Lembaran baru Aira

1657 Words
Dua tahun sudah Aira tinggal bersama dengan Karin dan Rain, ia kini sudah mulai melupakan kesedihannya. Gadis itu bahkan terlihat lebih ceria dari yang dulu, dan kini ia juga mempunyai banyak teman. Fani dan Bagas adalah teman yang sangat dekat dengan Aira. Bagas, dia usianya lebih tua 1 tahun dari Aira, tapi dia satu kelas dengannya. Bagas, diam-diam menaruh hati kepada Aira, tapi ia tidak berani mengungkapkan perasaannya. Pemuda itu tidak ingin merusak persahabatannya dengan Aira, ia memilih untuk memendam perasaannya sampai waktunya tiba, ia akan mengutarakan isi hatinya. Sampai waktunya itu tiba, Bagas akan tetap berusaha untuk membuat Aira bahagia. Bagas tahu semua tentang Aira, karena Aira menceritakan tentang siapa dirinya yang sebenarnya padanya. Tentang yang awalnya Aira hanya orang biasa dan hidup dengan kesederhanaan. Bukan seperti sekarang, yang hidup mewah dan serba berkecukupan. Tapi, itulah yang disukai Bagas pada diri Aira. Jujur, baik hati, kesederhanaan, serta cantik tentunya. Kecantikan Aira itu alami, dia bahkan tidak pernah memakai make up seperti siswi lainnya. Bagi Aira, kecantikan wajah tidak ada artinya, jika tidak mempunyai hati yang cantik pula. “Aira, sepulang sekolah, kamu mau kemana?” Bagas duduk di bangku samping Aira. Aira yang sedang asyik membaca buku, menoleh ke arah Bagas. “Tidak kemana-mana sih, memangnya ada apa?” Fani yang duduk di depan Aira, menoleh kebelakang. “Mau ngajak kamu jalan kali, Ra,” godanya. Bagas menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal. “Mana berani aku mengajak Aira jalan, bisa-bisa aku diomelin sama om-nya yang galak itu,” ucapnya sambil mengerucutkan bibirnya. Fani tertawa. “Memangnya kamu pernah bertemu dengan om-nya Aira?” “Pernah sekali, waktu aku main ke rumah Aira dan ingin mengajak dia jalan.” “Om Rain tidak galak kok. Om bersikap seperti itu karena aku keponakan satu-satunya, cewek lagi, imut lagi, kalau ada apa-apa nanti gimana,” ucap Aira dengan sok imut. Fani menjitak kening Aira. “PD banget kamu,” candanya. Bagas menopang dagunya dengan tangan kanannya yang ia tempelkan ke meja. Dimatanya, Aira bukan hanya cantik dan imut, tapi cantiknya bak bidadari. “Aira memang imut kok, cantik lagi,” godanya dengan senyuman di wajahnya. “Gas, Fan, kalau kalian mau main ke rumah aku, ya main saja. Om dan tante aku tidak akan marah kok. Mereka pasti akan senang, karena selama ini tidak ada teman aku yang pernah aku ajak main ke rumah.” Bagas dan Fani menganggukkan kepalanya. “Kalian itu teman baik aku, jadi om dan tante, pasti akan senang saat teman-teman aku datang ke rumah,” ucap Aira dengan senyuman di wajahnya. Bagas merangkul bahu Aira. “Kita best friend pokoknya. Selamanya aku akan menjadi sahabat kamu.” "Tapi, setelah kita dewasa nanti, aku ingin kamu menjadi orang yang paling spesial buat aku," gumammya dalam hati. “Tapi ya tidak usah pakai rangkul-rangkul segala kali.” Aira lalu menyingkirkan lengan Bagas yang berada di bahunya. Bagas menyengir kuda. “Maaf. Kelepasan.” “Modus itu Aira,” sindir Fani sambil menjulurkan lidahnya ke arah Bagas. Bagas menajamkan tatapannya, tapi Fani sama sekali tidak takut, mempedulikannya pun tidak. Aira hanya tersenyum, entah mengapa, melihat kedua sahabatnya bersikap seperti itu membuatnya bahagia. Bagi Aira, suasana seperti saat ini, belum tentu bisa dialami lagi. Bel tanda pulang sekolah pun berbunyi. Para siswa dan siswi memasukkan buku serta alat tulis mereka ke dalam tas mereka masing-masing. Ketua kelas memimpin untuk berdoa sebelum mereka keluar dari kelas. Fani, Bagas, dan Aira, sengaja keluar kelas paling terakhir. Mereka memang tidak pernah terburu-buru untuk keluar dari kelas. “Fan, Gas, kalian jadi main ke rumah aku nggak?” Aira memasang tas selempangnya ke tubuhnya. “Jadi dong. Tapi, kamu yakin, tante kamu tidak akan marah?” tanya Fani cemas. Aira menganggukkan kepalanya. “Ayo kita keluar sekarang. Mungkin tante aku sudah menunggu di depan pintu gerbang.” Fani dan Bagas menganggukkan kepalanya, mereka lalu keluar dari kelas mereka. Aira melihat mobil Karin yang sudah terparkir di tempat biasanya, ia lalu mengajak kedua sahabatnya untuk mendekati mobil itu. Melihat kedatangan Aira dan kedua sahabatnya, Karin keluar dari mobil. “Ayo masuk,” ajak Karin. Aira pun meminta izin kepada Karin kalau teman-temannya ingin main ke rumah. “Boleh kan, Tan? Selama ini kan, Aira belum pernah mengajak teman-teman Aira main ke rumah,” pintanya. Karin menganggukkan kepalanya. “Boleh dong, sayang. Tante malah senang kalau teman-teman kamu mau main ke rumah.” “Makasih, Tante.” Aira lalu memeluk Karin, setelah itu ia menyuruh kedua sahabatnya untuk masuk ke dalam mobil. Aira sendiri duduk di depan bersama dengan tantenya. “Em... bagaimana kalau kita makan siang dulu, kalian semua pasti laparkan?” “Iya, Tante. Lapar banget,” jawab Fani antusias. Bagas menyenggol lengan Fani. “Kamu ini, malu-maluin,” bisiknya. Fani malah menjulurkan lidahnya ke arah Bagas. Karin yang melihat tingkah kedua sahabat Aira hanya menggelengkan kepalanya dengan senyuman di wajahnya. “Aira, kamu mau makan dimana sayang?” tanya Karin sambil menatap Aira sekilas, lalu kembali fokus menatap ke depan. “Tempat biasa saja, Tante.” Karin menganggukkan kepalanya. Sesampainya di restoran, Karin memesan beberapa menu makanan dan minuman. Fani dan Bagas mengucapkan terima kasih, karena sudah diajak makan siang. “Em... kalau boleh tahu, siapa nama kalian berdua?” “Saya Fani, Tante, dan dia Bagas,” ucap Fani memperkenalkan dirinya dan juga Bagas. Mereka pun mulai mengobrol, Karin menanyakan soal Aira waktu di sekolah. Fani dan Bagas menceritakan jika Aira itu teman yang sangat baik, dia juga selalu menolong temannya yang kesusahan. Karin senang mendengar apa yang dikatakan kedua sahabat Aira. Ia juga bahagia, karena ternyata banyak yang menyayangi keponakannya itu. Tak berselang lama, pelayan datang sambil mendorong meja troli yang berisi makanan dan minuman yang di pesan Karin. Pelayan itu lalu menatanya ke atas meja, setelah selesai menata semua makanan dan minuman itu, pelayan itu pamit undur diri. “Ayo, silahkan dimakan, kalian pasti sudah lapar.” “Terima kasih, Tante,” ucap Fani dan Bagas bersamaan. Mereka lalu mulai menyantap hidangan yang sudah tertata dengan rapi di meja makan itu. Bagas hanya menggelengkan kepalanya melihat Fani yang makan dengan sangat lahap. "Dasar! Kayak tidak pernah makan makanan enak," gumamnya dalam hati. Setelah selesai makan, mereka lalu keluar dari restoran itu dan kembali masuk ke dalam mobil. Karin lalu melajukan mobilnya menuju rumahnya. Dalam perjalanan Fani terus mengoceh, dan itu membuat gendang telinga Bagas seakan mau pecah. “Fan, kamu bisa diem tidak sih, apa tidak capek dari tadi kamu ngoceh terus kayak burung Beo.” Fani melipat kedua lengannya di dadanya. “Ya terserah aku dong, mulut-mulut aku, kenapa kamu yang sewot!” Aira hanya menghela nafas, ia sudah terbiasa dengan sikap Bagas dan Fani yang kadang memang tidak bisa akur. “Maaf ya, Tan. Teman-teman aku kalau lagi tidak beres memang kayak gitu,” sindirnya. “Ra, kok kamu gitu sih, kan ini salah Fani,” ucap Bagas sambil mengerucutkan bibirnya. “Gas, kamu itu cowok, seharusnya kamu lebih mengalah dong sama cewek.” Fani yang merasa dibela oleh Aira, lalu menjulurkan lidahnya, seolah-olah sedang mengejek Bagas. “Kamu juga, Fan. Dari tadi kamu ngoceh, apa mulut kamu tidak capek?” Karin mengusap puncak kepala Aira. “Keponakan Tante ini memang ya....” ucapnya sambil menggelengkan kepalanya. Karin membawa mobilnya masuk melewati pintu gerbang yang mulai terbuka dengan perlahan. Fani begitu tercengang melihat betapa mewah dan besarnya rumah Aira, bahkan rumah itu lebih besar dari rumah Bagas. Bagas menarik tangan Fani untuk menutup mulutnya yang menganga. “Tutup mulutnya, nanti ada lalat yang masuk baru tahu rasa.” “Apaan sih, aku tidak menyangka rumah Aira akan sebesar ini.” Karin tersenyum. “Ayo turun, om Aira pasti senang saat melihat sahabat-sahabat Aira pada main kesini.” wanita itu lalu membuka pintu mobil, begitu juga dengan Aira, Fani, dan Bagas. "Mati aku, pasti om-nya Aira akan ingat sama aku," gumam Bagas dalam hati. Fani menarik tangan Bagas yang masih melamun. “Kamu mau tetap disini atau masuk?” Aira tersenyum. “Gas, tidak usah setegang itu kali, Om Rain baik kok.” “Ra, apa aku pulang saja ya, aku hanya tidak ingin om kamu melarang kamu untuk main sama aku.” Kini giliran Aira yang menarik tangan Bagas. “Kalau sudah sampai di rumahku, di larang untuk pulang sebelum masuk.” “Tapi....” Aira lalu melepaskan tangan Bagas. “Ok, kalau kamu tidak ingin masuk, itu berarti kamu sudah tidak ingin berteman sama aku lagi,” ancamnya sambil melipat kedua lengannya di d**a dan memalingkan wajahnya. “Sudahlah, Ra. Kita masuk saja. Bagaskan cowok pengecut,” ledek Fani lalu mengajak Aira masuk ke dalam rumah. Bagas menghelas nafas. “Aku tidak mau kalau sampai Aira berpikiran kalau aku seorang pengecut. Bagas... tunjukkan keberanian kamu.” Pemuda itu lalu bergegas mengikuti Aira dan Fani. “Tunggu!” teriaknya sambil terus melangkah. Fani semakin heboh saat sudah masuk ke dalam rumah Aira. Semua perabotan di rumah itu serba mewah. Aira menyuruh Bagas dan Fani untuk duduk di sofa ruang tamu, sedangkan dirinya ingin berganti pakaian terlebih dahulu. Saat ingin menaiki tangga, Aira berpapasan dengan Rain. “Tumben, Om di rumah.” Gadis itu lalu mencium tangan Rain. “Om ingin menghabiskan waktu bersama dengan kamu dan tante kamu,” ucap Rain sambil mengusap puncak kepala Aira. “Oya, Om. Teman-teman Aira pada main ke rumah, Om tidak marah-kan?” Rain menggelengkan kepalanya. “Tentu dong, sayang. Om malah senang kalau teman-teman kamu mau main kesini. Kalau begitu sekarang kamu ganti baju dulu, biar Om temani teman-teman kamu,” ucapnya dengan senyuman di wajahnya. Aira menganggukkan kepalanya, ia lalu memeluk Rain. Aira merasa nyaman saat Rain memeluknya, ia seakan merasakan pelukan seorang ayah. “Kalau begitu Aira ganti baju dulu ya, Om,” ucapnya dengan senyuman di wajahnya. Setelah mendapatkan anggukkan kepala dari Rain, Aira lalu mulai menaiki anak tangga satu persatu menuju kamarnya. Sedangkan Rain melangkahkan kakinya menuju ruang tamu. Tapi sebelum itu, ia meminta asisten rumah tangganya untuk membuatkan minuman dan camilan untuk teman-teman Aira.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD