Undangan dari Istana

1821 Words

Mei tahu kalau saat ini dirinya sudah terperangkap. Gadis dengan pinggul lebar dan buah d**a yang membusung indah itu kembali menggigit bibir tipisnya semakin kuat, sampai-sampai meninggalkan rasa asin dan sedikit nyeri. “Hei ….” Suara Ash kembali menggema. Wajah pangeran tersebut sudah berjarak satu jari saja dengan Mei. Ash menegakkan dagu tunangannya itu guna meluruskan wajah, agar netra merahnya bisa menangkap manik biru indah pualam milik sang tunangan. “Mei, aku bertanya padamu sekali lagi.” Jemari Ash bergerak pelan ke tengkuk Mei. Membelai rambut lebat yang kini menguarkan aroma seharum bunga itu dengan lembut. “Mei, siapa yang melukaimu? Siapa yang membuat memar ini,”—Satu tangan Ash yang masih bebas, menyentuh lagi leher Mei—“pada kulit semulus dan seindah milikmu?” sambung Ash

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD