Pagi ini tepatnya jam 05.30 pagi seorang gadis sudah bangun dari mimpinya, berjalan kearah kamar
mandi yang tidak jauh dari ranjang. Selang beberapa menit ia pun keluar.
“hah, seger abis mandi” ujarnya, keluar dengan masih menggunakan bathrobe yang melekat pada
tubuhnya.Ponsel milik gadis itu yang tergeletak diatas nakas berbunyi membuat perhatian sang gadis
tertuju pada ponsel.
“siapa sih? Masih pagi juga” ia berjalan mendekati nakas, mengambil ponsel dan segera menggeser
tombol hijau disana.Mendekatkan benda pipih itu pada telinga.
“ngapa lu telpon gue pagi-pagi gini ha? Untung udah selese mandi”
Suara dari sebrang sana menyahut, "ya maap kali, gue cuma mau bilang nanti bernangkat bareng sama gw"
“hm” sahut Mei. Nama gadis itu.
"singkat bener, yaudahlah pokoknya tungguin gw dateng jangan berangkat duluan!"
“iya-iya baweel”
~tut~tut~ sambungan terputus.
Mei meletakkan kembali ponselnya pada nakas. Berbalik arah menuju lemari untuk segera mengganti
bathrobe menjadi seragam sekolah. Setelah selesai ia keluar dari kamar, menuruni satu persatu anak
tangga dirumahnya. Ekor mata mei menangkap dua sosok orang sudah duduk tenang di meja makan,
mereka orang tuanya. Ia pun menyapa.
“pagi ma, pa” ujar mei setelah sampai di meja makan.
“pagi anakku~” sapa mama dengan senyum indah terpantri di wajahnya.
Mei segera menarik kursi dan duduk. Tangannya meraih roti juga selai, menu sarapan pagi ini.
Sembari mengoles selai pada rotinya, mei mengobrol dengan papanya. Memang, sedari kecil mei
lebih dekat dengan papa ketimbang mamanya tapi untuk hubungan mei dengan mama masih terbilang
cukup baik.
Sekilas informasi. Papa mei itu seorang pengusahawan yang cukup sukses, bahkan bisnis milik papa
mei ada di seontero indonesia. Sedang mamanya mempunyai bisnis kuliner alias restoran yang juga
sama terkenalnya dengan sang papa, namun jika papanya ini menguasai indonesia mamanya justru
menguasai lingkup luar negri. Terkhususnya asia dan eropa. Cukup kaya? Jangan tanya, keluarga mei
itu sangat sangat kaya. Sayangnya, mei bukan asli pribumi. Ia campuran antara jepang dengan
indonesia.
~tok~tok~ Suara pintu diketuk memecahkan keheningan di meja makan.
“siapa itu pagi-pagi kok ke rumah kita pa?” tanya sang mama kepada suaminya. “gak tau juga ma” sahut sang suami
Mei mengerti siapa tamu itu. Ia segera menghabiskan susunya.
“oh itu tari ma, kita mau berangkat bareng” ujar mei
“oalah, yaudah gih berangkat nanti telat”
Mei beranjak dari duduknya. “mei berangkat dulu ma, pa” kemudian mencium punggung tangan
kedua orang tuanya. Baru setelah itu ia berjalan ke pintu rumah.
Ceklek
Disana sudah berdiri seorang gadis yang berseragam sama dengan mei. “ayolah berangkat” “yuk”
jawab sang gadis yang diketahui bernama tari itu.
Keduanya berjalan mendekati sebuah mobil bercat putih. Jangan harap jika tari yang menyetir mobil
itu, yang ada ia berakhir dirumah sakit. Mobil tersebut segera beranjak pergi dari perkarangan rumah
mei. 15 menit dalam perjalanan, akhirnya mereka sampai disebuah sekolah bergengsi di ibu kota.
Mereka turun dari mobil dan berjalan masuk ke dalam sekolah.Keduanya berjalan anggun di koridor
dan tidak lupa kalau pasti ada sebuah omongan-omongan baik maupun buruk yang terdengar.
Eh cakep banget sih ~A1
Wah gebet sabi nih ~A2
Halah, masih cantikan gue juga ~A3
Seperti itulah cuplikan perkataan beberapa murid yang berkomentar tentang penampilan Tari dan Mei.
Mei terlihat biasa saja, ia menganggap omongan itu hanya angin. Berbeda dengan Tari, gadis ini
nampak risih dengan omongan-omongan mereka.
“Mei lu gak ngerasa risih apa? Kuping gue panas ngedenger omongan mereka”
“Enggak, tutup kuping aja”
“yeew”
Tak selang lama saat mereka berbincang, mereka melihat ada banyak kerumunan dekat loker milik
mereka.
Tari berucap “kenapa tu rame-rame”
“au”
“ihh lu mah, itu deket loker kita trus kita ambil bukunya gimana?”
“oh iya” ujar Mei
“dahla, yuk samperin” kemudian secara paksa tari menarik pergelangan tangan mei membuat sang
empu meringis tanpa suara. Tapi jika tak seperti itu mei akan segera pergi melewati kerumunan, ia
terlalu malas untuk sekedar melihatnya.
“WOI NGAPAIN PADA DI DEKET LOKER GUE” Tari dengan suara lantang memecah kerumunan
Salah seorang dari mereka berucap. “anu..k-kak itu..” belum selesai anak lelaki itu berbicara sudah
dipotong kembali oleh tari.
“LO KALO NGOMONG BISA YANG JELAS GAK SIH?”
Lelaki yang ingin berbicara tadi gelagapan. Pasalnya tari nampak sangat menyeramkan sekarang.
Maka dari itu teman disamping lelaki tadi mengambil alih.
“maaf kak, kita Cuma mau ngasih pelajaran ke cupu ini” ia menunjuk kearah dua orang laki-laki
yang terduduk di lantai lengkap dengan banyak luka di wajah dan tangannya. Tari dan Mei mengikuti
arah tunjuk itu. Jika Tari akan meringis, berbeda dengan mei yang masih mempertahankan wajah cool
nya.
“buat apa?” Mei mengucap.
“abis tadi dia nabrak sambil bawa minuman trus tumpah kena baju gw”
“oh” jawab mei
Salah satu dari lelaki yang terkena luka di sekujur tubuhnya alias sosok cupu yang menjadi point
kericuhan ini melihat kearah Tari dengan mulut yang menganga.
“kenapa lu liat-liat gua?”
“eng-enggak” jawab lelaki itu, kemudian menundukkan kepala.
“bubar” final Mei pada akhirnya. Seluruh massa yang berkerumun diloker Mei segera pergi menuruti
perkataan Mei. Disekolah, Mei cukup dihormati tetapi ia tak menyadari itu.
Dirasa Mei sudah membubarkan massa, Tari berucap pada dua sosok lelaki yang saat ini sudah
berdiri.
“Udah kalian pergi aja, anak baru ya? Disana tuh ruang kepsek” ucap Tari menunjuk lorong sisi kiri.
“iya kita anak baru, terima kasih udah nolongin” jawab salah satu dari keduanya.
“santuy ma kita”
Kedua lelaki itu segera pergi setelah tersenyum pada Tari dan Mei.