Act 2

1685 Words
(27 April, hari terembusnya rumor) "No, besok jadwal syuting lo dari siang sampai malam, ya. Kalau bisa selesai cepet paling maghrib juga udah beres semua, kebetulan emang buat besok scene lo gak terlalu banyak," ucap seorang laki-laki berkacamata frame serta berkumis tipis kepada pria tampan yang sedang duduk santai di sofa sembari menyeruput Ice Americano-nya. Walau diabaikan, dia hanya dapat menghela napas pendek, dirinya sudah amat terbiasa dengan sifat cuek dan angkuh artis yang telah lama ia 'urus' ini. Malah mungkin begini jauh lebih baik dibanding saat laki-laki tampan ini sedang dalam mood buruk. Sudah pasti semua orang kena semprot, tak terkecuali dirinya. Meski dirinya lebih tua lima tahun, itu sama sekali tak membuat sang artis sungkan untuk memarahinya jika ia salah atau pun hanya sebagai tempat pelampiasan kesal saja. Terdengar sangat kurang ajar memang, tapi nyatanya memang banyak artis yang memiliki sifat tak jauh berbeda dari ini. Mereka hanya manis di depan kamera saja, saat di belakang kamera barulah sifat aslinya keluar. Dan Kano Brata Hadiaksa menjadi salah satu dari banyaknya artis yang berperilaku seperti itu. Namun, meski artis asuhannya memiliki sikap yang kurang ramah, Andi—manager Kano—tidak memiliki niat untuk berhenti dari pekerjaannya ini. Andi bertahan di samping Kano selama hampir enam tahun lamanya bukan karena masalah gaji atau apa pun itu yang berhubungan dengan materi, dia bertahan atas kemauannya sendiri. Karena sejujurnya sudah berkali-kali Andi menolak tawaran banyak agensi untuk bergabung dengan label mereka dan meninggalkan Kano beserta agensi yang saat ini menaunginya. Andi menolak semua tawaran itu karena dia sendiri sudah merasa sangat cocok bekerja dengan Kano. Terlepas dari sifat buruknya yang telah menjadi rahasia umum, Andi sangat tahu Kano sebenarnya adalah anak yang baik walau sikap baiknya itu tidak pernah dia tunjukkan secara terang-terangan. Ya, benar, Kano Brata Hadiaksa. Seorang aktor tampan yang sedang sangat naik daun namanya berkat memerankan tokoh utama di sinetron berjudul Cintai Senja. Drama bertajuk relationship between Boss and his secretary berhasil meraih rating tinggi dan saat ini sinetron tersebut sangat digilai oleh hampir seluruh masyarakat Indonesia. Meski namanya telah dikenal oleh masyarakat sejak lama, namun berkat kesuksesan sinetron adaptasi webtoon terkenal inilah nama Kano Brata Hadiaksa semakin bersinar. Maka tak heran jika dirinya diberitakan hampir di seluruh saluran televisi setiap harinya. Dan hari ini Kano baru saja merampungkan agenda syuting dramanya yang akan ditayangkan dua hari lagi. Saat Kano dan Andi sedang sibuk dengan gadget masing-masing tiba-tiba seorang laki-laki paruh baya masuk ke dalam ruangan yang tadinya hanya ditempati mereka berdua. Melihat kemunculan pria tua itu, Andi pun segera berdiri dari duduknya seraya menunduk hormat. Laki-laki ini adalah Sultan Hadiansyah, sutradara sekaligus produser dari sinetron Cintai Senja. Berbeda dengan managernya yang langsung berdiri, Kano sama sekali tak acuh dan tetap tak memedulikan sekitar, bahkan menoleh saja tidak. Tapi seakan maklum dengan sifat si Aktor, dua pria lain yang ada di ruangan itu pun tak mempermasalahkannya. Sebaliknya alih-alih merasa tersinggung, pria paruh baya itu justru tersenyum cerah melihat Kano Brata sedang asyik bermain game di smartphone-nya. "Wah Kano ternyata di sini, pantes dari tadi dicariin nggak kelihatan," ucap Sultan dengan suara yang tegas namun bersahabat secara bersamaan. Kano sempat melirik sebentar mendengar kalimat barusan, tapi setelahnya ia kembali tak acuh dan fokus pada permainannya. Kano tahu laki-laki tua di depannya ini pasti akan menyampaikan sesuatu terkait jadwal syuting atau apa pun itu mengenai sinetron yang dibintanginya. "Kenapa Pak Sultan mencari Kano? Bukannya syuting Kano hari ini sudah selesai?" Andi bertanya sembari tersenyum sopan. "Ada perubahan tempat syuting untuk episode 16 ternyata, kita jadinya bakal syuting di Bali. Kalian kayaknya belum tahu itu 'kan? Makanya di sini saya mau ngasih tau ke kalian buat siap-siap. 2 hari lagi kita berangkat, oke?" "Bali?" Setelah sekian lama membisu akhirnya Kano bersuara juga. "Iya, Bali. Sekalian buat liburan." Kano tak membalas lagi, tapi diamnya telah dianggap sebagai bentuk persetujuan oleh kedua orang lain dalam ruangan tersebut. "Ya, udah. Itu aja yang mau saya sampaikan ke kalian. Hati-hati ya pulangnya." "Terima kasih banyak atas informasinya, Pak. Bapak juga hati-hati." Sultan hanya melambai ringan tanpa menoleh lagi, setelah kepergian Sultan dari ruangan itu, Andi pun segera merapikan barang-barangnya. Bersiap untuk pulang ke rumah. "Nggak mau pulang lo?" Andi heran melihat Kano masih anteng-anteng saja padahal sudah jam delapan malam. Tidak biasanya Kano betah di sini. Kano langsung berdiri dan segera menyusul managernya yang sudah keluar ruangan terlebih dahulu. Mereka berdua pun akhirnya berjalan beriringan menuju tempat parkir, Andi sesekali menganggukkan kepala guna membalas sapaan saat bertemu dengan para kru. Saat mereka sudah berada di tempat parkir, Kano dengan tiba-tiba melempar sebuah kunci ke arah Andi. Kerutan pun tercipta di antara kedua alis tebal Andi. "Lo mau gue yang nyetir?" Kano menggeleng. "Terus?" "Lo pulang sendiri aja Mas, tuh pake aja mobilnya. Gue bawa yang BMW." "Tumben lo mau minjemin gue mobil, No. Nyuruh bawa pulang lagi." Kano berdecak. "Gue mau mampir dulu ke resto Papa abis ini, lagian malam ini anak lo minta jalan-jalan 'kan? Sana jalan-jalan pakai mobil gue." "Ih lo nguping, ya?" "Terserahlah." Sembari memutar mata jengah Kano pun masuk ke dalam BMW i8 kesayangannya. Tapi belum sempat dia menjalankan kendaraan roda empat itu, sebuah ketukan di jendela menginterupsi. Tanpa menoleh Kano menurunkan sedikit kaca mobil demi mendengar apa yang ingin dikatakan Andi. "Makasih banyak ya, No, lo selalu baik banget sama Keyla. Gue doain semoga lo cepet punya anak juga biar nggak terus-terusan perhatian sama anak orang doang," tutur Andi sembari tertawa lebar. Pria berusia tiga puluh lima tahun itu buru-buru menjauhi mobil saat Kano terlihat ingin melemparinya dengan powerbank. Dengan kesal Kano pergi meninggalkan Andi sendirian di area parkir masih dengan sisa tawanya tadi. Inilah secuil sifat baik Kano yang membuat Andi betah selama enam tahun, bagi Andi hanya dia yang bisa mengimbangi serta memiliki stok kesabaran yang tak terbatas untuk menghadapi sikap kurang ramah Kano yang sudah mendarah daging. Dan Kano pun sepertinya merasakan hal yang sama, karena diam-diam laki-laki itu selalu peduli padanya terutama kepada putrinya yang cantik jelita bernama Keyla. Tadi siang putrinya meminta diajak jalan-jalan malam ini karena besok adalah hari ulang tahunnya. Siapa sangka Kano mendengar semua percakapannya itu, dan akhirnya dengan sukarela meminjamkan mobil mewahnya? Andi yakin jika suatu saat Kano memiliki anak, dia akan sangat menyayangi anaknya itu. Sebab Andi telah melihat sendiri betapa perhatiannya Kano kepada Keyla. Tetapi setelah dipikir-pikir lagi, jangankan anak, pasangan saja Kano tidak punya. Apalagi di umurnya yang sudah menginjak angka tiga puluh itu Kano terlihat belum tertarik sedikit pun untuk mempunyai pacar alih-alih istri. Jadi mana mungkin Kano bisa mempunyai anak, jika menikah saja tidak dia pikirkan? Dasar. Andi merutuki pikirannya sendiri. *** "Lo nggak pulang ke rumah? Udah 2 minggu lo nggak pulang, nyimpen cewek ya di apartemen?" Kano berdecak mendengar perkataan adiknya yang tidak disaring itu. "Mulut lo, Van, tempat umum ini sinting." Dia baru saja menyelesaikan acara makannya kala tanpa diundang adiknya sudah main duduk saja di hadapannya. Laki-laki yang merupakan adik Kano tersebut hanya tertawa menanggapi gerutuan kakaknya barusan. Devano—adik laki-laki Kano—tahu kalau dia tidak boleh asal bicara lagi, karena saat ini bahan sekecil apa pun dapat dijadikan skandal yang dibesar-besarkan oleh media jika menyangkut artis-artis papan atas tanah air. Dan karena Kano menjadi salah satu dari ‘artis-artis papan atas’ itu, makanya dia sebagai adik harus menjaga lisannya jika itu menyangkut nama Kano. Untungnya restoran sedang sepi, jadi mereka tidak perlu terlalu khawatir ada yang mencuri dengar percakapan mereka. "Tapi bener 'kan tebakan gue?" Devano bertanya lagi dengan suara yang sengaja ia pelankan volumenya. "Gue ngantuk, pengin cepet-cepet rebahan di kasur. Bilangin ke Mama besok gue pulang," ujarnya seraya bangkit dari duduk. Kemudian ia mengecek jam tangan yang melingkari tangan kirinya dengan gerakan yang sangat menyebalkan di mata Devano. "Oh ya, rasa masakan lo makin buruk aja tiap hari, gue takut resto Papa ini bisa bangkrut kalo lo yang jadi koki utamanya terus-terusan." "Kampret! Pergi lo sana! Liat aja, gue bakal aduin ke Mama kalau lo nyimpen cewek di apartemen." "Berisik!" Dengan kesal Kano menendang keras kaki adiknya, yang mendapatkan tendangan itu tentu saja langsung mengaduh kesakitan sambil melotot tajam. "Sakit, kampret!" Puas melihat raut nelangsa adiknya, Kano pun akhirnya beranjak pergi dari sana. Dia tidak bohong saat mengatakan kalau dirinya mengantuk dan ingin segera sampai ke apartemennya guna merebahkan diri di atas kasur. Padahal rencananya malam ini ia ingin pulang ke rumah orang tuanya, namun tidak jadi karena dia sudah terlalu lelah menyetir. Mengingat jarak rumah orang tuanya lebih jauh dari jarak apartemennya. Besok ajalah. Sekalian ngasih tau kalau lusa mau ke Bali. Saat Kano baru saja masuk ke dalam mobil, tiba-tiba seseorang mengetuk dengan keras kaca mobilnya. Kano jelas tak senang dengan hal tersebut, terlebih kala ia mengetahui bahwa Devano-lah yang mengetuk—hampir menggedor—kaca mobil kesayangannya. Merasa kesal bukan kepalang, Kano langsung menurunkan kaca sembari menghunuskan tatapan tajam ke arah sang adik. "LO APA-APAAN—" "No, lo serius nyimpen cewek di apartemen? Padahal tadi gue cuma bercanda, nggak nyangka ternyata omongan gue bener." "Selain gila, ternyata lo suka ngelantur, ya. Besok gue bilang deh ke Papa buat nyari dokter terbaik buat lo." "Gila, kalau sampe Papa Mama tau lo ngebuntingin anak orang. Duh abis lo, No." Kerutan di antara kedua alis Kano semakin terlihat jelas karena sang empunya benar-benar mengerutkan dahinya dalam-dalam. Dia tak mengerti sama sekali dengan ucapan Devano. "Lo ngomong apa sih?" "Ini baca woy baca! Di twitter udah rame banget bilang kalo lo pacaran sama cewek, nggak-nggak, lebih dari itu. Lo juga buntingin tuh cewek! Nih baca! Lo nggak lupa caranya baca 'kan?" serbu Devano sembari menyodorkan smartphone-nya ke arah Kano. Kano mengambil kasar benda serbaguna itu dari tangan Devano, lalu dengan teliti Kano mulai membaca kata perkata yang tertera di layar. tub! berita anget nihh, liat deh aktor kesayangan ibu-ibu kita ketangkep basah lagi nganter pacarnya ke butik. Bukan itu aja, kata orang terpercaya si aktor inisial KBH itu juga ngehamilin pacarnya lho guys. Dan tweet tersebut berhasil mendapatkan ribuan retweet dan quote retweet, bahkan pada section reply semua orang heboh membicarakan serta mempertanyakan kebenaran dari rumor miring itu. "Gue bahkan nggak kenal sama cewek ini." "Gimana?" TO BE CONTINUED
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD