Bab 2

1276 Words
Happy reading *** "Pak, saya ijin pulang ya sekarang?," Alis pak Hilman terangkat, "Pulang?," "Bunda saya masuk rumah sakit lagi pak," Pak Hilman memandang wajah cantik Mince, ia menarik nafas mencoba mengerti keadaan adminnya yang satu ini. Ia tahu bagaimana perasaan seorang anak melihat orang tuanya sakit. Tentu saja perasaan sedih, emosional, bingung, panik luar biasa dan ingin segera bertemu. Ia pernah mengalami hal serupa dan tahu bagaimana pedihnya hati seorang anak. "Yasudah kamu langsung ke rumah sakit. Semoga orang tua kamu cepat sembuh," "Makasih pak," "Iya," "Kamu bawa mobil hati-hati," "Iya pak," Mince mengambil tas nya di meja, ia melangkah keluar dari kantor. Ia mendengar suara ponselnya berbuyi. Mince menatap ke arah layar, ternyata dari sang ayah.  "Ayah Calling," Mince menggeser tombol hijau pada layar, ia meletakkan ponsel di telinga kirinya. Perasaanya semakin tidak tenang, ketika ayah menghubunginya. "Kamu di mana sayang?," "Ini lagi di basement yah, gimana bunda?," tanya Mince cemas. "Bunda sudah di pindah ke ruang ICU, kamu langsung ke sini ya," Mince mengerutkan dahi dan lalu menghentikan langkahnya. ICU atau Intensive Care Unit adalah ruang khusus yang disediakan rumah sakit untuk merawat pasien dengan penyakit atau cedera serius. Ia tidak tahu apa yang telah terjadi pada bunda sehingga dilarikan ke ruangan yang dilengkapi peralatan medis khusus. Ia tahu bahwa pasien yang masuk ke ruang ICU dengan kondisi pasien mengalami gangguan fungsi organ tubuh. Peralatan medis di sana membantu pasien agar tetap bertahan hidup dan dalam pengawasan dokter 24 jam. "Kata dokter gimana, yah?," Mince menahan isak tangis, suaranya berubah menjadi parau. "Kata dokter bunda komplikasi," Hatinya seketika sesak mendengar kata komplikasi. Komplikasi yang ia ketahui adalah penyakit yang cukup serius. Ia tidak tahu ternyata bunda nya mengalami hal seperti ini. Air mata seketika jatuh dengan sendirinya. Ia pernah menjenguk orang tua temannya dulu ketika SMA, ia pernah mendengar bahwa komplikasi merupakan penyakit yang di alami pasien yang sudah menyerang penyakit jantung, pembuluh darah dan stroke. Kerusakan itu bisa menyebabkan gagal ginjal. Oh Tuhan, ia tidak tahu akan berbuat apa selain menangis dan terisak. "Kamu harus kuat, ok. Hati-hati bawa mobil, ayah tunggu kamu di sini. Semoga ada jalan yang terbaik buat bunda," ucap beliau berusaha tegar, menyemangati putri satu-satunya. Mince menepis air matanya yang jatuh, ia memegang dinding, agar tubuh tidak luruh ke lantai. Hati remuk padam dan ia malah menangis tersedu-sedu di dekat tangga. Bunda adalah ibu terbaik yang pernah ada dalam hidupnya. Bunda selalu menyemangati dan membuatnya tersenyum. Baru kemarin ia masih bermanja-manja dengan bunda, liburan bersama ke Jogja, berbelanja ke mall. Bunda bukanlah wanita yang hobi masak seperti kebanyakan, hanya saja bunda tidak terlalu mahir dengan bumbu dapur sama seperti dirinya. Tapi bunda selalu tahu cara membuat keluarganya bahagia, ayah yang tidak mempermasalahkan bunda membeli makanan siap saji. Hanya hari minggu saja bunda sibuk di dapur memasak makanan sederhana itu juga dengan dapur yang berantakkan. Terlalu banyak kenangan dengannya membuatnya ingin teriak, dan menangis keras. Sepasang mata elang memperhatikannya, ia sebenarnya ingin memeluk tubuh ramping itu. Tapi apalah daya ia tidak cukup nyali untuk menariknya, karena ia hatinya sudah patah karena cintanya. Ia memberanikan diri mendekat, ia tidak sampai hati melihat wanita itu menangis tersedu-sedu di sini. Ia tidak tahu akan berbuat apa, sehingga ia memeras otaknya hanya untuk berpikir bagaimana caranya meredakan tangis itu. Ia memegang pundak wanita itu, menepuk pelan. "Minara ...," Mince sadar ada yang menepuk bahunya, ia menoleh ia memandang sepasang mata teduh. Dia sama seperti pertama kali bertemu, pria berkaca mata dengan bingkai silver, tubuhnya tinggi dan rahang kokoh. Ia akui bahwa dia termasuk laki-laki tampan di hotel ini. Dia adalah Igar, salah satu head departemen house keeper. Ia menepis air mata dengan punggung tangan, ia menggigit bibir bawah menahan isak tangis. "Hei, kamu kenapa?," Igar memberanikan diri menepis air mata Mince. Nafasnya kembali sesak dan air matanya kembali jatuh, tangisnya pecah tidak tertahankan. Igar reflek memeluk tubuh Mince. Terlihat jelas kesedihan pada wajah cantik itu. Segala keceriaan yang pernah ia lihat kini berubah menjadi air mata yang terus mengalir. Sepertinya dia tidak peduli lagi dengan make up luntur, hidung bengkak dan wajahnya berubah menjadi jelek, ketika menangis seperti ini, tapi ia enggan mengatakannya. "Kamu kenapa? Cerita sama aku, kamu kenapa?," Igar mengelus tubuh ramping itu, agar tangisnya reda. Mince melonggarkan pelukannya, ia memandang Igar laki-laki itu masih memandangnya dengan wajah cemas, "Kamu kenapa?," ucapnya lagi. "Bunda masuk rumah sakit, sekarang dalam keadaan kritis, kata dokter bunda komplikasi," isak Mince, ia kembali menangis. Igar kembali memeluk tubuh ramping itu lagi. Oh Tuhan, jadi ini lah yang menyebabkan wanitanya menangis tersedu-sedu. Ia tidak peduli ada beberapa karyawan memandangnya. Ia tahu bagaimana perasaan anak mendengar orang tua dalam keadaan kritis seperti ini. Ia di sini hanya ingin menenangkan agar Mince berusaha tegar. "Oh Tuhan, kapan masuknya?," "Tadi pagi," "Yaudah kita langsung ke rumah sakit ya," Mince mengangguk, "Iya," "Mana kunci mobil kamu? Biar aku yang antar, aku takutnya kamu kenapa-napa di jalan," Mince menyerahkan kunci mobil itu kepada Igar, dalam keadaan sedih seperti ini, ia sulit sekali untuk berpikir jernih apalagi menyetir sendiri. "Tapi kamu kan kerja," "Ya cuma ngantarin kamu ke rumah sakit sebentar, terus aku balik lagi ke sini, kamu lagi enggak stabil," Igar melangkahkan kakinya menuju parkiran, ia melirik Mince mengikuti langkahnya. "Rumah sakit apa?," "Rumah sakit Medika Permata Hijau," Igar mengangguk paham, karena jarak rumah sakit dan hotel ini tidak terlalu jauh. Jadi ia tidak perlu khawatir untuk tidak menghadiri perpisahan pak Adi nanti sore. Beberapa menit kemudian, mobil meninggalkan area hotel. Ia memandang Mince sekilas, ia tidak ingin bertanya lebih lanjut tentang kondisi bundanya. Ia hanya tidak ingin menambah kesedihan pada wanita itu. Ia pernah menambatkan hatinya kepada wanita ini, tapi kini gagal. Dia mengatakan bahwa masih belum bisa menjalin hubungan dengan siapapun, karena dia pernah patah kesekian kalinya. Walau pernah ditolak, ia tidak pernah memutuskan hubungan tanpa ada rasa dendam atau pun marah. Ia berpikir positif, bisa jadi Mince masih butuh waktu untuk berpikir untuk menjalin hubungan dengannya. Ia menatap Mince, wanita itu memandang ke arah jendela berharap tidak mendengar hal-hal yang tidak diinginkan. Semoga semuanya baik-baik saja. *** Salam hangat, Kami memawakili seluruh jajaran direksi dan komisaris, management, Zuri Hotel & resort Jakarta. Pada bulan Maret. Zuri Hotel sebagai salah satu hotel terbaik. Kami selalu melakukan perubahan dan perbaikan sesuai perkembangan jaman dami tren masa kini. Kami juga selalu melakukan intropeksi diri guna memberikan pelayanan terbaik kepada tamu Zuri Hotel. Dalam rentang waktu yang ada, telah terjadi perubahan mendasar dalam pengelolaan di dalam management, baik operasional maupun struktural pengelola hotel. Pengembangan hotel ini bertujuan agar Zuri Hotel sabagai pilihan berkarir terbaik bagi karyawan. Terutama melayani dengan sepenuh hati kepada tamu untuk memenuhi keinginan menghadiri suasan resort yang elegan dengan pelayanan yang ramah, sopan, jujur, hangat dan menyenangkan. Akhirnya dengan senang hati kami mengucapkan Selamat Datang dan bergabung kepada bapak Arnold Rizaldi, bersama layanan kami di Zuri hotel dan resort Tertanda Management Zuri Hotel dan Resort. "Saya akan memberikan yang terbaik untuk Zuri Hotel Indonesia. Perubahan itu perlu demi masa depan yang lebih baik. Saya mohon do'a dan dukungan dari semua pihak karyawan dan head departemen," "Saya siap untuk bertugas bersama tim Zuri Hotel Indonesia dengan membangun visi dan misi yang sama. Untuk semakin mengejar kemajuan Zuri Hotel Indonesia kedepannya," Arnold Rizaldi selaku general manager baru dan para departemen head turut memberi sambutan. Di lanjutkan testimoni kesan dan pesan dari perwakilan karyawan. Acara ditutup dengan penyerahan kenang-kenanhan untuk bapak Adi Santoso. Zuri Hotel Indonesia merupakan hotel bintang empat yang dikelola Grand Hotel Indonesia berlokasi di Jakarta Pusat. Memiliki 156 kamar, 7 meeting room dan 2 ballroom dengan kapasitas 250 orang. Lokasi yang strategis dan merupakan kawasan bisnis maupun pusat perbelanjaan, dan hiburan. Hotel dengan moto, "All luxuries you deserve". ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD