Rencana Pembunuhan

1488 Words

Pagi ini adalah sidang pertama perceraianku dengan Mas Rian. Sebelum berangkat aku masuk ke dalam kamar Bian. Anak usia 7 tahun itu masih berbaring di tempat tidurnya. "Hei sayang," sapaku membuyarkan lamunanannya. "Mamah," jawabnya tersenyum. "Apakah kamu baik-baik saja jagoan?" Kutatap matanya untuk menyelami. "Ya, Bian sangat baik," jawabnya tersenyum tipis. "Apakah Bian masih memikirkan ucapan Papah kemarin?" tanyaku menebak. Matanya tidak bisa berbohong ia sedang memikirkan sesuatu. "Mah, Papah kayanya sakit deh," jawab Bian serius, membalas tatapan mataku. "Enggak kok, Papah sangat sehat," tuturku agar membuatnya tenang. "Tidak, bukan itu Mah. Tapi, sakit yang lain ...," ujar Bian lagi. "Sakit yang lain?" Aku menyipit dan pura-pura tak paham, ingin mendengar penjelasannya.

New users can unlock 2 chapters for free!
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD