Setelah sedikit tenang, Sita melepaskan pelukannya. Dia menarik tangan Dafa.
"Kita pulang ya Daf."
"Baiklah. Kamu udah baikan?"
"Udah. Yuk."
Mereka pun
meninggalkan pantai lalu bergegas menuju mobil. Saat berada di dalam mobil, ada notifikasi masuk ke ponsel Dafa, dari Gege.
"Kamu janjian ama Zidan bertemu di pantai?"
"Ga. Aku malah kaget lihat dia ada di sini bersama Wina."
"Aku tahu Zidan ada di sana dari status Wina. Dia posting foto bersama Zidan. Tapi Zidan-nya memang sedang menghadap ke arah sebaliknya. Tapi aku tahu itu dia."
Gege pun mengirimkan tangkap layar status Wina. Terlihat Wina menghadap kamera dan Zidan membelakanginya.
Sepertinya Zidan tidak tahu Wina sedang swafoto. Dan isi teks statusnya,
"With my future beloved, hope not just me who fallin in love", Dafa sampai kaget membaca statusnya. Jadi selama ini Wina masih mencintai Zidan. Wina masih berusaha mendapatkan Zidan.
"Kenapa Daf, ada yang pentingkah?" tanya Sita membuyarkan lamunan Dafa.
"Ga ada kok. Ini hanya teman kampus nanya kapan balik. Tugas sudah menanti." Jawab Dafa
"Seminggu lagi kamu balik ya Daf."
"Iya. Aku kok males ya
balik ke sana. Udah betah di sini."
"Kamu ga boleh gitu. Kuliahmu harus beres Daf. Baru boleh ke sini lagi. Sayang uang kuliahmu kan mahal Daf."
"Iya deh. Aku bakal beresin kuliahku secepetnya. Biar bisa balik lagi ke sini."
Mobil pun melaju menuju rumah Sita. Dafa menjalankannya dengan perlahan. Menikmati waktunya bersama Sita. Entah mengapa dia ingin sekali menghabiskan setiap harinya bersama perempuan ini. Mereka pun sampai di taman sakura, taman di dekat rumah Sita. Warga komplek rumah Sita yang memberi nama taman sakura. Katanya biar kaya di Jepang, ada-ada saja. Saat tiba di taman sakura, Sita meminta berhenti.
"Aku mau gulali itu Daf. Jarang sekali ada penjual gulali di sini. Biasanya yang banyak penjual permen kapas."
"Yuk kita turun." Ajak Dafa.
Mereka pun turun, lalu Sita memesan gulali berbentuk hati. Sita memesan 2. Setelah jadi, Sita memberikan 1 pada Dafa. Tak lupa Dafa melakukan swafoto berdua bersama Sita sedang memegang gulali.
"Gulali is sweet. Just like you princess."
Dafa tersenyum memandangi fotonya bersama Sita. Mereka berdua terlihat seperti sepasang kekasih. Ah imaginasinya terlalu jauh, pikir Dafa.
Untuk sekarang, Dafa belum memiliki perasaan apa-apa pada Sita. Sampailah mereka di rumah Sita. Dafa langsung berpamitan pada Juna dan Jihan. Lalu melajukan mobilnya dengan perlahan meninggalkan kediaman Sita. Senyum menghiasi wajah Dafa malam ini, menambah berkali-kali lipat ketampanannya. Sesekali Dafa bernyanyi mengikuti lagu yang terpasang di audio di mobilnya. Nyaman sekali, pikir Dafa. Feels like home.
Sementara itu di kediaman Zidan, setelah mengantar Wina pulang, Zidan langsung bergegas pulang. Saat sampai di rumahnya, mami dan papinya sedang menonton TV, rupanya mereka juga baru saja pulang.
"Baru pulang Zi?" tanya Robi.
"Iya pih, abis makan di luar sama temen."
"Ganti baju dulu nak, nanti ke bawah lagi ya, dah lama kita ga ngobrol, tapi kalo kamu lelah, langsung istirahat ya," tambah Rani, maminya Zidan.
"Baik mih, Zi ke atas dulu ya."
Saat sampai di kamarnya di lantai 2, Zidan pun berganti baju dan membasuh wajahnya. Setelah selesai, dia merebahkan diri di kasurnya. Zidan lalu melihat ponselnya. Tak disangka, dia melihat lagi status Dafa.
Hatinya semakin panas. Sakit banget. Tes, tes, air matanya ga bisa ditahan lagi, terjun bebas. Dia tak kuasa menahan tangisnya. Tadi saat bersama Wina, dia masih bisa menahan air matanya. Kenapa secepat itu Sita melupakannya. Apa gara-gara ucapannya, Sita sakit hati dan berniat membalas dendam, pikir Zidan. Tapi Sita bukan tipe perempuan seperti itu, Zidan berpikir lagi sambil meremas dadanya yang sesak. Tak sadar dia pun tertidur setelah menangisi Sita.
Di kediaman Sita, setelah Dafa pulang, Sita langsung menuju ke kamarnya. Lelah fisik dan batinnya. Baru saja beberapa hari lalu Zidan menyakitinya dengan kata-katanya. Tapi hari ini, Zidan menyakitinya dengan perbuatannya. Sesak rasanya. Bagaimana mau move on, baru saja melihat Zidan bersama Wina, dadanya udah sesak.
Sepertinya prosesnya akan memakan waktu yang lama. Tak lama, grup chat mentari banyak mengeluarkan notifikasi. Karena ponselnya di mode silent, Sita baru menyadari banyak notifikasi masuk.
Gege: "Zi, kamu beneran jalan ama Wina, ga salah kamu Zi?"
Fara: "Hoax ga sih Ge?"
Mira: "Kan Zidan ga suka
sama Wina, kok bisa?"
Gege: "Kalo ga percaya, ini buktinya."
Gege pun memberikan tangkapan layar status Wina.
Fara: "Zidan, kamu bener-bener ya. Bilang ga suka tapi jalan bareng."
Mira: "Duh jadi bukan hoax ya. Hati-hati Zi, dia bukan perempuan baik-baik. Track record-nya panjang."
Gege: "Kok kamu tahu Mir?"
Mira: "Temen sekampusku ga ada yang ga kenal ma dia. Playgirl kelas kakap, hehe."
Sita: "Kalian jangan ngomongin orang tanpa bukti, kasihan Wina."
Mira: "Bukti mah banyak neng. Eh, by the way, yang abis jalan dari pantai ga ajak-ajak deh." Sambil mengirimkan tangkapan status Dafa saat mereka melihat sunset.
Sita: "Ngapain ajak-ajak,
nanti ujungnya minta traktir."
Mira: "Tahu aza nih princess. Pastilah minta traktir. Sengaja ya pergi berdua nih. Seperti ada sesuatu."
Dafa: "Hmmm. Kalo ngajak kamu mah berisik Mira. Ga akan bisa menikmati sunset dengan tenang. Aku kan ga lama di Indo, pengen menikmati ketenangan, hehe."
Fara: "Kalo ngajak aku,
sama berisik juga?"
Dafa: "Ya begitulah. Sama aza sih."
Gege: " Kita kaya patung ga dianggap ya ga Far, Mir."
Dafa: "Biasanya kalian juga langsung nyusul. Kaya waktu di pasar malam. Kenapa ga nyusul? Kan aku sengaja bikin status biar kalian tahu lokasiku terus nyusul deh."
Gege: "Tahu gitu tadi aku langsung merapat."
Mira: "Yes betul Ge."
Fara: "Next time kita
agendakan lagi ya keluar bareng. Eh Zidan ke mana ya? Baru pulang kali ya, jadi tidur."
Zidan: "Berisik, aku mau tidur."
Dan semuanya langsung tidak berkomentar. Semuanya tahu Zidan lagi ga baik-baik saja. Chat pun senyap. Zidan termenung. Meresapi ucapan Dafa.
"Biasanya kalian juga langsung nyusul. Kaya waktu di pasar malam. Kenapa ga nyusul? Kan aku sengaja bikin status biar kalian tahu lokasiku terus nyusul deh." Sepertinya Dafa tahu aku mengikutinya. Tapi mengapa Dafa tidak mengirimiku WA dan menanyakan langsung padaku. Dia sepertinya sengaja membuatku cemburu. Dan tentu saja, dia berhasil. Aku benar-benar sakit hati. Hancur. Tapi kenapa aku jadi begini, bukankah aku sudah mengatakan kepada Sita, perasaanku untuknya sudah ga bersisa. s**t, ternyata perasaan ini masih ada, gumam Zidan.