BAB 5

4359 Words
Adam meninggalkan kantor, lalu bergegas membawa Vania ke rumah sakit untuk diperiksa. Vania yang memang tidak masuk kerja karena sakit pusing dan mual. Setelah diperiksa oleh dokter, Vania tengah hamil 6 minggu. Keduanya merasa bingung harus senang atau sedih atau bahkan takut. Namun Adam mencoba lebih tenang dan terus meyakinkan Vania. Hal tak terduga terjadi, Adam dan Vania bertemu dengan tetangga rumahnya Adam ketika keduanya keluar dari ruangan dokter kandungan. "Mas Adam, ke dokter kandungan juga, memang siapa yang hamil?" tanya si tetangga pada Adam. Wajah Adam yang mendadak pucat dan salah tingkah, gerogi harus jawab apa. "A-a-a-anu, t-t-t-temen saya, Mba." jawab Adam merasa kikuk. 'Addduuuhh segala ketemu dia lagi' batin Adam. Adam dan Vania lalu bergegas meninggalkan rumah sakit. Dalam perjalanan pulang, sengaja Adam menyetel lagu di dalam mobilnya untung sedikit menenangkan diri. "Mas, ibu-ibu yang tadi ketemu di rumah sakit itu siapa, sepertinya dia kenal sama kamu?" tanya Vania yang sedang menahan mual. "Oooh itu tadi tetangga rumah." jawab Adam. "Sudah tidak usah dipikirkan sayang," sambungnya lagi. "Kalau dia...." ucap Vania dipotong Adam. "Dia tidak akan menggosipkan kita, tenang ya sayang. Yang harus dipikirkan sekarang itu kesehatan kamu, biar janin dalam perutmu juga tumbuh dengan sehat." cerocos Adam menenangkan Vania. Tepat dugaan, rumor tentang Vania yang seorang janda, lalu Adam mengantarkan wanita periksa ke dokter kandungan sudah beredar di kampung tempat Adam dan keluarganya tinggal. "Calon istri Si Adam itu janda loh, pinter yaa bisa dapetin perjaka." ucap salah satu ibu-ibu yang sedang belanja sayuran di warung. "Eeeeh iya ibu-ibu, kemarin saya ketemu Adam loh di rumah sakit, ketika saya sedang menunggu antrian di dokter kandungan. Dia mengantar seorang wanita periksa kandungan, katanya sih temen." ucap Ninik semakin memanaskan berita tentang Adam. "Mungkin saja Adam dan calonnya sedang program hamil, soalnya denger-denger calon istrinya itu belum punya anak." ucap salah satu ibu-ibu. Semakin panas gosip Adam yang akan menikahi janda. Hingga orangtua Adam merasa kecil hati untuk menikahkan anaknya dengan Vania. Semua orang menilai bahwa Adam kena 'sial' karena mendapatkan janda tapi Vania sangat beruntung bisa mendapatkan perjaka sukses. Jodoh, rejeki, dan kematian hanya Tuhan yang maha tahu. Begitupun dengan Adam dan Vania. Hampir semua orang di kampung tempat Adam dan keluarganya tinggal, menggunjing Adam dan Vania, calon istri Adam yang berstatus janda. Adam dan kedua orangtuanya sedang berbincang di ruang tengah sambil menonton TV setelah mereka makan malam. "Adam semua orang membicarakanmu, Nak." ucap ibu Adam merasa sedih. "Biarlah bu, tidak usah hiraukan mereka. Yang menjalani Adam dan Vania." jawab Adam dengan santai. Esok harinya Adam membawa Vania ke rumahnya untuk memberikan dreescode yang sudah dibelanjakan Vania pada keluarga Adam. "Hey, Vania apa kabar?" Ibu menyambut Vania dengan wajah sumringah. "Iya nih, sudah lama tidak main ke rumah." timpal Mba Irni yang juga sedang berada di rumah Adam. "Ayoo masuk-masuk." ajak Ibu dan Mba Irni Keluarga Adam selalu menyambut Vania dengan hangat. Lalu Adam dan Vania masuk ke dalam rumah. "Waaaahh, bagus sekali dresscodenya Vania. Aaaah pintar sekali calon istri Adam memilih pakaian," ucap Mba Irni dengan senyum lebar dan membuka satu persatu dresscode dari dalam kemasan. Warna hijau melon, warna yang cukup manis "Irni, kasih tahu saudara yang lain juga tetangga terdekat untuk mencoba dresscodenya." perintah Ibu. Tak lama saudara dan tetangga terdekat berdatangan ke rumah Adam. "Ini sih bagus sekali dressnya," ucap salah satu saudara ibu membuka dress dari kemasannya. "Ya iyalah Jeng, yang milih pasti calonnya Adam, kan sudah berpengalaman." ucap salah satu tetangga dengan senyum sinis niat menyindir. Pelan tapi pasti langsung menusuk hati Vania, namun ia hanya bisa menatap wajah wanita setengah baya itu saat mengeluarkan ucapan pedasnya. "Ih Jeng bukannya terimakasih sudah diberi dresscode mewah ini." timpal yang lainnya saat sedang mencoba dressnya. 