang dibawanya pulang dari perusahaan tempat tadinya ia bekerja. Rambut lurusnya terikat kucir kuda berantakan, wajahnya lelah kehilangan semangat. Kunci pintu elektrik terbuka berbunyi nada poliponik yang ciamik. Cassandra membuka pintu dengan mendorong kardusnya. Begitu kakinya melangkah ke dalam, meongan kucing menyapanya. "Meoong ...." seekor kucing abu-abu montok bergelut di kakinya. Elliana berjongkok, meletakkan kardusnya lalu mengusap dagu kucing itu dan berkata lesu. "Halo, Momo, bagaimana harimu? Kali ini Mommy pulang cepat ya, Mommy mau memberitahu sesuatu. Mommy dipecat." Cassandra Elliana mencemberutkan bibirnya, lalu berujar gemas seraya menggaruk dagu kucing persia bernama lengkap Moses itu. "Tapi jangan khawatir, Momo cute baby .... Mommy akan membalas perbuatan Bapak Aaron Sebatas Kasihan itu dan Mommy tidak akan berbelas kasihan padanya. Belum tahu dia Cassandra Elliana yang sebenarnya." Mata Cassandra yang tampak sipit membulat lalu menyeringai dan tertawa jahat. "Huahahahahaha ....." *** Bersambung ....
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD