Tiga orang pria dengan balutan pakaian serba hitam, menyeret seorang pria paruh baya yang terlihat kacau dengan tubuh penuh luka. Bahkan wajah pria itu hampir tak bisa dikenali lagi akibat puluhan pukulan yang didapatkannya. Mereka memasuki sebuah ruangan yang begitu luas. Lantai berwarna putih seketika ternoda oleh darah dari pria yang diseret.
Di ruangan itu, terdapat puluhan pria lainnya yang berdiri dengan posisi melingkari. Di tengah-tengah, terdapat sosok yang paling mencolok, sedang duduk di sebuah sofa single, dengan seorang lainnya, berdiri gagah di belakangnya.
Kenzo, pria yang diseret oleh dua orang, dilempar hingga tersungkur di bawah kaki Devan, orang yang sedang duduk di sofa. Devan menatap Kenzo dengan kedua mata elangnya yang tajam. Siku kanannya bertumpu di pinggiran sofa, sembari menyangga pipinya dan tangan kirinya diletakkan di pinggir sofa, dengan jari-jari yang bergerak, mengetuk-ngetuk sofa.
"Apa ada yang ingin kau tanyakan?" tanya Devan.
"Tu ... Tuan Wilson, tolong percaya pada saya. Saya tidak pernah melakukan pengkhianatan. Saya sudah bekerja pada Wilson selama sepuluh tahun. Mana mungkin seseorang yang sudah mengabdi selama itu melakukan pengkhianatan?"
Ekspresi wajah Devan tidak berubah, "Malah aneh, jika orang yang sudah mengabdi selama sepuluh tahun hanya diam saja dan bersabar."
"Ta ... Tapi, Jack telah bersama dengan anda selama delapan tahun. Bukannya anda harus mencurigainya juga?"
Devan melirik Jack, asisten pribadi, sekaligus tangan kanannya yang sedang berdiri di belakangnya. Jack memandang datar ke arah Kenzo.
"Apa kau sedang menyamakan dirimu dengan Jack?" tanya Devan.
"Tentu saja, tidak! Saya jauh lebih baik darinya, dan juga lebih berpengalaman!"
"Bagaimana menurutmu, Jack?" Devan bertanya pada Jack.
"Dia membicarakan omong kosong," balas Jack.
"Bocah bau kencur, tutup mulutmu! Aku bisa meledakkan kepalamu dalam sekali serangan!" Kenzo berteriak.
"Apa kau bisa membuktikan perkataanmu?"
Kenzo menatap Devan, "Y ... Ya?"
"Kau bilang, bisa meledakkan kepala Jack dalam sekali serangan, bukan?" Devan mengangkat tangannya, memberi isyarat pada Jack, "Kalau begitu, bagaimana jika kau membuktikannya?"
Jack berjalan mendekati Kenzo. Melihat pentolan grup datang kepadanya, Kenzo hendak kabur. Namun Jack lebih dulu menarik pakaiannya, kemudian melemparnya ke arah pilar raksasa yang menyangga bangunan.
"Uaghh!" Kenzo berteriak kuat saat merasakan tubuhnya remuk dalam satu lemparan. Ia terjatuh ke lantai dengan tubuh bergetar.
"Itu cukup," Devan kembali memberi Jack isyarat. Pria itu langsung menyeret Kenzo dan membuatnya berlutut di depan Devan. Jack menahan kedua tangan Kenzo di belakang punggungnya.
"Aku terlalu banyak mendengarkan omong kosong hari ini. Kenzo Derek, aku akan memberimu kesempatan," Devan mengambil sebuah cerutu yang telah dipotong oleh bawahannya, "Jika kau berkata jujur, rasa sakitmu akan berkurang. Aku akan berbaik hati mengirimmu ke Neraka dengan cepat."
Mendengar itu, Kenzo merasa tersulut, "Apa yang baru saja kau katakan, dasar bocah bau kencur? Kau pikir dirimu begitu hebat?"
Devan menghembuskan asap cerutu ke udara, "Jadi, kemana kau menjual informasi yang dicuri? Dan berapa banyak yang kau dapatkan?"
"Apa kau mengabaikanku?!"
"Aku tidak punya banyak waktu, ayo selesaikan dengan cepat."
Kenzo menggertakkan giginya, "Jangan lupa, sampai saat ini, kau belum menjadi seorang pemimpin! Kau harus ingat, kalau wasiat dari Jason belum dipenuhi, maka kursi pemimpin Wilson tak akan pernah jatuh ke tanganmu!"
BUAGHH!
Kenzo terpental setelah Devan memberikan sebuah tendangan. Kenzo memegangi dagunya yang bergeser ke kanan karena tendangan Devan.
"Tampaknya aku terlalu baik padamu," Devan mendekati Kenzo, ia menginjak leher pria itu dengan kuat, "Berani sekali kau menyebut nama mendiang kakekku dengan kurang ajar!"
"Kekhh ... me ... memangnya kenapa ... ekhh ... Pada akhirnya.. ekhh ... kau hanya cucu ... ekhh. Kesayangan yang ... manja ... kau tidak akan ... ukhh ... pernah menjadi ... pemimpin!"
Devan memperkuat injakannya, membuat Kenzo semakin kesakitan. Setelah beberapa saat, Jack mendekat, "Tuan Wilson, dia sudah mati."
"Aku tahu," Devan melepaskan leher Kenzo. Pria itu telah tewas dengan kedua mata terbuka lebar dan mulut menganga.
"Apa perintah anda selanjutnya?" tanya Jack.
"Penggal kepalanya, lalu berikan kepada pamanku. Pastikan kau mengurusnya dengan baik, hadiah ini harus terlihat cantik, hingga membuat istri baru paman terkesima."
"Saya mengerti.”
Devan berjalan ke arah balkon. Ia mengisap cerutunya, sembari melihat pemandangan kota New York yang terlihat sibuk meski dari kejauhan. Berapa kali pun ia berusaha untuk melupakan perkataan Kenzo tentang kakek dan posisinya, ia gagal. Pada akhirnya, ini adalah sebuah beban besar baginya.
Keluarga Wilson, adalah keluarga pemimpin kelompok mafia kelas atas yang telah berdiri selama tujuh generasi. Kakek Devan, Jason Wilson dijuluki pemimpin terbaik yang pernah dimiliki Wilson, karena dirinya berhasil menundukkan banyak kelompok mafia besar lainnya dalam waktu singkat.
Sejak kecil, Devan diperlakukan berbeda dengan anggota keluarga yang lain. Jason begitu menyayanginya, bahkan memanjakannya, padahal hal seperti itu sangat aneh untuk keluarga dengan latar belakang mengerikan. Melihat Devan diperlakukan seperti seorang pangeran di saat anggota keluarga lain, termasuk ayah Devan sendiri diperlakukan seperti sampah, semua orang jadi membenci Devan.
Saat Jason menuliskan nama pewaris kelompok adalah Devan, ayah Devan langsung berusaha menghabisi putranya sendiri dengan memberikan racun mematikan. Namun, senjata itu memakan tuannya sendiri. Ayah Devan meninggal setelah meneguk racun itu. Semua orang langsung tahu, bahwa pelakunya adalah Jason.
Setelah kematian ayah Devan, seluruh anggota keluarga berencana untuk menghabisi Jason. Sekali lagi, hal tersebut diketahui oleh Jason. Ia marah besar dan mencabut nama Wilson dari semua orang, kecuali Devan.
Mereka diusir dari Wilson dan mulai membentuk kelompok mereka sendiri.
Sampai akhirnya, empat bulan yang lalu, Jason menghembuskan napas terakhirnya karena sakit. la meninggalkan surat wasiat untuk Devan. Jason ingin agar Devan menikah dengan seorang wanita yang dulu pernah menolong Jason dari orang-orang yang mengejarnya. Sayangnya, Jason sendiri tak tahu identitasnya, ia hanya menyebutkan Aluna sebagai nama wanita itu. Karena itulah, selama 4 bulan ini, Devan terus menggerakkan bawahan nya untuk mencari informasi dan keberadaan Aluna.
Jika ia tidak bisa menikahi Aluna, maka kursi kepemimpinan Wilson tak akan bisa didapatkannya.
"Tuan Wilson," Jack mendekati Devan. Ia berbisik," Mereka menemukannya."
Devan mematikan cerutu. Ia merapikan jas yang dikenakannya, "Kau bisa memastikan, kali ini tidak ada kesalahan lagi?"
"Iya, Tuan."
"Ayo temui dia!"
Di sebuah gang kecil dan gelap, Aluna tengah menghitung uang yang ia dapatkan dari pekerjaan nya.
"Kenapa gajiku makin sedikit, sih? Apa pemilik nya memang pelit sekali? Kalau begini, aku harus tidur di jalanan lagi," gerutu Aluna.
"To ... Tolong, lepaskan aku!"