Dua

1479 Words
Rabu (12.59), 12 Mei 2021 -------------------- Ratna mendekap tumpukan kertas di dadanya sambil bergegas keluar kantor. Dia ingin cepat-cepat pulang lalu segera menyelesaikan dokumen-dokumen itu. Dia sudah berhasil menyelesaikan tiga perempat dari dokumen itu dengan bantuan dua bawahannya. Tapi tetap saja, masih tinggal seperempat lagi. BRUKK. Ratna menggosok pelipisnya yang mulai berdenyut melihat semua dokumen berhamburan. “Makanya, kalau jalan pakai mata.” Ratna mendesah keras lalu mendongak melihat Mina yang berjalan menjauhi dirinya dengan pinggul bergoyang. Baiklah, sudah cukup aksi sabarnya. Ratna mendekati keranjang sampah yang khusus untuk sampah basah. Dia segera menghampiri Mina sambil menenteng keranjang itu. Ketika Mina hendak membuka pintu mobil, mendadak Ratna menuangkan isi keranjang sampah ke atas kepala Mina. Wanita itu menjerit keras membuat beberapa orang di situ menoleh lalu tertawa. “Ups, sorry. Ini salahku karena aku tidak pernah pakai mata kalau jalan.” Dengan geram Ratna memasangkan keranjang berbau itu ke kepala Mina lalu segera menghambur pergi. Beruntung karena suasana kantor sudah sepi dan angin tidak berhembus. Kertas-kertas yang dia tinggalkan berserakan masih berada di tempat. Ratna segera berlutut memunguti kertas-kertas itu. Entah darimana, seorang lelaki turut berjongkok lalu membantunya. Ratna tidak bisa melihat wajah lelaki itu karena ia memakai jaket bertudung. “Terima kasih. Maaf merepotkan.” Ucap Ratna sambil sesekali melirik lelaki itu. “Tidak masalah.” Suaranya terdengar berat dan seksi namun dia tidak menoleh menatap Ratna. Pandangannya masih fokus untuk mengumpulkan kertas yang berserakan. Begitu semua kertas terkumpul, lelaki itu meletakkan tumpukan kertas yang sudah tersusun rapi di depan Ratna. Tanpa menunggu respon, lelaki itu langsung bangkit lalu berjalan menjauh. “Hei, tunggu!” Seruan Ratna sama sekali tidak digubris. Ratna menyipitkan mata sambil berkacak pinggang melihat ke arah perginya lelaki itu. Ratna yakin lelaki itu seorang yang dikenalnya namun tidak ingin dirinya dikenali. Terlihat jelas dari tingkahnya yang aneh dan berusaha tidak memperlihatkan wajahnya pada Ratna. Akhirnya Ratna mengangkat bahu. Dia merengkuh kembali tumpukan kertas ke dadanya lalu bergegas menuju parkiran. Keranjang sampah yang tadi menjadi senjatanya masih tergeletak di tempat parkir. Ratna bersyukur wanita gatal itu memilih langsung pergi. Kalau tidak, semua kontrol dirinya bisa menguap. *** Lelaki itu masih berdiri disana memperhatikan gadis cantik yang memacu motornya keluar halaman gedung perkantoran. Entah kenapa gadis itu menggelitik rasa ingin tahunya. Dia seolah pernah bertemu wanita itu entah dimana. Mendadak sebuah kenangan mengisi benaknya. Empat belas tahun yang lalu. Lelaki itu masih ingat dengan jelas gadis yang telah diperkosanya. Ah, tidak. Jangan bilang dirinya yang memperkosa. Maya yang menjual gadis kecil itu pada dirinya. Lelaki itu membiarkan kenangan tentang pergulatannya dengan wanita yang baru lewat tadi menguasai benaknya. Seringai bak serigala menghiasi bibirnya. Gadis yang sangat liar. Berusaha melukainya dengan semua barang di ruangan itu. Menggeliat dan berusaha mencakar seperti kucing liar. Kuku cantiknya berhasil membuat goresan di lengan dan wajah lelaki itu. Bukannya membuat lelaki itu mundur, malah semakin membuatnya tertantang untuk menjinakkan si kucing liar. Sampai akhirnya gadis itu kelelahan, dia tetap berusaha melawan dengan sisa-sisa tenaga. Air matanya bercucuran deras. Bibir mungil gadis itu terus-menerus memanggil nama kakaknya. Entah sengaja atau tidak, Maya membangun rumah yang cukup jauh dari tetangga sehingga tidak ada tetangga yang mendengar jeritan gadis itu. Apalagi hari itu hari libur. Orang lebih suka menghabiskan waktu di luar rumah. Masih jelas terbayang dalam benaknya raut kesakitan gadis itu ketika ia merobek keperawanannya. Rasanya sangat nikmat. Bukan hanya karena milik gadis itu yang begitu sempit mencengkeram miliknya. Tapi juga karena ia sangat puas melihat rasa sakit yang membayang di kedua matanya. Mengingat kejadian itu membuat dirinya menegang. Lelaki itu tidak menyangka bisa berjumpa lagi dengan si kucing liar setelah belasan tahun berlalu. Gadis polos dengan wajah imut yang menggoda iblis dalam dirinya, kini telah tumbuh menjadi wanita cantik yang sangat sensual. Lelaki itu berusaha menggali ingatannya. Dia lupa nama gadis itu. Ria? Regina? Rina? Dia terkekeh. Itu semua nama wanita yang menjadi partner seksnya beberapa minggu terakhir. Tapi semuanya membosankan. Belum ada satupun yang berhasil memuaskan dahaga jiwa iblisnya. Mungkin inilah saatnya sang iblis bersenang-senang. Dia akan mendapatkan kembali wanita itu. Bukan hanya untuk beberapa jam seperti belasan tahun yang lalu. Kini dia akan memiliki wanita itu untuk selamanya. Sepertinya dia harus mulai menyiapkan ruang bawah tanahnya untuk ditempati calon b***k seksnya. *** Freddy melepas seragam polisi dari tubuhnya. Badannya terasa lengket dan pegal. Dia meletakkan revolver perak kesayangannya di atas meja di samping tempat tidur, lalu melirik jam digital di smartphonenya. Hampir jam sembilan malam. Begitu semua pakaian yang melekat di tubuhnya telah lepas hingga menampakkan otot tubuhnya yang terpahat sempurna, Freddy dengan santai berjalan telanjang menuju kamar mandi yang menjadi satu dengan kamarnya. Siraman air dari shower serasa melunturkan keletihan. Freddy tidak suka menjadi polantas. Terik matahari dan asap knalpot seolah menjadi sahabat para polisi pengatur lalu lintas. Mengatur para pengemudi di jalan sama sulitnya seperti merapikan benang kusut. Belum lagi kecelakaan yang tidak ada habisnya seperti yang terjadi siang tadi. Sejak memutuskan untuk bergabung di kepolisian, bukan hanya sekali dua kali Freddy pernah melihat darah berceceran dan otak berhamburan. Tapi tetap saja, melihat darah dan otak yang terbuang sia-sia karena kecelakaan selalu berhasil membuat perutnya mual. Itu sebabnya Freddy lebih suka menjadi anggota tim penyidik kepolisian. Meski harus begadang bermalam-malam untuk menyelidiki pelaku, memecahkan kasus rumit yang seperti menyusun puzzle, atau tidak segan-segan melepaskan tembakan bahkan adu keterampilan bertarung. Freddy lebih menyukainya daripada melihat mayat bergeletakan karena kecerobohan manusia. Parahnya, atasan Freddy di divisi penyelidikan tahu tentang kelemahannya. Karena perbuatan Freddy yang dianggap melanggar perintah, atasannya itu bermaksud memberinya skors selama dua bulan. Tapi kenyataan Freddy yang membawa tiga rekannya menyerang secara diam-diam pelaku penyanderaan berhasil membuat korban selamat dan pelaku tertangkap, kepala tim penyidik tidak bisa memberinya skors. Namun Freddy tetap dianggap melanggar perintah dan membuat banyak orang terancam bahaya mengingat pelaku memiliki banyak bom rakitan dan kejiwaannya sedikit terganggu hingga bisa bertindak nekat. Karena itu hukuman tetap dijatuhkan. Sebagai ganti skors, Freddy dipindahkan ke divisi lalu lintas selama tiga bulan. Baru seminggu menjalani hukuman, dia sudah tiga kali melihat kecelakaan. Yang paling parah tentu saja siang tadi. Kecelakaan beruntun yang mengakibatkan lima orang tewas di tempat. Freddy sedikit bergidik. Cepat-cepat dia menyelesaikan mandinya. Dengan selembar handuk melilit pinggang, Freddy keluar kamar mandi. Benaknya masih diliputi kecelakaan itu. Buru-buru Freddy mencari kenangan lain untuk menggantikan peristiwa tragis tadi siang. Mendadak wajah cantik itu muncul di benaknya membuat Freddy tersenyum. Entah kenapa wajah cantik itu menarik perhatiannya sejak hari pertama Freddy menjalani hukuman. Wanita itu hanya menunggu dengan tenang lampu merah berubah hijau layaknya pengemudi yang lain. Tidak ada yang istimewa. Dia memang tergolong amat cantik dan mempesona. Tapi Freddy sudah pernah meniduri wanita-wanita yang jauh lebih cantik dan amat seksi dari gadis itu. Jadi apa yang berbeda dari wanita itu? Rekan sesama polisi yang menjaga lalu lintas di daerah itu mengetahui ketertarikan Freddy terhadap wanita itu. Mereka selalu menggoda Freddy dengan mengatakan “wanitanya sudah datang”, ketika wanita itu tampak. Hingga salah satu rekannya menantang Freddy untuk bisa mendapatkan nomor kontak wanita itu. Dengan senang hati Freddy menjawab tantangannya. Freddy hanya mengenakan celana piama untuk tidur. Dia meraih smartphonenya lalu menghempaskan diri di ranjang. Sambil berbaring Freddy mencari nomor yang tadi pagi disimpannya. Ratna Agustin. Nama yang cantik. Mungkin dia lahir di bulan Agustus. Freddy terkekeh sendiri di kamarnya yang luas ketika teringat wajah kesal Ratna. Tadi gadis itu mengatakan sudah terlambat ikut rapat. Mungkin Freddy bisa menanyakan tentang rapatnya lalu meminta maaf jika ternyata perbuatannya membuat wanita itu dalam masalah. Sekali lagi dia mengecek jam. Sudah jam sembilan lewat. Apakah wanita cantik itu sudah tidur? Setelah ragu selama satu detik, akhirnya Freddy langsung menekan tanda panggil pada nomor Ratna. “Halo?” “Hai.” Sahut Freddy dengan seringai di wajahnya. Ratna terdiam selama beberapa detik. Mungkin wanita itu sedang mengecek identitas penelepon. “Ini siapa?” Freddy terkekeh karena sudah menduga wanita itu tidak mungkin menyimpan nomornya. “Ratna Agustin, kau melupakan diriku? Bukankah aku sudah memintamu untuk menyimpan nomorku?” Ratna mendesah. “Jangan bercanda sekarang. Masih banyak yang harus kukerjakan dan besok pagi-pagi sekali aku sudah harus di kantor.” Freddy bisa mendengar nada lelah wanita itu. Dia jadi tidak tega mengganggunya. “Apa aku membuatmu dalam masalah?” “Tolong katakan siapa dirimu dan apa tujuanmu. Masih ada tumpukan dokumen yang harus kukerjakan.” “Kalau begitu katakan alamatmu. Aku akan menemuimu saat ini juga lalu membantumu sebisa . . .” Freddy menatap smartphonenya selama beberapa saat. Wanita itu menutup teleponnya. Freddy kembali terkekeh. Dia sungguh wanita yang sangat menarik. Belum pernah ada seorang wanita yang menutup telepon darinya. Kalau bukan karena nada lelah dalam suara Ratna, dengan senang hati Freddy akan kembali mengganggunya. Kali ini Freddy harus mundur. Tapi dia tidak akan membiarkan Ratna tidak mengetahui siapa yang baru saja menghubunginya. Freddy membuka kotak pesan di smartphonenya lalu mulai menulis kalimat gombalan yang dia kirim untuk Ratna. --------------------- ♥ Aya Emily ♥
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD