Chapter 38 : Keraguan Keith

1342 Words
Ruangan yang diisi oleh cukup banyak orang, entah bagaimana terasa sangat sepi. Tidak ada yang memulai pembicaraan, atau bahkan sekedar mengeluarkan suara yang bisa memecah keheningan. Semua mata tertuju pada Vincenzo yang saat ini sedang melamun, menunggu pemuda itu untuk bebicara agar dapat memecah keheningan yang terjadi ini. Vincenzo lantas tersenyum, lalu berkata pada Rexa, “Ini adalah tugas kami, jadi kami akan sangat senang kalau dapat membantu.” Ia lantas melirik ke sekitar, tepatnya pada teman-temannya selama beberapa saat, lalu kembali menatap Rexa. Ia tampak ingin mengatakan sesuatu lagi, tetapi suaranya seperti tersendat di tenggorakan, tak dapat mengatakan apa-apa. Rexa menyadari hal tersebut, kemudian segera berkata, “Kalau begitu, kami pergi dulu, bila perlu sesuatu bantuan atau apa pun, panggil saja aku.” Rexa kemudian berbalik, membawa anak-anaknya untuk keluar dari kamar ini, menyadari kalau Vincenzo sedang ingin mengatakan sesuatu pada teman-temannya. “Ayo kita pergi, Gracia, Adele, Beretta.” Rexa dan anak-anaknya pun segera pergi meninggalkan kamar. Ketika pintu kamar sudah ditutup, Vincenzo pun ingin segera mengubah topik pembicaraan mereka. Namun, sebelum itu, sejenak ia melirik kaki kirinya yang berubah menjadi merah, ia menduga kalau setengah dari tubuhnya pasti sudah berubah menjadi merah, dan rambutnya juga berubah menjadi putih sama seperti Edward. Ia pun langsung menyadari kalau dirinya bisa saja tumbang dalam waktu dekat, entah nanti atau mungkin besok. “Carina, aku ingin memastikan ini padamu,” ucap Vincenzo, membuat Carina memberikan perhatian penuh pada pemuda itu. “Aku tidak tahu apakah ini memang waktu yang tepat atau mungkin waktu yang buruk, tetapi aku ingin menceritakan tentang masa lalu kita pada Keith dan Angel.” Vincenzo begitu serius kala mengatakan itu, sehingga tidak mungkin kalau ia hanya sekedar bergurau atau semacamnya. Namun, yang pertama kali bereaksi kala mendengar itu bukanlah Carina, melainkan Keith. Keith langsung menyahut, “Vincenzo, bukan bermaksud untuk menentangmu atau apa pun, tapi kalau kau melakukan itu hanya untuk kami semakin percaya padamu, kurasa itu tak perlu. Kami sudah sangat percaya padamu, dan itu tidak akan berubah.” Vincenzo malah menggelengkan kepala. “Aku tahu kalau kalian sangat memercayaiku, dan aku juga sangat memercayai kalian. Aku ingin menceritakan tentang masa lalu kami pada kalian, bukan untuk menginjak-injak hal tersebut. Namun ....” Vincenzo menjeda kalimatnya selama beberapa saat. “Entah mengapa, setelah kehilangan Edward, aku menyadari sesuatu hal. Selama ini aku selalu ingin lari dari masa laluku, tidak mau mengingatnya lagi, dan bahkan ingin melupakannya saja. Akan tetapi, sekarang aku menyadari itu salah dan hanya membuat aku semakin tidak berkembang.” Keith masih terus memerhatikan dan mendengarkan dengan saksama, tetapi kemudian berkata, “Aku tidak mengerti apa maksudmu. Apakah kau ingin menceritakan masa lalu kalian pada kami, tanpa alasan yang jelas atau hal yang semacamnya? Aku sungguh tak paham.” “Kau bisa mengatakan kalau alasan ini memang tidak jelas atau hal lainnya, tapi apa yang aku inginkan adalah menghadapi masa laluku sekali lagi. Selama ini aku hanya berpikir tentang bagaimana untuk mengubah masa depan, atau hal-hal gila lainnya. Tanpa aku sadari, aku seperti tersesat karena tak berani menghadapi masa laluku sekali lagi dan mengambil pelajaran berharga dari sana. Lalu, aku menyadari sesuatu .... Aku tahu dengan jelas kalau aku tidak akan dapat menghadapi masa laluku itu seorang diri. Seperti yang pernah Edward katakan padaku, aku memerlukan teman. Dan karena kalian adalah teman-teman yang sangat aku percayai, aku hanya berharap dapat menghadapi masalahku itu bersama. Tentu saja, itu keputusan kalian bila ingin terlibat atau tak ingin terlibat sama sekali, aku tak memiliki hak apa pun untuk memaksa.” Carina pun tersenyum tipis kala mendengar itu, kemudian duduk di kasur tempat Vincenzo berbaring, lalu menggenggam erat tangan kanan Vincenzo. “Aku tidak memiliki masalah apa pun kalau kau memutuskan untuk menceritakannya, pada orang-orang yang kau percayai, Vincenzo. Masa lalu kita tetaplah masa lalu, tidak dapat diubah. Tapi, kalau masa lalu itu malah menghalangi kita menatap masa depan, tidak ada salahnya berbagi pada mereka untuk menanggungnya.” Setelah mendengar Carina mengatakan itu, Keith sudah tak kuasa lagi untuk menanyakan alasan lain yang membuat Vincenzo bertindak seperti ini. Sementara itu, melihat Keith tidak sanggup menjawab atau mengatakan sesuatu, Angel pun berbisik pada pemuda itu, “Keith, aku tidak masalah kalau kau memutuskan untuk tidak mendengarkan atau apa pun. Tapi, aku yakin kau tidak akan mengabaikan temanmu yang sedang meminta pertolongan, kan?” Keith pun mengembuskan napas panjang. “Haah ... sejak awal aku memang seperti itu, tapi keadaannya sepertinya harus lebih diperjelas.” Keith masih ingin tahu apakah ada alasan lain yang membuat Vincenzo sampai bertindak sejauh ini. Sadar kalau Keith pasti sedang memikirkan tentang alasan Vincenzo sampai mau mengatakan masa lalunya bersama Carina, Vincenzo pun tersenyum tipis, berkata, “Aku tidak tahu apakah kau akan puas dengan ini atau tidak, tetapi memang ada alasan khusus lain yang membuat aku mau menceritakan ini pada kalian.” Ia terdiam sejenak, lalu melanjutkan, “Alasan pertama, aku menyesal tidak pernah menceritakan ini pada Edward sebelumnya, sehingga sampai dia tewas pun, tidak ada yang dia ketahui. Alasan kedua, aku sendiri sudah tak yakin dengan kondisi tubuhku, tetapi aku merasakan energi mutiara di lengan kananku, membantuku untuk bertahan. Namun, aku tak tahu sampai berapa lama mutiara ini akan bertahan.” Semua itu dikatakan dengan jujur oleh Vincenzo, yang tidak mau lagi merasakan penyesalan atau apa pun kedepannya. Ketika Carina mendengar alasan khusus kedua yang dikatakan oleh Vincenzo, Carina tidak tahu harus bereaksi seperti apa. Dia jelas tak ingin Vincenzo masuk dalam bahaya lagi, tetapi juga tak mau menghentikan Vincenzo dalam mencapai apa yang pemuda itu ingin capai. Dari sini, Carina hanya bisa diam dan mendengarkan saja, tak bisa mengatakan apa pun lagi. Di sisi lain, Keith pun langsung mengerti dengan apa yang Vincenzo jelaskan, lalu mengambil kesimpulan, “Singkatnya, kau ingin menghadapi dan menerima masa lalumu bersama kami, dan juga tak ingin menyesal lagi setelah pernah menyesal satu kali?” “Ya, kurang lebih memang seperti itu. Satu hal yang jelas, pada intinya aku hanya tidak ingin menyesal karena hal yang sama, untuk kedua kalinya. Cukup satu kali saja, terlebih ketika aku tak tahu sampai kapan aku dapat bertahan. Aku tidak ingin menjadi hantu gentayangan hanya karena menyesal tak mengatakan apa pun pada kalian.” Vincenzo kali ini benar-benar jujur, tidak mau menutupi apa pun, sebab memang tak ada yang perlu ditutupi. “Tapi sebelum itu,” Carina lantas memotong pembicaraan, mengambil roti yang diberikan Rexa pada mereka. “Makanlah beberapa roti ini, agar kau tak mengandalkan energi dari mutiara ‘Makhluk Buas’ saja untuk bertahan. Kau bukan salah satu dari mereka, kan?” “Ah, kau benar,” Vincenzo mengakui, lalu membiarkan Carina menyuapinya. Bukan karena Vincenzo tak sanggup makan sendiri, melainkan karena ingin saja disuapi, terlebih ketika Carina sendiri yang berinisiatif untuk melakukannya. Sementara itu, Angel dan Keith yang melihat kedua remaja di depan mereka kembali bermesraan, lantas mengembuskan napas panjang. Kemudian Angel pun berkomentar, “Aku lupa, kalian selalu saja masuk sembarangan ke dunia kecil kalian sendiri, tanpa memedulikan orang lain. Sungguh sangat menyebalkan!” “Mau bagaimana lagi?” Keith menunduk, tampak tidak bersemangat. “Mereka adalah pasangan yang sedang dimabuk cinta dan tak bisa dipisahkan.” Keith mengerti kalau sekarang Vincenzo dan Carina pasti mengabaikan mereka, sebab sudah sangat terbiasa mendengar komentar-komentar seperti ini. “Haha, jangan tampak begitu frustasi,” kata Vincenzo, mencoba menghibur Keith. “Suatu hari kau pasti akan mengerti juga.” Vincenzo dengan sadar mengatakan kalimat itu untuk Keith, kendati ia sendiri tidak yakin hubungannya dengan Carina sebenarnya apa. Mereka memang sudah bersama sejak kecil, lalu menjadi dekat, tetapi tidak mengerti apakah mereka otomatis menjadi pasangan atau mungkin hanya seperti kakak adik saja. Namun, tentu saja Vincenzo tidak mau sembarangan mengatakan itu, sebab kalau ia salah berkata, maka hubungannya dengan Carina pasti akan berakhir. Vincenzo paling takut bila hubungannya dengan Carina hancur dan berakhir hanya karena beberapa hal, jadi sengaja terus menutup mulut atas semua yang ada di dalam kepalanya, membiarkan Carina bertindak seperti yang biasa dilakukannya. Vincenzo sendiri sudah sangat senang bila ia bisa bersama dengan Carina, entah sebagai apa pun. Tanpa ia menyadari kalau Carina sebenarnya juga berpikiran hal yang sama dengannya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD