Apa arti memasak bagimu?

1052 Words
Pranggg Suara piring terjatuh hingga pecah menjadi beberapa bagian. Suasana sibuk di dapur menjadi hening seketika. Chef junior yang baru masuk bertugas mencuci piring malah membuat kesalahan fatal dengan memecahkan piring kesayangan milik chef Hariz . Wajah Hariz mengeras karena itu adalah piring kelima yang dipecahkan oleh chef junior yang baru seminggu bekerja disana. "Kau dipecat!!!" kata-kata sakral yang terdengar biasa di telinga mereka akhirnya keluar juga. Banyak yang dipecat oleh chef Hariz bahkan ada yang tidak sampai 24 jam bekerja sudah resign duluan. Chef junior itu menangis sambil memegang kedua kaki chef Hariz. "Chef tolong jangan pecat saya. Saya janji ini adalah terakhir kalinya saya memecahkan piring" pintanya sambil menangis. "Kemarin juga kau bilang itu yang terakhir!! piring itu limited edition!! kau cari kemanapun tak akan ada yang jual!! Pergi atau aku akan menghajarmu!!!" bentak chef Hariz sehingga chef junior itu mengalah dan pergi meninggalkan dapur. "Kalian kenapa bengong!! cepat kerja!!"serunya pada chef yang lain. Beginilah euforia bekerja di dapur bersama selebriti chef terkenal di tanah air yang bernama Hariz Kurniawan. Dapur dan orangnya sama panasnya. Mereka bekerja dengan cepat dan tangkas di bawah kendali chef Hariz. Sebelum makanan keluar, ia akan mencicipi terlebih dahulu dan memeriksa piringnya apa sudah sesuai dan tak ada kotoran yang menempel disana. Ia akan memperhatikan look dari menu yang dibuat oleh chef bawahannya. Sepertinya ia butuh pegawai cuci piring lagi yang merangkap chef junior. Ia sudah berulang kali memecat orang yang tak berkompeten dan menyusahkan. Sementara itu Melati yang merupakan lulusan S1 tataboga ingin membuka rumah makan tapi belum mempunyai modal. Ia berniat mencari kerja dahulu dan mencari pengalaman. Melati bersyukur karena mendapat beasiswa saat kuliah. Orang tuanya meninggal 5 tahun yang lalu akibat kecelakaan lalu lintas. Ia sebatang kara karena tidak mempunyai sanak keluarga. Hanya rumah ini peninggalan orang tua Melati. Melati selama ini bertahan hidup dengan jualan online lewat greb dan membuka usaha kecil-kecilam di depan rumah. Untungnya jualanan Melati selalu ramai pengunjung dan banyak orderan. Melati yang sedang tiduran di atas ranjang terpekik bahagia karena melihat lowongan kerja di restoran milik Hariz Kurniawan, chef panutannya. Ia ingin berkesempatan untuk bekerja dengan chef terkenal seperti Hariz. Melati menggunakan semua tabungannya untuk terbang ke Jakarta. Ia sangat antusias ingin bertemu dengan chef Hariz. Sesampai di Jakarta, Melati menyewa hotel melati yang biasa dipakai muda mudi untuk berhubungan di luar nikah. Mereka yang menyadari kehadiran Melati malah menatapnya lapar dan mengira Melati adalah cewek open BO. Melati tak nyaman dengan tatapan mereka dan segera masuk ke dalam kamar yang sudah ia sewa seminggu ke depan. Bisa saja sih Melati memesan hotel lain tapi harga hotel ini yang paling murah dan terjangkau. Melati mendengar suara desahan dari sebelah kamarnya. Mendengar itu Melati malah bergidik dan jijik. "Ahh baby faster baby!!" desah seseorang dari kamar sebelah. Melati memilih mengabaikannya dan memasang earphone agar tak mendengar suara menjijikkan itu lagi. Keesokan hatinya Melati yang sudah berpenampilan rapi dengan membawa berkas lamarannya pergi ke restoran milik Hariz Kurniawan. Saat ia datang banyak sekali pelamar yang datang. Melati yang telat mendapat urutan terakhir saat akan diwawancarai. Mereka akan di tes langsung oleh chef Hariz. "Melati Wulandari silahkan masuk!" panggil staff HRD. Melati beberapa kali menghilangkan rasa gugup yang tiba-tiba melandanya. Ia memasuki sebuah ruangan dan terlihat chef Hariz Kurniawan yang duduk disana. Tatapan Hariz tertuju pada berkas yang Melati bawa. "Selamat siang pak" sapa Melati. Hariz mendongak melihat Melati dari atas sampai bawah. "Selamat siang. Silahkan duduk" jawabnya dingin. Hariz tampak membolak-balik berkas lamaran Melati "Kamu belum pernah sama sekali punya pengalaman. Apa yang bisa kamu tawarkan buat saya?" tanya Hariz lalu menatap Melati hingga Melati berdesir saat melihat wajah rupawan di hadapannya. "Segalanya pak. Saya akan mencurahkan segala waktu,tenaga, pikiran,dan kemampuan saya dalam bekerja" jawab Melati dengan lugas. Hariz manggut-manggut, jawaban yang sudah biasa diberikan oleh setiap pelamar. Ia ingin mencari yang berpengalaman dan bukan Melati orangnya. "Bagi kamu apa arti memasak itu?" tanya Hariz lagi. Melati menelan ludahnya kasar saat melihat tatapan mengintimidasi dari Hariz. Awalnya ia bersikap tenang tapi malah gugup seperti ini. "Memasak itu adalah seni. Bagi pelukis mungkin sebuah kanvas adalah medianya. Sedangkan saya menuangkannya ke dalam masakan. Saya tak hanya sekadar menaruh bumbu di dalamnya tapi saya juga memberikan sentuhan cinta. Kita harus suka dulu baru bisa mengeksekuasinya dengan baik. Jika kita memberikan setengah hati kita maka masakan itu hasilnya tidak akan baik" jelas Melati membuat Hariz melihatnya dengan seksama. "Baiklah terima kasih atas jawabanmu Melati. Saya akan memghubungi kembali jika kamu diterima" ucap Hariz. Hariz menyodorkan tangannya yang disambut juga oleh Melati. Melati bisa merasakan jika tangan chef Hariz sangat lembut padahal pekerjaannya adalah memasak setiap hari. Melati tertegun dan lupa melepaskan tangannya sampai akhirnya Hariz berdehem agak keras. Melati melepaskan tangannya lalu tersenyum kaku. "Terima kasih juga pak atas kesempatannya. Saya permisi dulu" ucap Melati sambil mengusir rasa gugupnya. Mukanya memerah malu merutuki kebodohannya. Ia menutup pintu ruangan itu lalu menghembuskan nafas legah. "Semoga aku diterima ya Allah" gumam Melati lalu keluar dari restoran itu. Seminggu kemudian belum ada juga panggilan kerja dari restoran milik Hariz. Uang Melati kian menipis. Ia sedih sepertinya ia tak terpilih untuk menjadi chef disana. Melati merapikan baju-bajunya ke dalam koper untuk kembali pulang ke kampung halamannya. Saat sedang menunggu busway Melati melihat sebuah mobil kecelakaan ditabrak oleh mobil lain. Suasana menjadi ramai tapi tidak seorangpun dari mereka yang memanggil ambulance. Melati segera menelpon ambulance. Ia memberikan CPR pada korban yang merupakan seorang ibu tua. Alhamdulilah korbannya langsung sadar. Ambulance akhirnya datang juga. Melati juga ikut masuk ke dalamnya menuju rumah sakit. Ibu tua itu segera mendapatkan pertolongan pertama di UGD. Saat ia menunggu di kursi tunggu seseorang yang ia kenal datang berlari ke arahnya dengan nafas ngos-ngosan. Orang itu adalah chef Hariz. Sepertinya chef Hariz tidak menyadari adanya Melati disana. Ia celingak-celinguk lalu melihat dokter yang keluar dari ruangan UGD. "Dok bagaimana keadaan ibu saya, dia habis kecelakaan tadi?" tanya Hariz panik. "Ibu anda baik-baik saja. Untung ia mendapat pertolongan pertama dari seorang wanita yang membawanya kesini." jawab dokter itu membuat Hariz mendesah legah. "Siapa wanita itu dok?" tanya Hariz. Ia harus berterima kasih pada orang yang sudah menyelamatkan nyawa ibunya. "Itu dia" tunjuk dokter itu. Pandangan mata Hariz tertuju pada arah telunjuk dokter itu pada Melati. Hariz mengenalnya bukankah wanita itu yang pernah melamar bekerja di restorannya? Melati hanya tersenyum kaku saat Hariz melihatnya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD