"Woy, bangun! Jangan kebo, ayo lakukan pekerjaan yang sudah menumpuk di dapur!" Suara pintu kamar yang ditendang Angkasa sambil berteriak membuat Yani terbangun dari tidurnya. Ternyata dia menangis semalaman sampai tidur dalam keadaaan ini. Yani menghembuskan napas lega ketika pintu masih terkunci. Setidaknya Angkasa tidak langsung masuk dan menyeret tubuhnya keluar. Yani hanya bisa tersenyum miris ketika sadar kalau hal ini bukanlah mimpi. Dia memang sudah masuk ke lingkungan orang-orang yang katanya dulu sangat menyayanginya itu, tapi sekarang perlakukan mereka berbanding terbalik. "Woy, bangun!" Angkasa kembali berteriak. "Iya, sebentar!" Yani menyahut dari dalam kamar. Sekarang ia tahu apa itu perjuangan mendapatkan hati suami dan mertua seperti yang dilakukan Qiera, tapi tetap

