1. One Thing

2235 Words
Sebagian orang pernah merasakan cinta yang datang tiba-tiba, seperti love at first sight misalnya, atau mungkin love at first meet. Itu dua tragedi yang berbeda, di mana yang satu hanya dari pertama kali melihat saja kita sudah jatuh cinta. Sementara yang kedua, kita pernah melihat tapi tidak bertemu, lalu suatu waktu yang Tuhan gariskan sebagai takdir hingga terjadinya sebuah pertemuan antara ‘kau dan aku’, maka saat itulah gelenyar cinta di awal pertemuan itu terasa. Dua-duanya nyata dan sudah terbukti. Tapi, bukan itu yang akan Baek Hoon bahas di sini. Sekilas tentang kisah cinta seorang Byun Baek Hoon kepada tunangannya yang buta. Yaitu Kim Yujin, wanita luar biasa meski bercela. Baek Hoon menganguminya hingga dia terperosok ke dalam lubang cinta. Namun ketika ingin serius, kenapa Yujin malah meragukannya? Baek Hoon sempat tak percaya bahwasanya sederet kalimat: Aku tak pantas untukmu, dia dapatkan saat berniat untuk melamar. Maka saat ini, di sinilah Baek Hoon berada. *** Sebuah kelab malam tempat bagi para hidung belang, atau mungkin bangsawan yang kebanyakan uang, mereka berfoya-foya dengan menghabiskan malam di tempat gemerlap yang penuh kebisingan. Tapi ada juga manusia baik-baik yang nyasar atau sekedar main-main di sana. Orang-orang patah hati pun selalu ada, atau sebagian insan yang sedang tertimpa bencana dalam artian konotasi. Namun, lain halnya dengan Kim Yerin. Gadis itu ada di kelab bukan untuk mencari jati diri atau sekedar menghabiskan uang. Tidak sama sekali, Yerin justru kebalikan dari mereka. Hidupnya perlu asupan nutrisi yang bisa didapatkan dari pundi-pundi dunia, selain itu Yerin adalah seorang tulang punggung keluarga di mana dia harus rela melepas masa remaja dan beranjak dewasa di tempat seperti ini. Hanya kelab malam milik Jong In yang mau berbagi pekerjaan untuknya dengan gaji tinggi. Dan Yerin butuh uang itu. Bukan sebagai jalang atau penari erotis, bukan juga sebagai DJ atau pun penyedia service usap, sesap, dan nikmat. Tidak, Yerin hanya bekerja sebagai bartender saja. Menurutnya itu cukup mulia. Meskipun Yerin sayang dirinya sendiri, tapi Yerin lebih menyayangi adiknya. Untuk itu, ketika tatapan Yerin jatuh kepada seorang pria yang mabuk dan digoda habis-habisan oleh seorang wanita, Yerin murka. “Don't touch him, please!” tegurnya menyentak jalang itu. Baek Hoon sudah tumbang, membuat Yerin berdecak. Toleransi terhadap alkohol rendah saja berani-beraninya menghabiskan satu botol whisky. Saat jalang yang Yerin usir sudah pergi, barulah dia membantu Baek Hoon berdiri. “Kau harus pulang," vokal Yerin berkumandang nyaring. Tubuh lelaki itu sempoyongan. Bibirnya pun komat-kamit tak teratur. Baek Hoon benar-benar mabuk. Yerin putuskan untuk membawanya hengkang dari sana, setelah sebelumnya dia menghubungi Jong In untuk pamit pulang lebih awal. Mungkin, nanti Yerin akan menyesal. “Apa adikku membuatmu patah hati?” Begitu tiba di lobi apartemen, setelah turun dari taxi dan berbaik hati mengantarkan tunangan kembarannya ke kediaman lelaki itu sendiri, Yerin bertanya meski napasnya sudah terkesan lelah sekali. Dia tahu di mana letak tempat tinggal lelaki Byun itu. “Sebutkan angkanya, Baek." Percuma, Baek Hoon hanya menggumam tak jelas. “Kau berat. Cepatlah katakan password-nya." Karena Yerin tidak tahu, dan jika dia bertanya kepada Yujin pasti kembarannya itu akan cemburu atau parahnya malah bisa berpikiran yang tidak-tidak. Yerin tidak mau. Setelah sekian lama Yerin menggerutu akhirnya gumaman Baek Hoon ada faedahnya. Bibir tipis lelaki itu bergerak-gerak menyebutkan deretan angka: 060606. Semuanya angka kembar itu saja. Kenapa Yerin bodoh sekali? Yujin suka angka 0 dan Baek Hoon penggemar angka 6. Akhirnya pintu terbuka. Susah payah Yerin menyeret Baek Hoon ke atas sofa yang ada. “Menyusahkan!” rutuk Yerin menatap kesal wajah mabuk Baek Hoon. Jika dilihat-lihat, Baek Hoon itu tampan. Apakah adiknya termasuk ke dalam kadegori gadis beruntung? Hebat sekali Yujin bisa sampai meluluhkan hati seorang pengusaha berduit macam orang ini. Yerin berdecak bangga untuk kembarannya yang lahir lebih lambat 3 jam darinya itu. Mereka saling mencintai. Yerin bersyukur, adiknya lebih unggul dibanding dia sendiri. Dan bersyukur karena hatinya terjaga dari jerat pesona seorang Byun Baek Hoon. Setidaknya, Yerin aman. Dia tidak mencintai pria Byun itu. “Tapi aku mencintaimu.” Saat hendak berbalik Yerin tersentak. Dia sampai tidak jadi melangkah, otaknya bagai habis diserang tornado. Hell, Yerin tak berhak untuk terbawa suasana. “Dan kau pantas untukku.” Berantakan, jika saja Yerin bersemu hanya karena lantunan kata orang mabuk. Oleh sebab itu, Yerin memilih pergi. Dia menggeleng menyadarkan diri. Namun, lagi-lagi niatnya terhenti. Cekalan tangan Baek Hoon di lengannya sungguh nyata. Bahkan hingga mata mereka bersirobok penuh makna, Yerin kaku. Baek Hoon menariknya hingga menimpa tubuh pria itu. “Bisakah kau tetap tinggal?” Berat dan basah, suara Baek Hoon bermelodi setan. Seolah mengajaknya untuk berperang. Tidak. Yerin menggeleng untuk kali kedua, mengenyahkan pikiran dewasanya. Dia mengutuk semua jenis novel yang sering Jong In berikan padanya. “Jangan pergi.” Dan bisikan itu sungguh iblis sekali. Yerin merinding, dia merasakan terpaan hangat napas Baek Hoon. Sebelum hal yang tak diinginkan terjadi, Yerin lebih dulu mengantisipasi. Dia menarik diri, melepaskan pelukan lelaki itu dari tubuhnya. Orang mabuk bisa jadi gila seperti ini. Ya, dan Yerin percaya. “Kau harus sadar dulu untuk berbicara denganku, Baek. Aku permisi.” Pungkasan yang berakhir sia-sia. Yerin memekik, dia terjungkal ke belakang. Tubuhnya membentur d**a bidang seseorang. “Apa yang kau lakukan?!” “Make you be mine.” Astaga, pandai sekali Baek Hoon membuat orang jantungan. Meski itu hanya bisikan, Yerin tahu itu sangat berbahaya. Karena berontak pun percuma, tenaga Yerin tak sebanding dengan seorang pria. Di atas sofa mereka lampiaskan sebuah bias cahaya, dari air mata yang Baek Hoon dapat sebagai bukti nyata bahwa gadis itu miliknya. Tepat saat wanita yang Baek Hoon tunggangi memekikkan namanya, Baek Hoon tersenyum bahagia. Mencium bibir gadisnya tanpa memberi jeda, dan ketika dia rasa bahwa dirinya akan meledak Baek Hoon berhenti. Dia terengah dan menatap sayu wajah cantik berpeluh itu. “We continue in my bed.” Sekali lagi Baek Hoon berbisik dan mengecup kilat pelipis Yerin. Dan mungkin ketika itu, Yerin sudah menyesal. Saat di mana sebuah pelepasan Baek Hoon dapatkan, dengan mata terpejam nikmat Baek Hoon katakan, “Aku mencintaimu." Begitu lembut nan syahdu, Yerin merasa dia berdebar. Ini salah, Yerin tahu. Karena kalimat selanjutnya yang Yerin dengar adalah, “don't leave me please... Yujin, kau pantas untukku.” Dari seorang Byun Baek Hoon teruntuk tunangannya. Lewat Yerin yang masih bertaut intim di bawah kukungan tubuh pria itu. Yerin memang tidak mencintai Baek Hoon, tapi jika situasinya seperti ini dia juga berhak sakit hati. Meskipun sekali lagi Yerin tidak cinta Baek Hoon, tapi saat mahkotanya direbut paksa dengan sebutan nama wanita lain di akhir penyatuan mereka, sakitnya pun tiada terkira. Karena Baek Hoon adalah tunangan adiknya, karena Yerin sendiri adalah kembaran Yujin yang mana merupakan saudara sedarahnya. Lantas, saat ini apa yang Yerin bisa selain menangis? Derai air mata untuk sesal karena sempat berpikir bahwa Baek Hoon ternyata mencintainya, bukan Yujin. *** Serius, ini bukan mimpi. Seorang Byun Baek Hoon