Chapter 1

1353 Words
Pagi hari di sebuah rumah mungil di sudut komplek perumahan guru, terjadi kehebohan kecil yang sudah menjadi rutinitas penghuni rumah itu. "Ibu, ini kenapa nasinya ndak dijeglekin rice cookernya, masih beras gini piye makannya bu" omel sang anak pertama "La moso nduk?" ujar sang ibu sambil menghampiri rice cooker yg terbuka, "MasyaaAllah, ibu lali nduk, hehehehehe... " kekeh sang ibu sambil menekan tombol cook di rice cooker "Yo wes, kamu sama adikmu makan bihun goreng sama ndog* dadar yang udah siap aja di meja, nasinya buat nanti pulang sekolah" seru ibu sambil menyiapkan 3 gelas s**u dan 2 cangkir teh tawar. "Dee mbontot* bihun sama telurnya ya bu, nanti ada ekstrakulikuler basket, boleh to bu?" tanya si anak sulung sambil asyik mengunyah makanan yang ada di mulutnya. Ya, dia adalah Diane Putri, putri sulung dari keluarga Dipoatmojo. "Pulang e jangan sore-sore, maksimal jam 5 wes di rumah nduk!" seru sang ayah sambil menyeruput teh panasnya. "Ambil kotak makan sana, nanti ngepack sendiri bihunnya, ingat pesan bapak, ndak sore-sore pulangnya!" tegas ibu sambil menyuapi si bungsu Destri yang masih duduk di bangku kelas 2 SD. "Bu, adik ya mau sangu* ya bu, biar ndak jajan, bihunnya ibu kan paling enak" bujuk Tama si tengah. "Yo wes nanti sisan ambil kotak makan, gek ndang cepet dimakan, gek berangkat sekolah diantar bapak, kamu mau berangkat sekarang apa bareng ibu, Dee?" tanya ibu. "Mas Tony mau jemput bu, nanti aku bareng mas aja, ndak papa to bu?" tanya Dee. "Ya ndak papa, hati-hati motoran e nanti yo!" kata ibu "Beres bu, tenang aja, mas Tony kalau naik motor kaya siput, pelan banget, hehehehe..." kekeh Dee sambil memasukkan bihun dan telur dadar ke dalam kotak makan yang sudah diambilnya. "Bu, bapak jalan dulu ya, Tama, Destri, ayo cepet, telat nanti!" seru bapak setelah menegak habis teh tawarnya. Buru-buru duo adik kakak itu turun dari kursi dan pamit ke ibu, "Berangkat dulu ya bu, assalamu'alaikum" pamit mereka serentak. "Ya, hati-hati ya" sahut ibu. Dee mengambil piring-piring dan gelas bekas sarapan dan membawanya ke dapur untuk dicuci, sementara ibu melangkah ke kamar mandi untuk mandi dan bersiap berangkat kerja. Dee dengan cekatan mulai mencuci piring dan gelas bekas sarapan, dan tidak sampai 10 menit semua sudah beres. Ketika Dee sedang melap tangannya, tiba-tiba terdengar seseorang memanggil namanya. "Dee, dah siap belum?" suara berat yang merdu itu menggelitik telinga Dee, buru-buru dia berlari ke depan untuk membukakan pintu. "Eh Mas Tony, udah mas, bentar ya pamit sama ibu dulu, mas masuk dulu, tunggu sebentar ya" seru Dee sambil menarik Tony masuk ke dalam rumah. Tony Kurniawan adalah putra sulung kawan ibu Dee sekaligus teman semasa kecil Dee. Tergesa-gesa Dee mangambil tas dan kotak bekalnya, lalu bergegas menuju kamar sang ibu. Perlahan Dee mengetuk pintu kamar ibu, "Bu, Dee sudah dijemput mas Tony, Dee pamit berangkat dulu ya" kata Dee Tak berapa lama, pintu kamar terbuka, "Iya wes sana, hati-hati ya, ibu sebentar lagi juga berangkat" sahut ibu sambil menutup pintu. "Iya bu, siap!" seru Dee sambil mencium tangan sang ibu, kemudian mereka jalan beriringan menuju ruang tamu di mana Tony dengan sabar menunggu. "Hati-hati boncengin Dee ya Ton, ojo ngebut" pesan ibu mewanti-wanti Tony. "Beres Bulik, Tony ga akan ngebut, Dee aman sama Tony, lagian Dee selalu bilang kalau belum pengen mati sebelum menikah, hahahahaha..." jawab Tony sambil tergelak. "Nikah opo, sekolah sek yang bener ndak usah neko-neko" sungut ibu " Iya iya bu, wes ah, Dee berangkat dulu, jam pertama bu Kustiti, nanti telat ga boleh masuk kan payah, assalamu'alaikum bu" sahut Dee sambil menarik tangan Tony. "Hehehehe, bulik, kami bertangkat dulu ya, assalamu'alaikum" pamit Tony tanpa mencium tangan ibu Dee karen ditarik paksa oleh Dee. "Wa'alaikumsalam... ya hati-hati" sahut ibu. Dee menarik Tony sampai di tempat motor Tony diparkir. Lalu dengan bersungut-sungut bergumam "Opo seh mas Tony ini, ngomong gitu di depan ibu, untung cepat-cepat kabur, kalau ga kan panjang urusan dengan pidato kenegaraan 7 hari 7 malam" gerutunya "Hahahahaha... mana bisa nikah Dee, pacaran aja kamu belum pernah, wkwkwkwkwk... adudududuh... sakit dodol" gerutu Tony sambil mengusap lengannya yang dapat hadiah cubit semut dari Dee. "Syukurin... salah siapa ngatain Dee, kaya dirinya pernah pacaran aja" ledek Dee. "Berisik lu..." jawab Tony sambil menyalakan motornya, "Buruan naik, kita berangkat, males banget dapar hukuman dari bu Kus" tambah Tony. "Syap bos" jawab Dee langsung naik ke motor Tony, dan segera Tony melajukan motornya menuju sekolah. Setelah 5 menit perjalanan akhirnya mereka berdua sampai di SMU tempat mereka bersekolah, setelah memarkirkan motor mereka bergegas masuk ke ruang kelas mereka kelas 2.4. "Dee, ntar eskul basket ada pengenalan 1 anggota baru, anak pindahan" gumam Tony "Ha? Pindah di penghujung tahun ajaran? Niat banget sih..." kaget Dee. "Lebay ah, ntar kalau lihat orangnya paling pingsan kamunya, hehehehe..." sahut Tony. "Lah kenapa emangnya?" tanya Dee penasaran. "Hehehehe... ya kali ntar kamu kepincut, katanya sih anggota tim cowok" kekeh Tony sambil mengacak rambut Dee. "Aaaaah, mas Tonyyyyy.... kan sudah dibilang berkali-kali, jangan acak rambutkuuuu" pekik Dee menggelegar sambil mengejar Tony yang sudah lari menuju bangkunya. Karena emosi Dee tidak menyadari kalau ada seseorang yang sengaja menjulurkan kakinya sehingga membuat Dee tersandung dan terjatuh, "Aaaaah...." jerit Dee, tetapi sebelum Dee sempat tersungkur ada sebuah tangan kokoh yang menahan pinggangnya. "Hati-hati Dee!" gumam pemilik tangan itu dengan suara berat yang merdu, seketika wajah Dee memerah karena tersipu malu. "Intan, jaga kakimu kalau tidak ingin kuinjak sampai remuk" ancam pemilik tangan dengan suara sedingin es, sambil tetap memeluk pinggang Dee. "HUH... cewek buruk gitu aja dibelain" gerutu Intan sambil beranjak pergi dengan muka masam. "Dee, kamu ga apa-apa?" tanya Tony menghampiri Dee dengan cemas, "Maaf ya nduk..." sambung Tony sambil mengusap lembut kepala Dee. "Ga apa-apa kok mas" jawab Dee sambil menunduk, takut ketahuan Tony kalau wajahnya merah seperti kepiting rebus, "Nggg... Hend, maaf... bisa lepasin aku ga ya? Aku ga apa-apa kok." sambung Dee lirih. "..." Hendrick si pemeluk diam membisu. Tony melirik Hendrick lalu Dee lalu balik lagi melirik Hendrick, tanpa sadar dia tersenyum penuh arti. "Bro, lepasin Dee, dia g nyaman tuh" seru Tony. Hendrick memandang kepala Dee yang tertunduk dan merasakan tubuh Dee menegang, Hendrick mengernyitkan keningnya tanda tak suka. "Ck" decihnya seraya melepaskan pinggang Dee. "Makasih Hend" kata Dee, lalu bergegas menuju mejanya. Hendrick menatapnya tajam. "Oi bro, jaga matamu, jangan sampai muka Dee berlubang gara-gara tatapan tajammu" gurau Tony sambil menepuk bahu Hendrick dan dibalas dengan dengusan kasar oleh Hendrick. "Ketahuan dia, wkwkwkwkwk..." batin Tony sambil tersenyum lebar. Hendrick duduk tepat di belakang Dee, sedangkan Tony duduk di sebelah kanan Dee. Jangan tanya kenapa mereka dekat, mereka bersahabat sejak mereka duduk di bangku kelas 1 SMP, walaupun Tony dan Dee adalah teman sejak mereka masih balita, hehehe... dan ada 2 orang lagi sahabat mereka yang berada di kelas yang berbeda. Masih tersisa 5 menit sebelum pelajaran dimulai, Tony mencondongkan kepalanya ke arah Dee, "Pssst Dee, kamu suka Hendrick ya?" bisiknya pelan yang spontan dibalas teriakan kaget Dee, "WHAT???" sontak seluruh mata memandang ke arah mereka berdua dengan tatapan heran, namun segera berpaling karena itu sudah jadi hal biasa buat teman-teman sekelasnya. Wajah Dee memerah malu, "Ngomong jangan ngawur mas" jawab Dee buru-buru menunduk sambil pura-pura baca buku text pelajaran Kimia. "Aaaa.... mengelak dia" cuit Tony sambil tersenyum simpul. "Ga usah rahasia-rahasiaan sama aku Dee, kita tuh dah kenal lama sejak kita orok udah kenal, jadi g usah ditutup-tutupi aku tahu kok, wekekekekek", ledek Tony sambil nyengir kuda. "Bodo ah" balas Dee sambil membelakangi Tony, secara tidak sengaja dia melirik Hendrick yang menatap dengan pandangan menyelidik. "Kamu demam Dee? Mukamu merah" tanya Hendrick cemas sambil mengulurkan tangan hendak menyentuh kening Dee. "Ga demam, gerah aja, hari ini gerah banget" sahut Dee sambil mengelak dari sentuhan Hendrick, alhasil tangan Hendrick pun melayang di udara. "Hmmm...." gumam Hendrick sambil menarik tangannya perlahan, ada guratan kecewa di wajahnya. Tony yang melihat tingkah dua orang sahabatnya hanya terkekeh geli. Tak lama bel tanda dimulainya pelajaran pertama pun berbunyi, seluruh siswa buru-buru masuk kelas masing-masing untuk mengikuti pelajaran pertama yang akan segera dimulai. Dee yang masih berdebar dan gugup menutupinya dengan membaca buku yang ada di hadapannya, dalam hati dia berdoa, "semoga mas Tony ga ngember". Chapter 1 ~end~
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD