| 0. | Prolog

379 Words
Di antara kanopi-kanopi hutan yang hijau nan lebat, menyelinap cahaya hangat rembulan yang bersinar dengan terang. Pada pemandangan indah itu, tubuh seorang gadis melayang ke udara diikuti akar dan sulur yang melilit di tubuhnya. Kedua matanya terpejam erat, kesadarannya nyaris habis terhisap oleh cahaya hijau kebiruan yang berputar di sekelilingnya. Tubuh itu terus memelesat sampai ketinggian dua puluh meter dari tanah, lalu cahaya yang berputar diikuti pendar hijau kebiruan semakin lama semakin membesar dan menyilaukan mata. Pepohonan rimbun di sekelilingnya bergoyang mengikuti arus angin yang terus berlarian di sekitar hutan. Dedaunan yang tidak lagi muda mulai berguguran. Gemerisik angin seolah-olah menjadi suara paling mengerikan di tengah heningnya hutan. Shika Pancasona, nama gadis itu, merasa dirinya benar-benar terbang dengan bebas saat sebuah akar mengelus pipinya dengan lembut. Sentuhan kecil itu memunculkan sebuah gerbang yang mempertemukannya dengan sosok yang selama ini dicarinya. Cahaya bermunculan di sekitar pipi Shika, memelesat ke langit dengan cepat. Dari akar-akar pohon raksasa yang melilit seluruh tubuhnya, muncul pula titik-titik cahaya hijau kebiruan bagai kunang-kunang. Jutaan titik itu berkumpul dalam satu baris, membentuk wajah seorang wanita cantik yang sedang tersenyum ke arahnya. Dari ujung langit, cahaya yang sebelumnya memelesat ke atas, kini mulai berkumpul menjadi satu dengan titik cahaya yang berkilauan. Angin bertiup semakin kencang ketika cahaya itu sukses membentuk sesosok wanita dengan gaun putih dibalut akar-kar yang melilit seluruh tubuhnya dari kepala sampai kaki. Wanita itu melayang dibantu gugur dedaunan yang berputar mengelilingi tubuhnya. Semua orang yang ada di sekitar hutan dibuat takjub dengan kejadian luar biasa itu. Mereka bahkan nyaris tidak bernapas saking terkesima dengan kejadian yang ada. Namun, ketika sosok wanita berparas cantik dan anggun itu akan menyentuh pipi Shika yang mulai memerah, sesuatu menghentikan gerakannya. Orang-orang mulai panik dan situasi menjadi tidak terkendali. Detik demi detik terus berlalu dalam kekacauan. Beberapa dari mereka melakukan gerakan yang membuat wanita berparas cantik itu menoleh ke asal kerumunan. “Kau orang yang membuat semua ini berantakan,” ucap wanita itu geram. Namun, dia tidak berlama-lama dalam kemarahan saat sadar jika dirinya harus segera melakukan tugasnya. Tepat ketika wanita itu benar-benar akan menyentuh tubuh Shika yang masih melayang di udara dengan cahaya hijau kebiruan, sebuah ledakan besar membuat semuanya terdiam dalam kebekuan yang membelenggu. “Shika!” teriak seseorang di antara mereka, lalu mencoba berlari ke arahnya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD