1

1056 Words
Satu meja ujung kanan kantin dipenuhi oleh 4 orang gadis yang terlihat mencolok.  Memang dimanapun mereka berada mereka akan menjadi pusat perhatian. Letta, Lena,  Adel,  dan Bella Dari keempat gadis itu hanya Letta yang tak memesan makanan.  Ia lebih memilih berkutat dengan novelnya.  Kepalanya menunduk, kacamata bulat bertengger di hidungnya.  Rambut yang ia cepol asal asalan. Jika ada yang melihat penampilannya pasti tidak akan ada yang menyangka kalau ia orang yang ditakuti di seluruh penjuru Jakarta. Bahkan Adel dan Bella juga tidak tahu siapa Letta sebenarnya.  Hanya Lena yang tahu,  itupun ia tahu karena Ayah dan Bunda sering memarahi Letta ketika anak itu tertangkap polisi. Banyak cewek yang tidak menyukai Letta. Menurut mereka Letta tidak cocok ada diantara Lena, Adel dan Bella. Tentu saja karena penampilannya yang nerd. Namun banyak juga yang menyukai Letta.  Karena menurut mereka Letta itu misterius. Sifatnya yang dingin dan tak kenal takut pada siapapun membuat banyak orang yang menyukainya. Diantara ketiganya tidak ada yang berani menegur Letta. Karena mereka pernah memergoki ketika Letta mengamuk dengan seorang preman yang ingin menyelakai Lena. Letta menghajar habis habisan preman itu hingga pingsan. Byurr Ada seorang cowok yang menumpahkan minumannya hingga mengenai Lena. Letta langsung mendongak ketika mendengar Adel dan Bella memekik. Letta berdiri,  ia langsung memeluk kembarannya itu. Berusaha menenangkan. Karena Lena memang cengeng.  Lihat saja sekarang ia sudah menangis. Letta mengelus rambut Lena lembut.  Namun perlakuannya itu tidak berarti bagi matanya. Matanya menatap tajam dan penuh ancaman pada seorang cowok ber name tag Alvaro. Letta segera membawa Lena ke toilet.  Ia langsung melepas kancing rompi seragam Lena sambil terus menenangkan kembarannya itu. Setelah rompinya lepas.  Lena melepaskan sendiri seragamnya.  Ia tahu apa yang akan dilakukan Letta. Letta pun juga melepas seragam serta rompinya. Sekolah mereka memang memiliki seragam yang memakai rompi.  Setelah itu,  Letta membantu Lena memakai seragam dan rompinya. "Kakak gimana?" tanya Lena melihat Letta yang hanya memakai kaos berwarna hitam polos. "Gapapa,  kakak udah biasa kena hukuman" ucap Letta lembut. Setelah itu mereka keluar dan mendapati Adel dan Bella yang masih setia menunggu mereka. "Let, lo ingetkan hari ini ada sidag? " tanya Adel. Letta hanya mengangguk lalu berlalu pergi. Adel,  Lena dan Bella hanya mendengus kasar melihat kelakuan Letta yang suka semaunya sendiri. . . . Letta mendapat hukuman lari keliling lapangan 10 kali. Awalnya hanya 5 kali keliling lapangan outdoor,  namun karena Letta ingin keliling lapangan indoor. Maka menjadi 10 kali. Letta terus berlali walaupun kepalanya sangat pusing. Ia merasa sudah tidak kuat lagi. Ini alasan kenapa dirinya tidak ingin menjalani hukuman di lapangan outdoor yang otomatis dapat dilihat siapapun. Bu Yulia duduk dikursi penonton paling ujung dekat dengan pintu keluar. Setelah 10 keliling Bu Yulia segera keluar. Dan tepat pada saat itu,  Letta langsung menjatuhkan tubuhnya ke lantai. Dadanya terasa sesak,  kepalanya berdenyut denyut,  entah sejak kapan hidungnya sudah mengeluarkan banyak darah tanpa bisa dicegah. Letta meringkuk di tengah lapangan itu.  Tidak ada satu orang pun yang tahu. Beberapa kali Letta batuk hingga mengeluarkan darah.  Ia lupa,  kalau obatnya sudah habis sejak 3 hari yang lalu. Dan ia belum membeli lagi. Mau tak mau ia harus merasakan kesakitan sedikit lebih lama untuk saat ini. Letta memejamkan matanya, bibir bawah ia gigit sekuat tenaga agar tidak mengeluarkan ringisan. Hingga 2 jam berlalu dan bel pulang sekolah terdengar. Ia segera bangkit,  membersihkan noda darah di lantai dengan pel yang selalu ada di ujung ruangan. Membersihkan bekas darah di sekitar mukanya menggunakan tisu yang selalu ia bawa. Setelah itu ia segera keluar ruangan, sekali lagi untuk kesekian kalinya ia bersyukur karna memakai kaos berwarna hitam.  Sehingga tak terlihat jika sebenarnya ada noda darah disana. Saat baru saja 3 langkah keluar, Adel,  Lena dan Bella sudah ada dihadapannya membawa tas miliknya. "Thanks" Letta bergumam pelan sambil membawa tasnya dengan menaruhnya di bahu kanannya. "Gue anter pulang kalian" ucap Letta. Lalu ia segera melangkah dan diikuti ketiganya. Beginilah Letta, selalu memastikan ketiganya aman dimanapun hingga kembali ke rumah. Setelah mengantar Adel dan Bella. Ia segera pulang, namun hanya mengantarkan Lena saja. "Kakak mau kemana?" tanya Lena. "Kamu tahu" sahut Letta, ia membuka kan pintu mobil untuk Lena. "Nanti kakak kena marah lagi" sahut Lena. "Kamu tahu kakak nggak suka ada yang nyakitin kamu" sahut Letta. "Jangan sampai luka" ucap Lena pada akhirnya. Ia tahu Letta tidak akan pernah menurut padanya. . . . Letta berhenti di sebuah rumah yang memiliki halaman luas. Ada taman di depan rumah itu. Banyak anak anak yang main di sana. Seolah tahu siapa yang datang semua langsung mengerubungi mobil Letta. "Kak Etta!!!!" seru mereka bersamaan ketika Letta keluar mobil. Letta tersenyum lebar, ia menggendong salah satu dari mereka. "Halloo!!! Apa kabar!" seru Letta. "Baik! " "Sehat! " "Kemarin Caca masuk rumah sakit lagi kak!" adu seorang cowok, Kiki namanya. Ia berumur 5 tahun. Letta langsung menengok kearah anak perempuan yang digendongnya. "Oh ya? Caca pasti bandel lagi" ucap Letta sambil mencubit hidung Caca. "Iya! Caca bandel kemarin hujan hujanan terus!" sahut Kiki. "Bang Iki! Jangan ngadu dong! " teriak Caca,  matanya mulai berkaca kaca takut akan dimarahin Letta. "Caca,  nggak boleh gitu lagi ya.  Lain kali kalo bandel lagi,  kakak nggak mau nemenin chek up" sahut Letta. "Iya!  Janji! " seru Caca menautkan jari kelingkingnya. "Eh Letta! Kapan sampai nak? " tanya pemilik panti yang baru saja keluar. "Baru saja bun" saut Letta sambil menyalami Bunda Ira. "Ada apa? " tanya Ira. "Mau numpang ganti baju sama ambil motor" sahut Letta. "Balapan lagi? " tanya Ira. "Bukan bun,  cuma ada masalah kecil" sahut Letta. "Jangan sampai luka" sahut Ira. Letta mengangguk,  ia menurunkan Caca. Lalu ia segera masuk untuk mengganti baju. Celana hitam, Jaket kulit hitam, Sepatu putih, Topi putih bertuliskan hologram Queen, Masker hitam, Sarung tangan hitam, Semua lengkap, Letta segera keluar menghampiri Ira untuk pamit. Setelah itu ia segera pergi menuju motornya. Meninggalkan panti asuhan itu. Itu bukan panti asuhan biasa. Disana berisi anak anak yang memiliki penyakit parah,  seperti kanker, paru paru,  tumor, dll. Jika sudah sembuh,  baru mereka akan dikirim ke panti asuhan biasa. Namun,  karena Letta tahu anak anak disana tidak ingin berpisah satu sama lain. Jadilah Letta yang membiayai seluruh anak yang sudah sembuh,  agar tetap bisa tinggal disana. Itu memang panti asuhan milik pemerintah. Semua biaya pengobatan ditanggung oleh pemerintah. Namun, jika sudah tidak sakit. Itu sudah bukan tanggung jawab pemerintah lagi,  karena mereka memang seharusnya dipindahkan ke panti asuhan umum.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD