Episode 2

1571 Words
Sembari meringis, Ibell mengelus-elus keningnya. Karena terburu-buru, sepertinya ia telah menabrak bahu seseorang. Ibell segera berinisiatif meminta maaf. Ia memang teledor. Berlarian di kampus tanpa melihat ke arah depan. Raut wajah Ibell  berubah kecut saat melihat seraut wajah muram tanpa sedikitpun garis senyum itu menatapnya dalam. Penampilan pria ini memang rapi sekaligus tampak mahal dengan setelan suitsnya. Dan jadi tampak begitu kontras dengan sejumlah tatoo yang mengintip sedikit-sedikit dari sela-sela setelan jasnya. "Maaf, Pak. Saya terburu-buru ingin ke aula dan bergabung dengan para mahasiswa-mahasiswa baru lainnya. Atas ketidak nyamanan yang tadi tidak sengaja saya lakukan terhadap Bapak, saya minta maaf." Ibell membungkukkan sedikit tubuhnya dan kembali menunduk. Gesture seperti ini memang sudah terbentuk sejak bertahun-tahun lalu. Tepatnya saat dia memutuskan untuk tidak lagi menjadi bagian dari klan Artharwa Al Rasyid maupun BrataKusuma. Sejak keputusan itu ia buat, Ibell mulai belajar menunduk dan berusaha untuk memperlihatkan wajahnya seminim mungkin. Semakin sedikit orang yang memandang wajahnya, maka semakin kecillah peluang mereka untuk melihat kemiripannya yang bagai pinang dibelah dua dengan mommynya. Dan semakin kecil juga para rentenir-rentenir itu mengejar-ngerjarnya dan menagih hutang mommynya. Kornea mata coklat brandynya tampak terlalu mirip dengan daddynya. Sedangkan wajah orientalnya adalah warisan genetika dari keluarga mommynya. Hanya ekspresi wajah mereka lah yang sangat berbeda. Air muka Celine itu seksi-seksi culas, sedangkan ia malah cenderung pendiam dan introvert. Ia bahkan bisa saingan dengan patung kalau sedang tidak mood untuk berbicara. Mbok Darmi yang memang adalah pengasuh mommynya sedari bayi bahkan mengatakan bahwa menatap Ibell itu sama saja seperti dia menatap Celine pada saat usia remajanya. Oleh karena itulah, Ibell sangat suka menunduk, menyembunyikan wajah jelitanya dari semua orang yang berkemungkinan mengenal keluarga kedua orang tuanya. "Nama kamu siapa?" "Ibell, Pak." "Nama panjangnya?" "Ibellllllll, Pak." "Ternyata selain tidak punya mata, kamu juga tidak punya otak. Jika kebetulan mata kuliah yang akan saya ajarkan adalah mata kuliah wajib kamu, siap-siap saja kamu mendapat nilai E dari Saya!!" "Apakah kalau Saya bisa mengikuti mata kuliah Bapak dengan baik dan bisa menjawab semua ujian dengan benar akan Bapak beri nilai E juga?" "Kamu menantang Saya, Cami?" Netra hitam itu semakin kelam saja kelihatannya. "Saya bukan menantang, Pak. Saya kan cuma bertanya. Kalau Bapak merasa itu adalah suatu tantangan, Saya minta maaf." Ibell makin menundukkan wajahnya. Masalah dihidupnya sudah sangat berat, dia tidak ingin mencari musuh lagi disini. "Fine. Coba nanti kita sama-sama lihat, apakah otak kamu itu ada isinya, atau otakmu memang ada isinya, tetapi letaknya saja yang salah." Dan pria seram berjas hitam itu pun berlalu begitu saja dari hadapan Ibell. Ternyata dia adalah salah satu dosen di kampus ini. Dosen apaan itu, tatto bertebaran sepanjang badan malah bisa jadi Dosen. Jangan-jangan mata kuliah yang akan diajarkannya adalah Cara memalak orang yang baik dan benar serta jurus-jurus dasar untuk mengintimidasi orang! Ibell sama sekali tidak takut menghadapi mata kuliah apapun di kampus ini. Ibell bahkan sudah pintar sejak kecil. Itu terbukti dengan dia selalu mendapat bea siswa bahkan sejak dari Taman Kanak-Kanak. Dia bisa masuk kekampus elit ini juga berkat bea siswa koq, jadi sudah pasti otaknya itu ada isinya. Ibell pun kembali berlari menuju aula, tapi kali ini dia lebih berhati-hati dalam setiap langkahnya, agar tidak menabrak orang sembarangan lagi. Sesampainya diaula, semua mahasiswa baru dikumpulkan menjadi beberapa kelompok. Setiap kelompoknya terdiri dari delapan orang. Ibell tergabung dalam kelompok 13 bersama dengan Armita, Lea, Annisa, Reno, Panca, Malik dan Galih. Kelompok mereka diberi nama Ayam Sayur. "Selamat datang para mahasiswa-mahasiswi baru sekalian. Saya Galaksi Andromeda mewakili para panitia dan senior-senior lainnya berharap agar acara OSPEK ini dapat semakin mengakrabkan kita sebagai sesama mahasiswa dan juga mulai belajar untuk beradaptasi dengan ritme belajar diuniversitas yang pasti berbeda dengan saat kalian semua di SMU. Jika sistem belajar kalian dulu adalah selalu menerima ilmu begitu saja dari para guru, tetapi sekarang sebagai seorang mahasiswa kalian sudah harus menerapkan cara belajar jemput bola, yang artinya kalian sendiri lah yang harus belajar keras, menyerap semua ilmu dari para dosen tanpa harus disuapi lagi seperti saat masih sekolah dulu. Akhir kata Saya ucapkan selamat menikmati masa pengenalan kampus baru ini. Semoga kedepannya kita sebagai sesama mahasiswa dikampus ini dapat bekerja sama dengan baik. Terima kasih." Dan tepuk tangan membahana pun terdengar diiringi dengan sorot mata memuja yang diperlihatkan secara terang-terangan mau pun curi-curi pandang dari sebagian kaum hawa diaula ini. Tidak terkecuali mata beberapa senior cantik yang diam-diam mencuri pandang kepadanya. "Aje gile itu Kak Galaksi, koq bisa ganteng maksimal gitu ya? Makan apa lah dia tiap hari sampai doi bisa bersinar seperti itu?" Armita, teman baru Ibell memandang sampai nyaris mimisan pada senior yang tadi berpidato itu. "Etdah lo kata dia lampu pertromaks pake bersinar segala. Tugas besok tuh pikirin, jangan senior ganteng aja yang lo mimpiin." Galih menoyor kesal kepala Mita. Mereka berdua memang berasal dari SMU yang sama, jadi sudah saling mengenal lama. "Nasib orang jelek ya begini ini, selalu saja mematahkan impian seseorang sebagai bentuk manifestasi dari ketidak mampuan nya menerima kenyataan!!" Mita menjebikan mulutnya dalam bentuk ejekan kepada Galih. "Sebagai sesama orang jelek dilarang keras saling menyindir keminusan wajah masing-masing. Lo itu ya ekspektasi merasa secantik Raisa, tapi realita mah kaya badak jawa." Mita langsung menjambak brutal rambut berpomade Galih karena telah menyinggung tentang berat badannya. Wanita mana yang tidak mengamuk dikatain badak jawa coba?Acara berbalas celaan itu pun akhirnya baru berhenti setelah para senior mulai memberikan tugas baru kepada mereka semua. Bell tanda istirahat yang ditunggu-tunggu oleh para MABA pun terdengar. Helaan nafas lega berjamaah dari teman-teman barunya pun mulai bergema. Walaupun cuma lima belas menit, tapi itu cukup membuat mereka bisa menarik nafas sejenak sebelum disiksa kembali oleh para senior-senior mereka. Ibell mulai beranjak mencari spot-spot yang agak sepi untuk mulai mengisi perutnya. Ibell memang agak anti dengan keramaian. Ibell pun mulai meluruskan kakinya yang dirasanya sangat pegal setelah duduk cukup lama diaula, mendengar kata-kata sambutan dari para senior dan juga panitia-panitia OSPEK. Setelah tenaganya dipakai seharian bekerja, barulah suara gemuruh diperutnya mulai berdemo meminta jatah. Ibell pun mulai membuka kotak bekal nya yang berisikan nasi goreng sosis kesukaannya. Baru saja mulai makan pada suapan ketiga, tanpa Ibell sadari dia menggigit cabai rawit acar yang pedasnya seperti membakar lidahnya. Ibell pun refleks menyambar air minumnya yang malah tumpah semua akibat kecerobohan tangannya. "Nih! Minum saja air mineral Saya. Masih bersih koq. Belum Saya buka." Ibell yang sedang kepedasan meraih begitu saja air minum kemasan yang disodorkan didepan matanya. Setelah minum beberapa tegukan besar, Ibell pun menoleh untuk mengucapkan terima kasih. "Terima kasih kak ehm Galaksi Andromeda kalau tidak salah namanya tadi waktu memperkenalkan diri diaula ya?" Ibell menatap sekilas wajah Galaksi dan langsung kembali membuang tatapan. "Ck! Kalau lagi ngomong sama seseorang, dipandang dong lawan bicaranya. Jangan nunduk-nunduk terus seperti nyari coin jatuh."  Galaksi memegang dagu Ibell dan menengadahkan wajahnya keatas. "Ah benar dugaan Saya. Memang kamu ternyata orangnya. Mata coklat brandy ini memang langka." Galaksi mulai berguman sendiri. Ibell mengerutkan keningnya. "Maksud kakak apa? Maaf Saya nggak ngerti?" Galaksi tersenyum hingga menghadirkan dekik dikedua pipi tirusnya. Dia kemudian mendekatkan wajahnya hingga tinggal sejengkal dari Ibell. "Kamu benar-benar tidak mengenali Saya Ibell?" Ibell pun mulai mempertegas pandangannya pada selebar wajah Galaksi. Kali ini dia mulai menatapnya dalam-dalam.Mencoba menggali ingatan lebih dalam. "Kamu ingat anak laki-laki yang suka ikut Mang Dadang pulang makan siang, sebelum si Mamang mengantarkannya kembali kekomplek sebelah? Yang suka membeli kue lemper dan klepon karena dia bilang kue dirumah kamu itu aneh-aneh bentuknya. Ingat Ibell Ompong?" Mata Ibell langsung menyala mendengar julukan yang paling dia benci dari anak orang kaya komplek sebelah rumahnya. "Kamu Galaksi anak majikannya Kang Dadang?" BINGO!! "Berarti kamu sudah ingat sekarang. Apa kabar Ibell Ompong yang sekarang tidak ompong lagi?" Galaksi tertawa sambil mengedipkan sebelah matanya. Dia sama sekali tidak menyangka akan menemukan putri ompongnya dikampus ini. "Jangan panggil Ibell Ompong lagi! Saya kan sudah tidak ompong lagi sekarang?!" Ibell yang bahkan tidak pernah merajuk pada siapapun kecuali Mbok Darmi nya, untuk pertama kalinya bersikap manja dan merajuk pada seseorang. Dan orang itu adalah senior dikampus barunya ini. Demi apalah Ibell bersikap aneh seperti ini coba? Ibell pun langsung menepuk kepalanya sendiri, sadar kalau dia sudah bersikap berlebihan. Drttt...drttt...drttt.. Hallo Neng, gawat Neng. Ini rentenir-rentenir yang dulu suka ngerusuh, sudah menemukan rumah kontrakan kita, Neng. Sekarang mereka sedang mengacak-acak kontrakan!! Pak Rahmat malah sudah mengambil teve dan laptop si Eneng. Bagaimana ini Neng? Ibell langsung lemas. Bahu kecilnya tampak mulai turun. Terus-terusan berjuang seperti ini kadang-kadang membuatnya frustasi juga. Setelah menarik nafas berulang kali, Ibell baru bisa menjawab telepon Mbok Darmi dengan hati yang lebih tenang. Dia tidak ingin semakin menakuti Mbok Darmi. "Ya udah nggak apa-apa Mbok. Yang penting mereka kan tidak menyakiti siMbok. Ibell nanti sore baru bisa pulang Mbok. SiMbok baik-baik aja dirumah ya? Biar saja mereka mau mengambil apa saja, yang penting siMbok nya tidak diapa-apain. Ibell tutup dulu teleponnya ya Mbok." Ibell yang merasa begitu sedih dan merana membayangkan harus lari lagi dan mulai mencari kontrakkan baru, mulai menangis tanpa suara dengan pandangan kosong kedepan. Dia bahkan melupakan ada Galaksi yang mendengarkan semua permasalahannya. Tidak tahan melihat netra coklat brendy itu meneteskan air mata, Galaksi refleks memeluk pelan bahu Ibell mencoba menenangkannya. Tanpa mereka sadari, seserang berjas hitam melihat adegan itu dari jendela ruangannya dengan pandangan sinis. "Dasar perempuan murahan. Tidak Ibu, tidak anak, kelakuannya sama-sama menjijikkan. Buah jatuh memang tidak jauh dari pohonnya. Mengacak-acak kontrakkan mu itu hanya pemanasan saja. Kita akan segera melihat acara puncaknya sebentar lagi!"
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD