Dalam kebingungannya, Dina tiba-tiba mendapat ide. Ia segera memberitahu ibunya tentang idenya itu.
“Ma, bagaimana kalau mama menghubungi kakek dan nenek?”
Gladys berbalik menatap Dina.
“Benar, mereka pasti sudah berada di rumah sakit tempat papa dirujuk sekarang.”
Gladys mengambil ponselnya dan menelepon ke nomor mertuanya. Ia menelepon mereka sekitar tiga atau empat kali namun tidak ada jawaban. Gladys menatap Dina kemudian menggelengkan kepalanya.
“Tidak ada jawaban ya?” Tanya Dina.
“Mereka mungkin panik atau sibuk sehingga tidak ada waktu untuk menjawab telepon.” Jawab Gladys.
Dina mengangguk.
Sekarang Dina menyesal kenapa ia tidak menjenguk ayahnya tadi. Mungkin ia akan sempat bertemu ayahnya walau hanya sebentar apabila tadi ia langsung mengikuti kata hatinya tanpa terlalu banyak membuat pertimbangan.
“Jangan sedih, Na. Nanti pasti bisa bertemu lagi di lain kesempatan.” Gladys berusaha menghibur Dina.
“Bagaimana jika…” Dina tidak menyelesaikan kalimatnya. Ia tidak mau membuat ibunya semakin cemas.
“Mama tahu apa yang sedang kamu cemaskan. Mama juga mencemaskan hal yang sama. Tapi apa yang bisa kita lakukan? Kita hanya bisa menunggu kabar di sini sambil berdoa. Kamu kan juga masih sakit, kita tidak bisa kemana-mana.” Terang Gladys.
Dina menarik nafas panjang lalu mengembuskannya kembali.
“Mungkin sebaiknya Dina beristirahat.” Katanya kemudian.
“Iya Na, kamu istirahat saja dulu ya. Terlalu banyak berpikir akan memperlambat proses penyembuhanmu.” Balas Gladys.
Dina berbaring di ranjang sambil menatap langit-langit ruang perawatannya. Dina berbaring dengan gelisah. Ia terus bergerak dan membalikkan badannya ke kiri dan ke kanan secara bergantian.
Tiba-tiba Dina teringat akan sesuatu. Ia pun buru-buru mengeluarkan ponsel miliknya dari bawah bantal. Ia mengetik pesan untuk dikirimkan kepada Helen.
‘Helen, bantu aku sekali lagi…’ tulis Dina dalam pesan singkatnya.
Helen pun membalas pesan Dina dengan menanyakan apa yang Dina butuhkan. Ia dan Kevin akan berusaha memenuhi permintaan Dina.
Dina kemudian menjelaskan panjang lebar tentang keberadaan ayahnya di rumah sakit yang sama dengannya bahkan sampai pada moment ketika Dina berencana untuk menjenguk ayahnya dan ternyata ayahnya telah dipindahkan ke rumah sakit lain karena keadaan yang memburuk.
Helen sedikit banyak terkejut dengan sikap Dina kali ini. Ia tidak menyangka jika Dina yang selama ini terlihat begitu marah kepada ayahnya ternyata jauh di lubuk hatinya ia begitu memedulikan kondisi kesehatan ayahnya.
Namun meskipun sebenarnya Helen bingung dengan sikap Dina itu, ia tetap menyanggupi permintaan sahabatnya tersebut untuk pergi ke RSUD tempat ayah Dina kini dirawat serta mencari tahu kondisi terkini dari ayah Dina.
Hati Dina merasa sedikit lega sekarang. Ia hanya tinggal menunggu kabar selanjutnya dari Helen dan Kevin. Mereka akan selesai kuliah pada pukul empat sore dan Helen berjanji akan langsung menuju ke rumah sakit setelah itu.
Akan tetapi, Dina masih tetap gelisah karena menganggap kalau jam empat sore itu terlalu lama. Ia ingin segera tahu bagaimana keadaan ayahnya namun hanya Helen yang bisa membantunya sekarang. Ia tidak punya pilihan lain selain menunggu dengan sabar.
Sekitar pukul enam sore, Helen mengirim pesan kepada Dina bahwa mereka telah berada di RSUD dan tengah mencari di mana ayah Dina berada. Dina menunggu dengan perasaan was-was.
Lima belas menit setelah menerima pesan Helen yang pertama, Dina kembali menerima pesan Helen yang lain. Helen mengabarkan bahwa ayah Dina sebelumnya dirawat di UGD namun karena keadaan yang terus memburuk ia akhirnya dipindahkan ke Intensive Care Unit (ICU) atau Unit Perawatan Intensif.
Helen menanyakan apa ada lagi yang ingin Dina ketahui namun Dina mengatakan sudah tidak ada. Helen dan Kevin pun meninggalkan rumah sakit itu.
“Apa kata Helen?” Tanya Gladys kepada Dina.
“Katanya papa sekarang sudah dipindahkan ke ICU karena keadaannya yang semakin memburuk.”
Gladys tampak terkejut, “Begitukah?” Tanya Gladys.
“Mama tidak mau menjenguk ke sana?” Tanya Dina.
“Kalau mama ke sana siapa yang akan menemanimu di sini?” Protes Gladys.
Gladys terlihat mengambil ponselnya dan mengetik sebuah pesan di sana. Dina tidak tahu ibunya hendak mengirimkan pesan itu kepada siapa. Ibunya kemudian terlihat saling berbalas pesan dengan orang tersebut selama beberapa saat.
“Bagaimana kalau minta kakak cepat ke sini agar mama bisa pergi menjenguk ke sana?” Usul Dina.
“Entahlah Na, tapi mama rasa tidak perlu terlalu terburu-buru seperti itu. Mama akan menjenguk tapi tidak saat ini ya.” Balas Gladys.
“Kenapa?” Tanya Dina.
“Mama hanya merasa bahwa mama tidak perlu hadir di sana detik ini juga. Biar anggota keluarga papa yang lain yang melakukannya.” Jawab Gladys.
Entah mengapa Gladys tiba-tiba menarik diri dari situasi itu, padahal sejak tadi ia terlihat sama paniknya dengan Dina.
“Ma, ada apa?” Tanya Dina yang tidak memahami perubahan sikap ibunya ini.
“Tidak ada apa-apa kok Na.” Jawab Gladys.
“Apa yang membuat mama merasa tidak begitu perlu untuk menjenguk papa malam ini sementara mama sudah mendengar sendiri kalau kondisi papa terus memburuk?” Tanya Dina dalam hatinya.
Malam itu Oscar tiba di tempat Dina saat jam menunjukkan telah lewat tengah malam.
Begitu Oscar masuk, Gladys pun segera mendekatinya dan bertanya.
“Bagaimana?” Tanya Gladys.
“Seperti yang Oscar sampaikan kepada mama di SMS tadi, Ma.” Jawabnya dengan santai.
Dina tidak mengerti apa yang sedang dibicarakan oleh ibu dan kakaknya saat ini.
“Kakak dari mana, kok jam segini baru sampai?” Tanya Dina dengan penuh rasa ingin tahu.
“Aku barusan pergi ke RSUD tempat papa dirawat.” Jawab Oscar
“Benarkah kakak sudah ke sana?” Tanya Dina, tak percaya.
Oscar mengangguk.
“Mama tadi memberitahu keadaan papa dan sepulang kantor aku langsung ke sana.” Jawabnya.
“Lalu bagaimana keadaan papa, ada siapa saja di sana, bukankah mama juga sebaiknya ikut menengok ke sana?”
“Pertanyaannya jangan sekaligus gitu dong, Na. Kakak jadi bingung kan mau jawab dari mana!” Tegur Gladys.
“Papa sekarang dirawat di ICU karena masih belum sadarkan diri sejak kedatangannya pertama kali di rumah sakit itu.” Oscar mulai menjawab pertanyaan Dina.
“Di sana aku bertemu dengan kakek dan nenek, juga ada beberapa anggota keluarga dari almarhumah istri papa.” Lanjutnya.
Sekarang Dina bisa memahami alasan ibunya tidak lagi begitu berniat untuk menjenguk ayahnya di rumah sakit yang baru. Ternyata Oscar sudah lebih dulu ke sana dan mendapati kalau ada ‘anggota keluarga yang lain’ yang sudah lebih dulu berada di sana.
Dina bisa mengerti perasaan yang mendasari sikap ibunya sekarang.
Ia pun tidak lagi mendesak ibunya agar ibunya mau pergi menjenguk ayahnya di RSUD.
“Status pernikahan papa yang rumit membuat ada penghalang ketika dari pihak istri pertama ingin menjenguk sementara di saat yang sama dari pihak istri kedua juga berada di sana.” Pikir Dina.
“Tapi mama tetap akan ke sana nanti, setelah kamu keluar dari rumah sakit, mungkin. Jika kamu sudah berada di rumah, mama akan minta tante Wanda menemanimu dan mama akan pergi menjenguk papa di rumah sakit.” Ujar Gladys kepada Dina.
“Dina bisa mengerti tentang situasi di sana kok Ma, tidak perlu terburu-buru dan jangan memaksakan diri jika tidak siap.” Balas Dina.
Gladys tersenyum kecil dan mengangguk. Malam itu mereka memutuskan untuk tidak lagi membahas tentang ayah atau rencana mereka untuk menjenguk. Dina sendiri sudah kehilangan niatnya untuk menjenguk ketika ia mendengar kakaknya mengatakan kalau ada keluarga yang lain juga di sana.