yang lupa diri karena pengaruh alkohol. Seorang lelaki suci yang terjerumus ke dalam nafsu dunia yang semu. Baek Hoon linglung, tapi di depan matanya jelas terlihat bahwa ada seorang gadis yang amat sangat dia cintai. Tanpa tahu jika wanita itu adalah kakak dari sosoknya. Bukan Kim Yujin. Sangat lembut sekali, meski awalnya terkesan kasar dan buru-buru penuh nafsu, lensa pekat Baek Hoon berkabut gairah. He touch her. Very soft, hingga Yerin nyaris terbuai. Baek Hoon menimpa tubuh Yerin, and he f*****g her. Sementara itu, Yerin tahu ini salah. Sangat salah hingga hatinya meringis perih. Dia menjerit, tapi tidak ada satu kata pun keluar dari lisannya. Just when the manhood of Baek Hoon pierced her p***y. It's hurt. Yang Yerin salurkan lewat cengkraman tangannya pada sprei di ranjang itu. Sebuah malam yang Yerin tandai sebagai titik penyesalannya. But, why … her body received all the touch? Meskipun hatinya menolak semua yang ada. Baek Hoon terlalu sulit untuk dia singkirkan dari atas tubuhnya, secuil kesadaran Yerin pun terkikis sudah. Dia terlena oleh tiap gerakan yang Baek Hoon beri. Hentikan! Namun pada akhirnya dia mendesah, karena mungkin Yerin sudah gila. Baek Hoon merampas virginitasnya yang selama ini Yerin jaga untuk suaminya kelak. Namun, kini itu sudah rusak. Yerin menjerit. They are up. Both arched full of passion. Baik Yerin maupun Baek Hoon, mereka sama-sama berteriak melepas hasil dari pencapaian mereka malam ini. Saat di mana sebuah pelepasan Baek Hoon dapatkan, dengan mata terpejam nikmat Baek Hoon katakan: Aku mencintaimu. Salahnya, Yerin berdebar. Salahnya, Yerin tahu tapi malah berpikiran sebaliknya. Hingga kalimat selanjutnya yang Yerin dengar adalah: don't leave me please... Yujin, kau pantas untukku. Tahukah kalian betapa hancurnya hati Yerin karena sebuah kebodohan yang dia sadari? Bagaimana bisa dia sempat berpikir sebaliknya yang justru berpotensi mendebarkan hati, sementara Yerin tahu bahwa cinta Baek Hoon hanya ada untuk Yujin? Oh, ini salah! Dia sudah melakukan pengkhianatan besar. Tubuh Yerin mengerut, hatinya ngilu tak terbantah. Bayang-bayang Yujin dan lelaki yang telah menyetubuhinya ini menghantui pikiran. Mereka sama-sama punya cinta, Yujin dan Baek Hoon yang sama-sama berbagi hati dan jiwa. Lantas, apa maksud semua ini? Apa maksud dirinya yang terlentang di bawah kuasa Baek Hoon? Yerin terisak, bukan karena kegadisannya yang lenyap. Yerin menangis, bukan karena status kembarannya dan pria Byun itu. Lalu Yerin tersedu, sebab apa yang akan terjadi selanjutnya jika sebuah kehidupan baru tumbuh di rahimnya? Sampai pada titik Yerin lelah, namun tak habis air mata. Sambil terpejam pun tetesan itu masih mengalir nyata. Entah sadar atau tidak Yerin merasakan sebuah kecupan hangat jatuh di atas rahangnya, tempat di mana wajah Baek Hoon berada. Dan sungguh, itu melukai hatinya. *** Saat matahari menunjukan sinar gagahnya, saat matahari tergelincir menuju singgasananya di atas langit biru, dan tepat saat matahari tersenyum ceria, cahayanya menembus tirai jendela. Maka saat itu juga salah satu dari dua orang di atas ranjang mengerang terusik tidurnya. Baek Hoon mengerjap, dia terlelap bagai koala yang bergelayut manja di atas tubuh seorang wanita. Tapi, tunggu! Baek Hoon melotot, dia melirik sisi kasurnya. Ada wanita, dan dia benar-benar wanita, karena Baek Hoon dapat melihat dengan jelas seperti apa bentuk tubuhnya. Sampai tiba di mana Baek Hoon diam seribu bahasa. Mata cantik itu mengerjap pelan, yang Baek Hoon ketahui siapa pemiliknya. Meskipun sama tapi lensa indah itu bukan punya tunangannya. “Apa yang kau lakukan di sini?!” murka Baek Hoon kepada sosoknya. Yerin langsung sadar seratus persen dan menarik selimut hingga menutupi tubuh polosnya. "Apa yang kau lakukan di ranjangku?!” Yerin menciut, pertama kali dalam hidupnya dibentak oleh seorang lelaki. “Dan apa yang sudah kau lakukan terhadapku, Kim Yerin?!” “Bukan aku," bela Yerin untuk diri sendiri. Meskipun sakit, Yerin berusaha untuk terlihat biasa saja. Dan Baek Hoon tertawa. Lelaki itu mengacak rambutnya, menatap tak percaya dengan seisi kamar yang hawanya tercium pekat aroma sisa bercinta. Karena terlalu shock dengan kondisi bangun tidurnya, Baek Hoon bertanya, "Lelaki ke berapa aku ini?” Memang santai, nada suaranya pun datar tanpa sindiran, tapi mengapa? Hati Yerin mencelos karenanya. Susah payah Yerin bangkit dengan selimut yang dia gegam erat demi menutupi tubuh yang sudah Baek Hoon lihat semalam. Memang percuma. “Apa kau membutuhkan uang?” Itu biadab. Yerin menghentikan gerak tangannya yang saat ini sedang memunguti pakaian dalam diam dan nyeri di hati. “Katakan berapa nominalnya?” Napas Yerin tercekat. Apakah Baek Hoon pikir dia sedang memperdagangkan tubuhnya? Ataukah Baek Hoon mengira jika dia sedang melakukan transaksi jual beli saat ini? “Berapapun itu, aku beri sepuluh kali lipat dari tarifmu biasanya. Dengan syarat, jangan rusak hubunganku bersama Yujin.” Baek Hoon memakai boxernya yang teronggok di lantai, lalu melenggang santai menuju lemari. Sementara Yerin diam mencerna kalimat Baek Hoon barusan. Oh, apakah ini salahnya? Yerin bertanya-tanya. “Apa maksudmu?” Sejujurnya Yerin sudah mengerti, dia hanya butuh kepastian akan pengertiannya tersebut. Lalu Baek Hoon berbalik, menghadap Yerin dengan tatapan tajam meremehkan. “Karena tidak ada perawan yang bekerja di kelab malam. Jadi, tanggung jawabku hanya sebatas uang, kan?” Yerin bungkam. Mungkin dia akan menerima kehormatannya yang sudah lenyap tak bersisa, dia pun akan menerima fakta apabila kelak Baek Hoon memintanya untuk pura-pura lupa dengan apa yang terjadi malam ini, dan Yerin sudah berencana untuk menyusun kata ‘aku anggap tak ada yang terjadi di antara kita’, jika itu untuk kenyamanan mereka: Baek Hoon, Yerin, dan Yujin. Tapi setitik pun Yerin tak pernah mengira, yang selama ini dia anggap seperti keluarga justru bertutur kata menyakiti hatinya hingga sedemikian rupa. “Apa serendah itu aku di matamu?” Yerin bertanya. Baek Hoon tertawa, “Gadis buta jauh lebih mulia ketimbang kau yang sehat sejahtera. Yerin, bercerminlah... Bahkan tidak ada noda darah di kasurku.” Yerin rasa itu cukup. Dia pun ikut tertawa. Lantas, untuk apa dia menutupi tubuhnya? Maka dengan santai, seolah sudah biasa Yerin melepaskan cekalan tangannya pada selimut, dia membiarkan Baek Hoon memelototi gelagat beraninya. Yerin raih satu persatu pakaian di lantai, memakainya seakan-akan hanya ada dirinya sendiri di dalam kamar. Karena di mata pria itu, dia hanyalah seonggok daging tak berharga, seorang wanita yang biasa memperniagakan tubuhnya. “Ya. Seperti katamu, aku bukan gadis perawan sebelum ini. Jadi, tak perlu merasa terbebani.” Kim Yerin yang terkekeh dalam lantunan katanya. Giliran Baek Hoon yang bungkam. Yerin selesai berpakaian, dia merapikan helai rambutnya. Lalu berjalan mendekati pintu di mana dia membelakangi sosok Baek Hoon yang berdiri bagai patung. Yerin tak akan neko-neko, dia tidak akan banyak meminta. Sudah Yerin putuskan akan dia lupakan kejadian satu malam ini, mengembuskan napas pelan Yerin menghentikan pijakannya. Sebelum benar-benar pergi Yerin berbalik, menatap Baek Hoon dengan tatapan datarnya sambil berkata, “Jika yang kau takutkan adalah tanggung jawab, maka tidak perlu. Karena aku tak akan menuntut apa pun darimu.” Sampai suara debuman pintu mengakhiri kontak mata mereka, sekali lagi Baek Hoon mengguyar rambutnya dengan kasar. ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD