Apartemen Baru

1628 Words
 • Apartemen Baru “Adik Su benar-benar luar biasa, saat dia memegang pisau dan mengiris sayuran terdengar suara tak tak tak yang tak terhentikan, potongannya benar-benar rapi dan ukurannya sama, terlebih pisaunya sama sekali tak mengenai jarinya sama sekali. Dia memasak sambil menyiapkan teh, dan semuanya dilakukan di waktu yang sama dan ntah kenapa itu sangat efisien. Dia seperti bayi yang sejak kecil dibesarkan didalam dapur oleh seorang dewa masak, bau masakannya sangat harum dan bahan-bahan yang diolah dengan tangannya terasa berkilauan.” Wu Shian mengoceh, bahkan saat dia bicara dia seperti tidak mengambil nafas sama sekali. Mingzhi hanya diam berdiri sambil mendengarkan Wu Shian yang membicarakannya di depan Nyonya Wu dan Wu Shuan sambil nemegang nampan tehnya. “Lalu apa yang kau lakukan di dapur bersamanya? Apa kau tidak membantu Nak Su sedikitpun?” “Ahahah... Aku hanya menyemangati adik saja.” Dengan rasa sedikit canggung Mingzhi meminta Wu sekeluarga menikmati apa yang sudah Su Mingzhi suguhkan. “Aunty Wu, Kakak Wu Shian, Wu Shuan... Silahkan dinikmati, maaf kalau hanya sekedar itu yang bisa kusuguhkan pada kalian.” Mereka mengindahkan ucapan Mingzhi dan mulai mencicipi jamuan yang sudah disediakan. “Hmmm... Teh ini rasanya sangat ringan dan nyaman, aku tidak pernah merasakan yang seperti ini sebelumnya,” ujar Wu Meilin. “Umm... Setelah meminumnya rasa letihku jadi hilang.” “Itu adalah teh herbal yang kubeli di Shop seharga satu Point Emosi, meskipun harganya murah aku yakin barang yang dikeluarkan dari System kualitasnya tidak bisa disamakan dengan benda di dunia ini.” dalam hati Mingzhi. “Nak Su! Ini teh yang sangat luar biasa, Aunty tidak pernah merasakan teh seperti ini sebelumnya.” “Yah... Kurasa itu wajar Aunty, teh itu kuseduh sendiri dan bahan-bahannya juga, aku menambahkan sedikit herbal-herbal pengobatan dan sedikit rempah untuk menguatkan aromanya. Aroma dalam teh itu penting untuk menenangkan emosi seseorang, rasa tehnya sendiri akan membuat lidah nyaman, dan bahan yang terkandung didalamnya pasti bisa mengangkat rasa lelah setelah bekerja seharian.” “Kau juga mengerti soal teh dan herbal medis? Nak Su, kau tau banyak hal, ya.” Terdengar seperti seseorang menghirup ingusnya dengan keras, suara itu mengalihkan pandangan Mingzhi dan yang lainnya, Nampak Wu Shuan sedang menangis sambil meneguk mangkuk berisi sup hangat yang baru dimasak oleh Mingzhi. “Enak! Ini sangat enak! Kenapa seorang pria bisa memasak lebih baik dariku? Ya tuhan... Betapa tidak adilnya ini.” Wu Shian menaruh mangkuk yang sudah bersih dan hanya menyisakan sedikit sup itu disampingnya. Dengan tangannya sediri dia mengusap ingusnya dan dengan pandangan yang sangat serius dia menatap Su Mingzhi. “Adik Su! Menikahlah denganku!” Su Mingzhi tidak terkejut melainkan dia hanya tertawa ringan, karena ini adalah perkataan dari Wu Shian yang suka seenaknya maka Mingzhi tidak menganggap kalimat itu serius. “sepertinya Mingzhi menolak Kakak,” kata Wu Shuan dengan maksud meledek kakaknya. “Nak Su, duduklah! Melihat tuan rumah berdiri di rumahnya sendiri itu agak...” “Adik! Duduk denganku,” desak Wu Shian. Mingzhi duduk di kursi yang ada di depan Nyonya Wu, Wu Shian yang melihat Mingzhi tersenyum tapi menolak untuk duduk dengannya membuat dia berpindah dan duduk di dekat Mingzhi. “Jadi mau kemanapun aku duduk Kak Wu Shian akan selalu menempel denganku,” dalam hati Mingzhi. “Nak Su! Bagaimana pendapatmu soal Wu Shian?” “Hah??” Mingzhi terkejut bukan main mendengar hal itu dari Nyonya Wu sendiri, itu terdengar seperti dia rela memberikan anaknya pada Su Mingzhi. “Ahahah... Maaf, Aunty hanya bercanda. Sebenarnya kedatangan Aunty bukan untuk menanyakan hal seperti itu. Aunty datang untuk berterimakasih, bisnis Aunty naik lagi, semua berkat resep dari Nak Su, bahkan pendapatan perusahaan Aunty bulan ini sudah mengalahkan pendapatan tertinggi dari bulan-bulan sebelumnya.” “Syukurlah...” “Kau bersyukur karena Aunty bercanda soal Wu Shian atau kau bersyukur karena bisnis Aunty.” Mingzhi ingin mengucapkan sesuatu tapi dia seperti kebingungan. “Ahahaha... Nak Su! Maafkan Aunty sekali lagi, Aunty hanya sedang menggodamu.” “Oh ya! Apa Su Rongzhen sebelumnya juga tinggal disini?” sambung Nyonya Wu Shuan. “Sejak perceraian Ayah dan Ibu, kami berdua... Sudah tinggal disini. Tempat ini terpencil, Ibu bilang dia tidak ingin Ayahku atau keluarga Ibu menemukannya, jadi dia memilih tinggal di tempat seperti ini,” jawab Mingzhi. “Padahal Ibumu menyimpan banyak uang, namun dia lebih memilih untuk tidak menghabiskannya untuk dirinya sendiri. Nak Su! Su Rongzhen sangat memikirkanmu.” “Padahal aku tidak memilih untuk bersekolah di Akademi Sanming, jika aku diperkenankan untuk memilih, aku lebih memilih uang itu sebagai biaya medis Ibu.” “Karena dia sudah mengorbankan banyak hal untukmu, kah harus memenuhi keinginannya.” “Tentu saja Aunty Wu! Sekarang yang bisa kulakukan adalah tidak membuat Ibu kecewa.” “Oh ya! Apa uang yang Aunty transfer sudah masuk ke rekeningmu? Aunty takut salah memasukkan nomer, jadi Aunty ingin memastikannya.” “Sudah masuk tadi siang Aunty. Terimakasih!” “Dengar Tuan Su, kita adalah rekan bisnis, saya tidak akan mengecewakan rekan bisnis saya, terlebih dia adalah orang yang memberikan saya keuntungan.” kata Wu Meilin, dia tersenyum. “Tentu saja Nonya Wu, senang bisa berbisnis dengan anda.” Wu Meilin langsung menghabiskan tehnya dalam sekali tegukan. “Ah... Nak Su! Apa tidak terpikir untuk pindah rumah? Kurasa uangmu sudah cukup banyak untuk membeli satu apartemen.” “Mungkin akan aku pikirkan, Aunty.” **** Mingzhi terdiam di ruang tamu untuk waktu yang lama, tak ada suara apapun yang bisa didengar saat dia melamun kecuali suara dentum detik yang silih berganti. Mingzhi menghela nafas panjang, betapa pikirannya terombang ambing oleh kalimat yang di ucapkan oleh Nyonya Wu soal pindah ke rumah yang baru. “Sudah berapa tahun sejak kami pertama kali pindah ke rumah ini... Ntah kenapa aku bisa merasakan bunyi Ibu yang sedang menumis sayur di dapur, bahkan aromanya yang khas masih teringat jelas.” Mingzhi berdiri dan melihat ke arah dapur, tangannya memegang gedung lalu membelainya dengan lembut. “Ibu selalu membersihkan gedung ini bahkan setelah dia menyapu lantai, padahal catnya sudah banyak mengelupas disana sini,” Mingzhi tersenyum. Mingzhi membuka kamar Ibunya. Ternyium wangi dupa di pedupaan dengan foto Ibunya terpajang di sana. “Selamat malam Ibu! Anakmu datang untuk membakar dupa lagi, selama Mingzhi ada dupa disini akan terus menyala, wanginya akan selalu mengingatkan Mingzhi akan Ibu.” Mingzhi tertunduk. “Mingzhi sadar, Mingzhi jarang mengobrol dengan Ibu, ntah kenapa malam ini Mingzhi terpikir untuk melakukannya. Mingzhi tidak merindukan Ibu, jadi Ibu tidak usah mencemaskan Mingzhi. Dimanapun Ibu berada, ketahuilah... Itu tidak pernah jauh dari sini,” Mingzhi mengatakannya sambil meletakkan kedua tangannya di dadanya. “Mingzhi dapat merasakannya.” “Ibu... Rumah ini sudah menyimpan terlalu banyak kenangan, dari yang menyenangkan sampai yang tersedih. Yang tersedih adalah sejak Ibu terbaring di kasur ini untuk waktu yang lama.” “Ibu... Biarkan aku membawa kenangan itu bersamaku, Mingzhi terpikir untuk pindah ke tempat yang lebih nyaman, Ibu pasti senang bukan. Mingzhi yakin Ibu pasti menginginkan hal yang baik untuk putranya. Karena itu... Izinkan Mingzhi membawa Ibu, biarkan Mingzhi memperlihatkan hasil usaha Mingzhi, Mingzhi yakin Ibu akan tersenyum disana.” **** Mingzhi berada disebuah apartemen di siang hari setelah dia pulang dari sekolah, dia berjalan dari lorong ke lorong, lorong tersebut cukup besar. Apartemen yang akan menjadi tempat tinggal Mingzhi adalah sebuah apartemen besar tempat keluarga kelas satu biasanya tinggal. Mingzhi melihat ID Card yang diterima olehnya tertulis nomor lima puluh sembilan. “Ah! Ini tempatnya. Cukup jauh juga dari lift.” Mingzhi menggesekkan ID Cardnya. Tertulis untuk membuat sebuah kata sandi yang akan digunakan, lalu Mingzhi diminta untuk mengkonfirmasi kata sandi yang akan digunakan, baru pintu itu terbuka. “Sangat besar, dan sangat bersih. Um... Sangat kosong juga. Kupikir didalam apartemen baru akan disediakan barang-barang juga, ternyata ini hanya rumah tanpa isi.” Mingzhi berkeliling apartemen barunya. “Um! Setiadaknya dapurnya bisa digunakan, sudah tersedia kompor dan juga oven. Kulkasnya juga besar, dengan ini aku bisa menyimpan banyak makanan. Lemarinya juga banyak, ya! Ini bagus.” “Airnya menyala, toiletnya juga bersih.” Mingzhi kembali ke ruang tamu yang masih kosong. “Apa kupindahkan semua barang-barang dirumah sekarang juga ya? Yah... Ini juga sebagai test, sebesar apa benda yang bisa kupindahkan dengan memanfaatkan skill Imaginer ku.” “Ok! Benda pertama kupikirkan adalah...” Sebuah Foto yang menunjukkan Mingzhi dan Ibunya sedang berdiri di depan rumah lamanya merupakan benda yang pertama kali muncul ditangannya. “Tentu saja ini, Ibu... Selamat datang di rumah baru Mingzhi!” Mingzhi tersenyum manis. Digantungkannya foto tersebut di sebuah dinding yang memudahkannya untuk melihat Foto itu disetiap sudut apartemen. “Kira-kira aku bisa memindahkan kasur Ibu atau tidak ya? Baiklah, tinggal dibayangkan saja.” Mingzhi memejamkan matanya dan memikirkannya dengan keras. “Ok! Apakah sudah berpindah?” “Jawab! Kegagalan dalam proses terkonfirmasi, penyebab kegagalan terkonfirmasi. Barang yang dipikirkan oleh Host terlalu besar, untuk saat ini otoritas Host untuk menggunakan Skill Imaginer masih dibatasi.” “Dibatasi kah? Ku kira aku bisa melakukan pemindahan pada benda yang besar juga, ternyata itu terbatas pada benda-benda kecil saja, ya.” “Jawab! Untuk saat ini mungkin otoritas yang dimiliki Host masih dibatasi, tapi saat Host menaikkan Skill Imaginer maka otoritas Host akan semakin bertambah.” “Jadi begitu, ini sama seperti saat kau ter upgrade. Jadi apa aku bisa menaikkan level skill dengan cara meng upgrade skill tersebut.” “Jawaban terkonfirmasi! Host bisa menaikkan level dengan meng upgrade Skill.” “Berapa banyak Point Emosi yang dibutuhkan untuk menaikkan otoritasku atas Skill Imaginer ini?” “Jawab! Host membutuhkan setidaknya Lima Puluh Ribu Point Emosi untuk meng upgrade Skill Imaginer ke Level Dua. Saat Imaginer berada di Level Dua maka Host bisa memindahkan benda sebesar Mini Bus.” “Itu keren! Tapi sekarang aku perlu menyewa mobil sebesar Mini Bus untuk membantuku memindahkan barang-barang di rumah kesini.”
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD