"Aku sudah tidak bisa menahan lebih lama, sayang," bisik lirih Jonnatan.
Ia masi memeluk Jullia, berjalan menuntun ke subuah kamar besar. Ia membuka pintu dengan sidik jari karna kapal ini milik pribadinya.
"Crek." Pintu tertutup kembali.
Jonatan melepaskan pelukan, lalu membalikkan badan kekasihnya. Sehingga mereka saling berhadapan. Ia menatap sebentar Jullia, lalu memeluk bergelayut di dadanya. Menyembunyikan wajahnya ketika bermanja.
Jonnatan akan kembali kedirinya yang penuh kasih, itu tidak di ketahui siapa pun kecuali pada sosok Jullia.
"Hmm.. kapan aku memiliki bayi kecil?, sedangkan dua tahun aku mengurusi bayi besar ini." Jullia terkekeh.
"Mari kita menikah, tapi apa kau tidak papa memiki bayi, jika tanpa sepengetahuan ibu ku??." Jonntan melepaskan pelukan beralih menatap Jullia dengan serius.
"Hei bayi besar ku.. Kenapa kau menggap serius perkataan ku?." goda Jullia.
Ia tahu bahwa ibu Jonnatan sangat berpengaruh di kotanya, dia juga tau tahu bahwa keluarganya tidak merestui hubungan mereka. Tapi ia tidak tahu bahwa selama ini Jonnatan memerintahkan pasukan khusus untuk menjaganya.
Ya, untuk menjaganya dari perbuatan keluarganya sendiri, Jonnatan Menutupi aksi-aksi gila keluarganya terhadap Jullia selama ini.
"Cup."
Jonnatan mencium bibir tipis Jullia. Ia memungut rakus sang pemilik bibir tipis. Jullia pun memperdalam ciumanya. Masi di posisi berdiri mereka yang berciuman
"booooumm.!."
Tiba-tiba suara ledakan bom terdengar. Kapal terguncang hebat, namun Bom tidak sampai mengenai kapal. Membuat dua insan harus melepaskan ciumannya.
"Shhhtt!!! siapa yang berani Mengganggu singa?," pekik Jonnatan.
"Sayang tunggu di sini jangan berani untuk keluar. Ambil ini," tambahnya.
Jonnatan memberikan pistol kepada Jullia lalu berlenggang pergi.
"Apa dia tidak percaya dengan kemampuan ku menembak?," gerutu Jullia.
Jullia tidak ingin membantah walau ingin membantu. Jika ia membantah Jonnatan akan hukumnya di ranjang sampai pagi. Itu sangat melelahkan.
Saat dirasanya sudah aman, tapi Jonnatan belum kembali. Jullia yang cemas terpaksa keluar melihat Keadaan di luar.
"Dimana Jonnatan?," tanya, pada satu pelayan kapal.
"Maaf nona, Tuan Jonnatan sudah pergi Lima menit yang lalu dengan pesawat jetnya.
Suara ponsel bergetar. Bayi Besar; sayang maaf aku ada urusan. Pesan singkat Jonnatan.
Jullia hanya tersenyum tipis, seolah sudah terbiasa ketika bersama Jonnatan, akan ada hal buruk terjadi. Setelah kejadian itu, ia di antar pulang bodyguard Jonnatan.
Pagi menyapa kediaman Julia, seperti rutinitas setiap hari. Bersiap-siap pergi ke kantor. Padahal Jullia wanita jennius, bahkan mendiang ayah angkat yang meninggal lima tahun lalu, pernah menyarankan Jullia untuk memulai bisnis.
Beliau yakin, jika Jullia sangat mampu untuk berbisnis. Akan tetapi Jullia tidak ingin ambil pusing, baginya hobilah yang terpenting.
"Drtt drttt"
Bayi Besar: Setelah pulang aku tunggu di NP city. Pesan singkat dari ponsel Jullia.
"Kenapa dia tidak menghubungi ku?, sesibuk itukah?," gerutu Jullia.
Di kantor pukul satu siang, Jullia sudah bersiap ke NP city. Ia pulang lebih dulu dari karyawan lainnya, karna sudah menyelesaikan semua pekerjaan, bahkan pekerjaan untuk besok. Baginya bekerja seperti tanam bermain.
Di NP city, Jullia sudah melihat kekasihnya menunggu di sofa.
NP city adalah gedung khusus menjual gaun pengantin. Tanpa basa-basi ia bertanya, "Siapa yang akan menikah?."
"Kemari sayang duduklah dulu," ucap Jonnatan, sambil menepuk sofa.
Jonnatan duduk menyilang denga santai. "Pilihlah gaun yang kau suka sayang, besok kita akan menikah," ucap Jonnatan, sambil mengelus rambut pirang panjang Julia yang terurai.
"Haha.. Bayi Besar ku kenapa selalu ingin bercanda, hmm,? goda Jullia.
Jonnatan malu denga panggilan bayi besar, Ia memberi kode denga tangan agar di tinggalkan hanya mereka berdua.
"Apa kau tidak ingin menikah dengan ku??," tanya Jonnatan.
Jullia menyeritkan dahi. ‘’Bagaimana dengan keluarga mu.?"
"Sayag..kau ingin menikah keluraga ku, atau aku hmm??,"
tanya Jonnatan.
"Apa ada yang sedang terjadi?, kenapa tiba-tiba?." Jullia menatap tajam Jonnatan.
"Hei honey.. tentu saja aku ingin selalu berdekatan dan melindungi mu, bahkan aku yang sekarang mulai ragu, apa ternyata kamu yang tidak menginginkan?."
"Percayalah, semua ini untuk kebaikan kita berdua," ucap lembut Jonnatan.
Jonnatan akan sellau menyebunyikan sesuatu demi melindungi sang kekasih. Tanpa menjawab Jullia segera berdiri melihat-lihat gaun pengantin.
"Aku tidak suka warna putih untuk gaun kita!." ucap Jullia.
Jullia tipe yang tidak ingin ambil pusing untuk alasan Jonnatan, yang tiba tiba menikahinya. Jonnatan mengukir senyuman, ia bangkit menghapiri Jullia.
Bibirnya mendarat di bibir tipis Jullia.
"Cup cup cup." Tiga kali ciuman singkat.
"kau memang yang terbaik sayang, pilihlah! yang kau suka, termasuk untuk ku. Besok akan ada yang membantu dan mengantar mu. Aku harus pergi sekarang," ucap Jonnatan sabil memeluk Juliia.
Jullia segera melepaskan pelukan yang cukup lama.
"Hei bayi besar ku.. sekarang siapa yang sedang berulah?. Kau ingin pergi, tapi memeluk ku selama ini, hmm?."
"Kau memang wanita yang jahat, dan berhentilah memanggil ku bayi besar," keluh Jonnatan.
Seketika Jullia terkekeh, mengingat Jonnatan tidak tau nama di kontaknya adalah Bayi Besar.
Mata hari pagi sudah menyapa kediaman Jullia. Jullia sudah menggunakan gaun pengantin yang di bantu orang kiriman Jonnatan.
"Tok tok!!."
"Siapa itu?, tidak biasanya ada yang mengunjungi rumah ku apalagi sepagi ini?, tidak mungkin orang yang di kirim Jonnatan. Aku tidak membutuhkan apa-apa lagi,’’ batin Jullia.
"Nona, ada wanita yang ingin bertemu dengan anda," seru salah satu Bodyguard yang di kiriman Jonnatan.
Jullia menaikan sudut alisnya, ia berkata bertanya dengan nada dingin, "Nona? kau tidak menayakan namanya?."
"Maaf, nona Jullia. Dia tidak megatakan apapun."
Jullia mengela nafas. "Dia sepertinya hanya berkunjung. Biarkan aku menyelesaikan riasan wajah. Suruh menunggu ku."
"Baik, Nona."
Jullia melirik Sandra di samping untuk menemaninya. Sosoknya telah menjadi bagian penting Jullia.ia berkata tanya,"Sandra bagaimana penampilan ku?."
Sandra tersenyum cerah. Ia mengomentari dengan sisi keibuan, "kau sngat cantik Jullia,bahkan riasan belum mempoles wajah mu. Ibu mu sangat bangga jika melihat putrinya sekarang."
Jullia tersenyum tipis, ia berkata, "kau tidak tahu Sandra, Ibu ku sangat menyukai wajah cantik ku. Ayah lebih memuji ku sepanjang hari di banding Ibu."
"Ayah mu pasti sangat memanjakan dirimu. Dia akan terus tersenyum hari ini melihat hari bahagia mu."
"Kau salah lagi Sandra. Ayah tidak akan mudah seseorang mengambil putrinya. Seorang temanya yang sering berkunjung ke rumah bahkan tidak mampu mencubit pipi bulat ku saat itu."
"Aku sangat iri dengan mu, Nona," sahut sang perias make up.
Seorang Body Guard masuk ke dalam ruangan, ia berkata, "Nona, wanita itu seperti sedang terburu-buru."
"Apak kau sudah memastikan dia tidak mencurigakan?," tanya Jullia.
Biasanya Jullia akan biasa-biasa saja, tapi karna hari ini hari pernikahannya, dia tidak ingin terjadi sesuatu yang buruk.
"Tidak, Nona. Kami telah memeriksanya."