Bunga mawar merah di dalam vas itu, terjatuh dan pecah.
Aku terhentak, kuulurkan tanganku, ku ambil bunga itu,,
Argghh jariku tergores kaca vas yang pecah.
Darah menetes dari jariku, mengenai bunga mawar merah nan cantik
(Paranoid.Ans)
Ketika manusia masih punya harapan, harapan itu memberi kekuatan dalam dirinya. Seperti Aretta harapannya telah memberinya kekuatan yang sangat besar untuk terus menjalani hari-harinya, tangan kanannya belum bisa dia gerakkan dan masih harus di gendong dengan kain khusus. Meskipun sedih dia mulai menata hidupnya kembali. Dia mulai melupakan peristiwa kecelakaan saat itu dan tentu saja dia tepiskan ingatan tentang David. Dia menjalani hari dengan bahagia dan percaya diri.
Sebenarnya saat itu dia memiliki pacar, namanya Dito, tapi setelah kecelakaan, dia tidak mau lagi membohongi perasaannya, dia tidak mencintai Dito, dan dia ingin memulai hidup yang baru. Akhirnya Retta memutuskan pacarnya Dito, dia berpacaran dengannya bukan karena dia menaruh hati kepadanya, tapi dia butuh kekuatan untuk melawan seseorang yang membullynya, dan berusaha mengendalikannya, dan orang yang dia pacari ini mempunyai kekuasaan dan kekuatan, meskipun begitu Aretta sebenarnya menyukainya karena dia baik hati, setia kawan, bijaksana, dan kepada perempuan dia melindungi.
Orang yang membullynya itu teman satu kelasnya, awalnya temannya itu baik. Namun lama kelamaan dia ada maunya, sikapnya kasar kepada semua teman-teman. Bertindak sewenang-wenang. Namanya Pram, Pram meminta semua teman untuk membayar uang lima ribu rupiah setiap minggunya.
Aretta, dia tidak mau membayarnya. Orangtuanya susah payah mencari uang untuknya, dan jika dia ingin memberikan hadiah atau uang tentu bukan orang yang jahat seperti Pram. Pram tidak berani meminta uang kepada Aretta karena teman-temannya yg jago berkelahi sama-sama ikut Bhayangkara selalu bersamanya melindungi nya baik teman laki-laki maupun perempuan. Mereka adalah Rossa, Aga, Dina, dan Edo.
Pram anak seorang polisi dan orang terpandang di kota Eromoko, dia berfikir tidak ada yg bisa melawannya. Tapi diluar dugaan, Aretta dan teman-teman Bhayangkaranya melawannya. Rossa apalagi, dia benar-benar pemberani. Meskipun dia perempuan, siapa sangka perempuan cantik putih mempesona jago berkelahi. Pram tidak berani mengganggunya, bicara saja akan langsung di smash oleh Rossa.
Saat Aretta sendiri dia baru berani membullynya. Suatu kali sampai pernah Pram menghadangnya sepulang sekolah bersama beberapa teman laki-laki, saat itu Retta belum kecelakaan. Pram dan teman-temannya memaksanya berpacaran dengan orang yg tidak disukai Aretta bernama Jekek. Sebenarnya menurut Retta Jekek baik. Tapi Retta tidak menyukainya.
Pram :"eh kamu itu siapa? berani-beraninya melawanku, cuma kecil lemah, perempuan lagi. Sok kamu, songong! Songong! Songong!" Kata Pram kepada Aretta. Sambil mendorong pundak Retta.
Pram :”Tau nggak? Aku bisa bikin masa SMA mu suram, hahahahhahahhahahahhaha, mau kamu nggak ada teman? Hah? Mau? Nggak ada teman? Mau nggak?” sambil terus berjalan maju mendekati Retta dan mendorong pundaknya supaya terjatuh.
Aretta diam saja, dia berusaha mengendalikan emosinya, meskipun di dalam hati, dia sebagai perempuan tetap ingin menangis. Tapi dia tidak menangis. Dia diam dan hanya menatap tajam pada Pram. Dia tahan sekuat tenaga dorongan-dorongan Pram supaya tidak terjatuh.
Teman-teman Pram, para anak lelaki hanya bisa melihat, mereka sebenarnya terpaksa menuruti apa kata Pram, karena takut. Di dalam hati mereka, mereka tidak suka dengan perbuatan Pram, apalagi sampai membully anak perempuan, salah satu teman Pram bernama Bobi selalu memalingkan muka ketika Retta di bully Pram. Bobi tidak tega, dia anak yang baik, setiap tidak ada Pram dia bercanda dan berbincang dengan Retta seperti anak lainnya. Namun dia terpaksa mengikuti kemauan Pram, mungkin karena takut, dan Retta tahu dia sangat tertekan.
Semakin hari Pram semakin kejam. Semua teman satu kelas dilarang berbicara dengan Aretta lagi. Dia ingin membuktikan pada Retta bahwa dia benar-benar bisa membuat masa kelas 1 SMA Retta suram dan tidak ada teman. Setiap akan berangkat sekolah Retta menangis karena takut nanti disekolah tidak ada yang mau berbicara dengannya, dan dia pasti tidak bisa memperhatikan pelajaran dengan baik, saat jam istirahat pun dia pasti di cegat lagi oleh Pram dan teman-temannya. Pernah suatu kali Retta ketahuan menangis saat akan berangkat sekolah oleh ibunya.
“Ada apa? Kok nangis? Udah SMA kok nangis? Enggak boleh lagi!”kata ibu, tanpa curiga apapun.
Retta tidak bisa bercerita kepada ibunya, karena takut ibu nanti jadi sedih, ibu sudah terlalu sedih memikirkan hutang-hutannya yang menumpuk. Ayah hanya seorang pegawai Negeri yang gajinya tidak seberapa, sedangkan Ayah dan Ibu harus membiayai ketiga putrinya sekolah, kakaknya Saskia sekolah kebidanan, di kota Semarang, dan itu sangat mahal biayanya, belum lagi banyaknya orang pesta, jika di desa orang harus datang ke pesta meskipun tidak punya uang untuk menyumbang, kalau tidak datang, nanti di bilang sombong, kalau sombong bisa dikucilkan di masyarakat. Jadi kalau tidak punya uang untuk menyumbang, ya harus berhutang.
”Nggak apa-apa buk, hanya ada Pr matematika, aku nggak bisa ngerjainnya, susah, sudah beberapa kali remidi, malu buk, dulu kan aku rangking terus, masa sekarang matematika remidi terus, berarti merosot kan bu nilaiku?”,retta berkata sambil memeluk ibu dan minta dicium keningnya.
“Halalah manja tenan anakke ibu ini” ibu memeluk dan mencium Retta.
Retta tetap berangkat sekolah, meskipun teman sekelasnya kebanyakan takut dengan Pram dan tidak mau berbicara dengan Retta, tapi Retta masih memiliki Anne, Meisya dan Atika di kelas. Salah satu sahabat terbaik Retta yaitu Ane, dia kecil mungil cantik dan sangat ramah. Dia sama sekali tidak takut kepada Pram. Dan entah kenapa Pram tidak mau berurusan dengan Ane. Padahal, Ane ini hanya siswi biasa, tidak ikut kegiatan apapun, dan juga tidak punya kekuasaan apapun dibelakangnya.
Kepada teman wanita yang lain Pram kejam, bahkan ada anak perempuan di sakiti di depan kelas olehnya. Semua kasian tapi tidak ada yang mau ikut campur.
###
Tentang Dito, pacar Aretta, dia adalah seorang ketua OSIS di STM Pancasila, sebuah STM terkemuka dikota Wonogiri, dia teman dari senior OSIS SMP Aretta, bernama Nino, dari sejak SMP Nino selalu melindungi Aretta seperti adiknya sendiri, dalam organisasi apapun yang diikuti Aretta, lagi- lagi ada Nino disitu. Bosan ya tentu saja, tapi senang karena kalau ada apa-apa pasti ditolongin Nino. Temannya banyak, dan serem-serem tentu saja. Awalnya Aretta hanya ingin berteman saja dengannya, Dito senior pada Organisasi Bhayangkara yang Aretta ikuti. Tidak disangka, Dito menembaknya. Aretta ingin menolak, tapi setelah dia pikirkan bahwa memacari Dito, mungkin saja Pram tidak akan berani mengganggunya lagi. Ini hanya pemikiran Aretta saat itu dan tidak ada maksud memanfaatkan Dito. Semua siswa dari sekolah-sekolah lain tunduk pada anak yang bersekolah di STM Pancasila. Karena kesetiakawanan siswanya, prestasinya dan tentu saja Kekuasaannya yang diatas Sekolah lainnya.
Pada saat Aretta masih di rumah sakit karena kecelakaan. Tanpa diketahuinya, Dito, Nino dan kawan-kawannya datang ke sekolah Aretta mencari Pram, ingin memberi pelajaran pada si Pram ini. Pram tentu saja ciut nyalinya, walaupun ayahnya seorang Polisi dan orang terpandang di Kotanya, dan dia terkenal membuat geng di SMA N 1 Wuryantoro. Namun dibandingkan dengan STM Pancasila tentu saja kekuatannya tidak sebanding. Pram tentu saja tidak berani dan pergi bersembunyi. Dito pulang tanpa bertemu Pram. Kalian harus tahu bahwa Aretta tidak pernah menceritakan apapun kepada Dito, apalagi tentang Pram yang membullynya. Dito dan Nino mengetahui dari teman-temannya karena dia banyak teman disekolah manapun, dan bisa jadi di sekolah Aretta juga ada temannya sekaligus informannya.
Ane yang waktu itu menjenguk Aretta ke Rumah sakit memberitahu Aretta. Dia sangat terkejut karena tentu saja dia tidak pernah memberi tahu Dito, Aretta juga malu karena hampir ada tawuran di sekolahnya, karena dia.
Ane : "say, kamu tahu nggak, disekolah mau ada tawuran lho gara-gara kamu, temenmu yang di STM Pancasila nyari Pram"
Retta : "benarkah say? Kok bisa?Guru-guru nggak tahu kan say?" (Aretta terkejut dan juga malu).
Ane : "Mudah-mudahan sih nggak tahu say, tapi kawanmu tu bawa banyak orang, terus di depan gerbang lho. Tahu nggak, si Pram lari sembunyi hahahhahahahhaha" Ane justru menganggap itu hal yang lucu, mengingat Pram orang yang kejam, tapi bisa takut juga.
Arreta :"aku malu An, kok bisa sih? Apalagi ak sedang sakit begini. Nanti dikira Pram aku yang suruh bagaimana?"Tanya Arreta khawatir.
Ane :" Hahahaha ya tenang aja lho, spertinya Pram takut dan nggak akan bully kamu lagi" Santai sekali Ane berkata. Ane memang anak yang menyenangkan dan tidak pernah mengambil pusing apapun, santai dan baik hati kepada semua teman-teman.
Aretta :"aku takutnya justru sebaliknya lho An, nanti ak tambah di bully. Nggak mau ak sekolah lagi."
Ane :"jangan gitu ah, kan belum terjadi. Ya nanti kalau beneran makin di bully, ya laporkan saja ke Guru Bp" kata Ane santai.
Retta :”nanti kamu kawani aku lapor ya An, aku benar-benar nggak mau di bully lagi”