'Ya Tuhan aku seperti di situasi yang terjebak oleh lisan orang-orang bermuka dua' batin Vania. Tak ingin membuat hati Vania makin sakit, Adam memgajak Vania ke ruang tengah dan ia hanya bisa mengelus pundak Vania seakan memahami apa yang dirasakan calon istrinya itu. Ibu-ibu yang sedang berada di rumah Adam berjumlah 30 orang sudah termasuk saudara-saudara Adam, Mba Irni menyuguhkan minuman dingin rasa jeruk serta makanan ringan untuk mereka. Setelah selesai mencoba dresscode yang akan dikenakan di hari pernikahan Vania dan Adam, mereka berbincang sambil mencicipi makanan yang telah disuguhkan. Tak ingin berlama-lama berada di rumah calon suaminya, Vania berpamitan pada orang tua Adam dan Mba Irni juga ibu-ibu yang sedang berbincang di teras depan. Namun masih ada celetukan pedas yang dilontarkan kumpulan Ibu-ibu itu pada Vania. "Pake pelet apa ya bisa dapetin perjaka mapan." ucap salah satu ibu-ibu dengan berbisik-bisik dan diakhiri tawa sinis, namun Vania mendengarnya. "Aduuuh Mas Adam ini udah ganteng, mapan, baik pula kalau tahu dapetinya Jendes mah mending dulu sama saya aja." candaan pedas terlontar lagi dari salah satu Ibu-ibu. Adam menanggapinya dengan santai dan tenang, tak hiraukan guyonan pedas emak-emak berdaster itu, Adam dan Vania berlalu. Dalam perjalanan pulang, Vania hanya diam tak bicara, pandangannya tertuju ke depan. Adam yang sedari tadi memperhatikan wanita yang duduk di sampingnya dengan sengaja ia menyetel lagu yang menjadi favorit Vania agar wanitanya itu tidak terus-terusan diam. Namun bukan terhibur malah Vania menangis, Adam yang kaget melihatnya langsung menepikan kendaraan mewahnya di bahu jalan. "Heeeeii, sayang kamu mengapa menangis?" tanya Adam lembut, seketika langsung merangkul Vania. "Sabar sayang tidak usah pedulikan ucapan Ibu-ibu tadi ya." sambung Adam "Ucapan Ibu-ibu tadi memang benar adanya kok, mungkin hanya aku saja yang belum siap dengan resikonya dan belum bisa menempatkan diri ini siapa di mata orang-orang." ucap Vania dengan sendu dan air mata itu terus mengalir. "Bersanding denganmu seperti mendapatkan durian runtuh tapi sebaliknya kamu bersanding denganku hanya menjadi buah bibir dan kesialan." sambung Vania "Hus! Jaga ucapanmu sayang, bukan sikap seperti ini yang aku mau dari kamu. Mana Vania yang kuat dan ceria, mana Vania yang hebat??! Aku memilih kamu dengan tulus." ucap Adam menyemangati Vania "Baik buruknya kita, pasti akan ada saja orang yang berkomentar, akan ada saja orang yang tidak menyukai. Kalau kita hanya memikirkan omongan orang lalu kapan kita bisa maju?!" sambung Adam menasehati Vania Vania terdiam mendengar ucapan calon suaminya. Adam left the office, then rushed to take Vania to the hospital to be checked. Vania, who did not come to work because of dizziness and nausea. After being examined by a doctor, Vania is 6 weeks pregnant. Both feel confused whether to be happy or sad or even afraid. but Adam tried to be calmer and continued to convince Vania. An unexpected thing happened, Adam and Vania met Adam's neighbor when they came out of the obstetrician's room. "Mas Adam, go to the obstetrician too, who is really pregnant?" the neighbor asked Adam. Adam's face suddenly pale and awkward, gerogi what to answer. "W-a-a-th-huh, t-t-t-my friend, Mba." Adam answered awkwardly. 'Addduuuhh all meet him again' Adam thought. Adam and Vania then rushed out of the hospital. On the way home, Adam accidentally set a song in his car to calm himself down a bit. "Mas, who were the mothers who met at the hospital, it seems that she knows you?" asked Vania who was holding back nausea. "Oooh that was the neighbor of the house." Adam replied. "Don't worry, honey," he continued. "If he..." said Vania, Adam cut him off. "He will not gossip about us, calm down, dear. What you have to think about now is your health, so that the fetus in your stomach will also grow healthily." Adam's cerocos calmed Vania down. As expected, rumors about Vania being a widow, then Adam taking a woman to see a gynecologist have circulated in the village where Adam and his family live. "Si Adam's future wife is a widow, it's smart to get a virgin." said one of the mothers who was shopping for vegetables at the stall. "Eeeeh yes ladies, yesterday I met Adam at the hospital, when I was waiting in line at the obstetricianhe took a woman to check the womb, she said it was a friend." Ninik said, heating up the news about Adam. "It's possible that Adam and his candidate are pregnant, because I heard that his future wife doesn't have children yet." said one of the mothers. the hotter the rumors that Adam will marry a widow. Until Adam's parents feel discouraged to marry their son to Vania. Everyone thinks that Adam got 'unlucky' because he got a widow but Vania is very lucky to get a successful virgin. mate, fortune, and death only God knows. Likewise with Adam and Vania. Almost everyone in the village where Adam and his family live, gossip about Adam and Vania, Adam's future wife who is a widow. Adam and his parents were talking in the living room watching TV after they had dinner. "Adam everyone's talking about you, son." said Adam's mother feeling sad. "Let it be ma'am, don't mind them. The one who goes through Adam and Vania." Adam replied casually. The next day Adam brought Vania to his house to give the dreescode that Vania had spent on Adam's family. "Hey, Vania how are you?" Mother greeted Vania with a happy face. "Yeah, I haven't been home in a long time." said Mba Irni who was also at Adam's house. "Come on in." invite Mom and Mba Irni Adam's family always warmly welcomes Vania. Then Adam and Vania entered the house. "Waaahh, Vania's dress code is really good. aaaaah, Adam's future wife is very smart in choosing clothes," said Mba Irni with a big smile and opened the dress code one by one from the package. The color is melon green, a pretty sweet color "Irni, please tell other relatives and closest neighbors to try the dress code." Mother's orders. soon the closest relatives and neighbors came to Adam's house. "This is a really nice dress," said one of the mother's sisters, opening the dress from the packaging. "Yes, yes, Jeng, the one who chooses must be Adam, he has experience." said one of the neighbors with a sarcastic smile. slowly but surely it immediately pierced Vania's heart, but she could only stare at the middle-aged woman's face when she issued her scathing words. "Eh Jeng, it's not that thank you for being given this fancy dress code." said another while trying on her dress. 'Oh my God, I'm like in a situation trapped by two-faced people's words,' Vania thought. Not wanting to make Vania's heart hurt even more, Adam took Vania to the living room and he could only stroke Vania's shoulder as if he understood what his future wife was feeling. 30 mothers who were at Adam's house including Adam's brothers, Mba Irni served them cold orange-flavored drinks and snacks. after trying out the dress code that will be worn on Vania and Adam's wedding day, they chatted while tasting the food that was served. Not wanting to linger at her future husband's house, Vania said goodbye to Adam's parents and Mba Irni as well as the mothers who were talking on the front porch. However, there were still scathing remarks that the group of mothers made to Vania. "What pellets do you use to get an established virgin." said one of the mothers in a whisper and ended with a cynical laugh, but Vania heard it. "Ouch, Mas Adam is already handsome, well-established, it's also good to know that Jendes is better off with me first." a spicy joke came out again from one of the mothers. Adam responded in a relaxed and calm manner, ignoring the spicy jokes of the women in the dress, Adam and Vania left. On the way home, Vania just didn't speak, her eyes fixed on the front. Adam, who had been watching the woman sitting next to him, deliberately set Vania's favorite song so that she wouldn't keep silent. but instead of being entertained, Vania cried, Adam, who was surprised to see him, immediately pulled his luxury vehicle over to the shoulder of the road. "Heeeeii, baby why are you crying?" Adam asked softly, instantly embracing Vania. "Patience dear, don't worry about what you said earlier." continued Adam "What you said was true, maybe I'm the only one who wasn't ready to take the risk and couldn't put myself in people's eyes." said Vania sadly and the tears continued to flow. "Being side by side with you is like getting a windfall but on the other hand you side by side with me is just a byword and bad luck." continue Vania "Hus! Watch your words dear, not this kind of attitude that I want from you. Where is the strong and cheerful Vania, where is the great Vania??! I chose you sincerely." Adam said encouraging Vania "Whether we are good or bad, there will definitely be people who comment, there will be people who don't like it. If we only think about what other people say then when can we move forward?!" continued Adam advising Vania Vania was silent to hear her future husband's words. Melihat Vania yang sudah tenang, Adam melanjutkan perjalanannya. 'Ya betul yang dikatakan Mas Adam, Aku harus kuat, fokus pada pernikahanku yang sudah di depan mata, abaikan omongan miring orang-orang, balas hinaan mereka dengan kesuksesan.' batin Vania yang mulai bersemangat. "Kita makan dulu ya, Mas," ajak Vania dengan sedikit manja. "Yang habis nangis jadi laper nih." ledek Adam dengan lirikan mata dan tersenyum. "Apaan sih, Mas," balas Vania dengan senyum dan wajahnya berubah merah menahan malu. "Yaa sudah kalau kamu tidak mau juga tak apa, nanti aku makan di rumah saja." sambung Vania berpura-pura. "Iya sayang, itu di depan ada restaurant, kita makan di situ saja ya, ku dengar makanannya enak." ucap Adam, Vania mengangguk tanda setuju. Adam memarkirkan mobilnya, Lalu berjalan masuk ke restauran. Vania dan Adam sengaja memilih meja paling pojok luar agar Adam bisa sekalian merokok. Pelayan resto mendatangi keduanya dan memberikan daftar menu. Adam dan Vania memesan ikan bakar, cah kangkung, jus alpuket dan es jeruk tak ketinggalan air mineral juga nasi putih. Tiga puluh menit berlalu, makanan dan minuman yang dipesan pun telah siap diantar oleh pelayan. Keduanya mulai menikmati makanan yang telah dipesan. "Pelan-pelan makannya sayang." ucap Adam. "Aku kan makan untuk dua orang, Mas." ucap Vania sambil melirik Adam dengan senyumnya. "Bisa banget jawabnya." ledek Adam. "Oh ya dek, nanti kita ke toko perhiasan ya untuk mengambil pesanan untuk mas kawin." sambung Adam Selesai makan keduanya langsung melanjutkan perjalanan menuju toko perhiasan. "Ooh ya Mas, Aku boleh menanyakan sesuatu?" tanya Vania. "Boleh, memangnya mau tanya apa dek?" jawab Adam sambil mengemudikan mobilnya. "Mas Adam kan seorang pengusaha muda yang terbilang sukseslah ya, kenapa Mas tidak membeli rumah di komplek perumahan elit misalnya?" tanya Vania. "Mau tau apa mau tau banget?" canda Adam sambil menengok ke arah Vania. "Orang tuaku tidak mau aku pindah dari rumah itu, makanya aku renovasi. Dan nanti setelah kita menikah kita akan tinggal di rumah itu juga, kamu mau kan?" sambung Adam. "Ternyata begitu, pantas rumah kamu terlihat paling mewah, Mas." jawab Vania. "Kamu mau tidak tinggal bersama orang tuaku jika kita sudah menikah nanti?" tanya Adam lagi. "Iya Mas, Aku mau, kemanapun kamu tinggal aku ikut denganmu tapi nanti jika kamu sudah menjadi suamiku." jawab Vania tegas. "Syukurlah." ucap Adam merasa lega. Sesampainya di toko perhiasan keduanya bergegas mengambil perhiasan yang sudah dipesan dan berlalu. Esoknya undangan pernikahan siap disebar, Vania yang tidak dibolehkan kerja setelah menikah, hari ini ia berpamitan untuk berhenti bekerja pada rekan-rekan di perusahaan. Suasana haru biru menyelimuti perpisahan Vania dengan rekan kerjanya. Lima tahun bukan waktu yang sebentar ia bekerja di perusahaan tersebut. Tak lupa Vania juga memberikan dresscode pada beberapa teman dekatnya dan juga memberikan undangan pernikahan untuk teman-teman kerjanya. Vania pun diberikan tanda mata oleh rekan-rekannya sebagai kenang-kenangan. Mereka saling berpelukan dan menangis bahagia juga sedih karena harus berpisah dengan teman yang selama ini banyak menghibur. "Aaaaah Vania, kamu harus janji kita akan sering bertemu setelah nanti kamu menjadi nyonya Adam Al Rasyid." ucap Pinkan salah satu temen dekat Vania sambil berpelukan. "Iya itu sudah pasti, jangan lupa kalian harus datang di momen bahagia aku ya." ucap Vania. Tidak ketinggalan mereka mengabadikan foto bersama untuk terakhir kalinya Vania bekerja di sana. Waktu semakin terus berjalan semua persiapan sudah mulai rampung mulai dari catering, wedding organizer (WO), mas kawin, hantaran, dan lain-lain. Undanganpun sudah disebar. Vania yang sedang hamil, hanya bisa menuruti kemauan sang calon suami untuk konsep pernikahannya. Beruntung kehamilannya tidak terlalu mual atau morningsickness sehingga tidak membuat orang lain curiga. Dan akhirnya hari pernikahan Vania dan Adam pun dilaksanakan, pernikahan dengan konsep mewah dan elegan, Vania dan Adam terlihat benar-benar bak Ratu dan Raja di hari itu. Semua keluarga terlihat bahagia, namun seperti apapun kemewahan pernikahan mereka ada saja orang yang mencibir. Perjaka yang menikahi seorang janda, terlebih Adam mempunyai seorang mantan kekasih yang belum bisa move on padahal dia sudah berkeluarga. Pernikahan sang mantan yang sudah di ujung tanduk ditambah melihat Adam menikahi wanita lain dan bersanding di pelaminan dengan seorang janda. Membuat rasa cemburu sang mantan jadi meronta-ronta. Wina mantan kekasih Adam datang sebagai tamu undangan di pernikahan Vania dan Adam. "Selamat ya Adam, semoga menjadi keluarga bahagia." ucap Wina menyalami Adam dan istrinya. Vania yang memang penasaran seperti apa mantan kekasih suaminya itu, merasa curiga dengan Wina. Pernah beberapa kali Vania menyelidiki si mantan pacar suaminya di aplikasi biru. 'Mungkin ini kali yaa mantan pacar Mas Adam, sepertinya sih mirip dengan yang aku lihat di aplikasi biru.' batin Vania Banyak rekan bisnis Adam yang hadir dipernikahannya, tak jarang yang memuji kecantikan Vania, ya Vania walaupun hanya seorang janda namun kecantikan dan keanggunannya tidak kalah dengan gadis. Namun Wina memang tidak rela Adam menikah apalagi dengan Vania yang seorang janda. Wina yang mendengar pujian dari beberapa tamu undangan yang datang untuk sang mempelai wanita. Lalu dengan sengaja memercikan ucapan pedas di hari bahagia Adam dan istrinya. "Rugi ya, Adam seorang pengusaha muda yang sukses menikahi janda." ucap Wina dengan sengaja untuk menjatuhkan harga diri Istrinya Adam di depan para tamu undangan. Orang-orang yang mendengar ucapan Wina merasa terkejut dan tak percaya. "Tidak apa-apa biar dapat janda sekalipun asalkan dia baik dan cantik, akupun mau hahahahaaa..." ledek salah satu temen Adam pada Wina. Raut wajah Wina yang semakin asem mendengar ledekan dari salah satu tamu undangan langsung meninggalkan acara pernikahan Adam dan Vania. Acarapun semakin ramai, semua tamu yang hadir menikmati hidangan ditemani hiburan live music. Di sela kesibukan Adam dan Vania menerima, menyalami setiap tamu undangan, Vania menanyakan perihal sang mantan pacar pada Adam. "Mas, wanita yang tadi memakai dress hitam itu mantan pacar kamu ya?" tanya Vania yang dari tadi merasa curiga. "Kenapa memangnya sayang?" jawab Adam. "Tidak apa-apa sih, aku penasaran aja." ucap Vania dengan polosnya. "Sudah aaah jangan dibahas, itu hanya masa lalu. Yang jelas jauh lebih baik dan lebih cantik istri aku." ucap Adam dengan rayuan gombalnya. Vania hanya balas senyuman. Acara hampir selesai, Vania yang memang sudah sangat lelah. Tiba-tiba jatuh pingsan disaat sedang sesi foto. Adam merasa sangat panik langsung membawa istrinya ke dalam rumah Vania. Semua orang yang masih berada di acara tersebut ikut panik tak terkecuali orangtua Vania. Adam langsung memberikan pertolongan pertama, dan akhirnya Vania sadar. "Syukurlah sayang kamu sudah sadar." ucap Adam. Seeing Vania who had calmed down, Adam continued his journey. 'Yes, it's true what Mas Adam said, I have to be strong, focus on my marriage that is in sight, ignore people's slanted talk, repay their insults with success.' Vania thought, starting to get excited. "Let's eat first, Mas," said Vania, a little spoiled. "Those who have been crying are hungry." Adam teased with a glance in his eyes and smiled. "What the hell, Mas," replied Vania with a smile and her face turned red with embarrassment. "Well, if you don't want it's okay too, I'll just eat at home later." continued Vania pretending. "Yes dear, there is a restaurant in front of us, we can just eat there, I heard the food is delicious." said Adam, Vania nodded in agreement. Adam parked the car, then walked into the restaurant. Vania and Adam deliberately chose the outermost corner table so that Adam could all smoke. The restaurant waiter came to the two of them and gave a menu list. Adam and Vania ordered grilled fish, kale, avocado juice and orange juice, not to mention mineral water and white rice. Thirty minutes passed, the food and drinks ordered were ready to be delivered by the waiter. The two of them began to enjoy the food that had been ordered. "Eat slowly, honey." said Adam. "I'm eating for two, Mas." said Vania while glancing at Adam with a smile. "That's a very good answer." teased Adam. "Oh yes, deck, later we will go to the jewelry shop to take orders for the dowry." continued Adam After eating, the two of them went straight to the jewelry store. "Ooh yes Mas, can I ask you something?" she asked. "Yes, what do you want to ask, deck?" Adam replied as he drove his car. "Mas Adam is a young entrepreneur who is considered successful, why don't you buy a house in an elite housing complex, for example?" she asked. "Want to know what do you really want to know?" Adam joked while looking at Vania. "My parents didn't want me to move out of the house, so I renovated itand later after we get married we will live in that house too, don't you want it?" continued Adam. "I see, your house deserves to look the most luxurious, Mas." replied Vania. "Do you want to live with my parents when we get married?" Adam asked again. "Yes, Mas, I want to, wherever you live I will come with you but later when you become my husband." answered Vania firmly. "I'm grateful." said Adam relieved. Arriving at the jewelry store, the two rushed to take the jewelry that had been ordered and left. The next day, the wedding invitations were ready to be distributed. Vania, who was not allowed to work after getting married, said goodbye today to stop working for her colleagues at the company. An atmosphere of blue emotion enveloped Vania's separation from her co-workers. five years is not a short time he worked in the company. Don't forget Vania also gave dresscodes to some of her close friends and also gave wedding invitations to her co-workers. Vania was also given a souvenir by her colleagues as a memento. they hugged each other and cried happily as well as sad because they had to part with a friend who had been entertaining a lot. "Aaaaah Vania, you have to promise we will meet often after you become Adam Al Rashid's mistress." said Pinkan, one of Vania's close friends, hugging. "Yes, that's for sure, don't forget you have to come at my happy moment, okay?" said Vania. Not to forget they took a photo together for the last time Vania worked there. As time goes on, all preparations have begun to be completed, starting from catering, wedding organizer (WO), dowry, delivery, and others. Invitations have been distributed. Vania, who is pregnant, can only comply with the wishes of her future husband for the concept of marriage. luckily her pregnancy wasn't so nauseous or morningsickness that it didn't make others suspicious. And finally the wedding day of Vania and Adam was held, a wedding with a luxurious and elegant concept, Vania and Adam looked really like Queen and King on that day. all the family looks happy, but whatever the luxury of their marriage there are people who sneer. A virgin who marries a widow, especially Adam has an ex-lover who has not been able to move on even though he is already married. The ex's marriage is on the verge of ending plus seeing Adam marry another woman and be side by side on the aisle with a widow. Make the jealousy of the ex so thrashing. Adam's ex-lover Vienna came as an invited guest at Vania and Adam's wedding. "Congratulations, Adam, may you be a happy family." said Wina greeting Adam and his wife. Vania, who was curious as to what her husband's ex-lover looked like, was suspicious of Wina. Vania has investigated her husband's ex-girlfriend several times on a blue application. 'Maybe this is Mas Adam's ex-girlfriend, it looks like the one I saw on the blue app.' Vania thought Adam's many business associates were present at his wedding, not infrequently those who praised Vania's beauty, yes, even though she was only a widow, her beauty and elegance were not inferior to girls. However, Wina is not willing to marry Adam, especially to Vania, who is a widow. Wina who heard the praises of several invited guests who came for the bride. Then deliberately sprinkled spicy words on Adam and his wife's happy day. "It's a loss, Adam, a successful young businessman, married a widow." said Wina deliberately to lower the pride of his wife Adam in front of the invited guests. The people who heard Wina's words were shocked and couldn't believe it. "It's okay even if you get a widow as long as she is kind and beautiful, I want to hahahahaa..." teased one of Adam's friends at Vienna. Wina's face became sour when she heard a joke from one of the invited guests and immediately left Adam and Vania's wedding. The event was getting busier, all guests who attended enjoyed a meal accompanied by live music entertainment. In between the busyness of Adam and Vania receiving, greeting every invited guest, Vania asked Adam about his ex-girlfriend. "Mas, the woman who was wearing the black dress is your ex-boyfriend, isn't it?" asked Vania who had been suspicious. "Why so dear?" Adam replied. "It's okay, I'm just curious." said Vania innocently. "Aaah, don't talk about it, it's just the past. What is clear is that my wife is much better and prettier." said Adam with his rags seduction. Vania just smiled back. The event was almost over, Vania who was already very tired. Suddenly fell unconscious while taking a photo. Adam felt very panicked and immediately took his wife into Vania's house. Everyone who was still at the event panicked, including Vania's parents. Adam immediately gave first aid, and finally Vania realized. "Thank goodness honey you're awake." Adam said.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD