ASTI DAN DERASNYA HUJAN

2309 Words
Jam menunjukkan pukul 18.20, Anwar dan Dewi pun sudah datang, siap menggantikanku dan teh Asti. "Gak nginep bro? Temeninlah, Hehehe" ujar Anwar kepadaku. Memberi kode kalau dia dapat minuman lagi malam ini. Begitulah anwar, dia hobi minum minuman beralkohol, hampir sering ia mendapatkan minuman gratis dari temannya yang kerja di bar sebelah. "Gak lah, mendung dari tadi sore, mau ujan kayaknya... Ada jemuran bro blom diangkatin" jawabku. "Balik ya war, des!" Lanjutku. "Yooo... Hati hati bro!" Jawab anwar. Tepat saat aku keluar, hujan pun sudah turun, tidak terlalu deras tapi anginnya cukup kencang. Kukira teh Asti sudah beranjak pergi dengan motornya, ternyata dia masih duduk di kursi teras depan hotel. "Loh, kirain udah jalan teh..." Tegurku. "Blum, zech, tadi barusan jawab telpon dari bu susi dulu" jawabnya. "Kamu kalo kerja pulang pergi jalan kaki yah zech?" Tanyanya. "Iya teh, maklum gak punya motor, tapi deket kok, gak jauh, gak nyampe 2km" jawabku "Kamu kost di "KOLONG TOL" kan? Nanti bareng aja sama aku, kan aku emang lewat situ juga kalo setiap pulang" ajaknya kepadaku. KOLONG TOL adalah kawasan pemukiman kumuh, sebenarnya tidak persis di bawah jalan layang tol, bisa dibilang lebih tepat di sebelahnya. Justru yang ada di bawah kolong tol adalah tempatnya dunia malam jalanan, ada banyak warung remang remang disana, warung penjual minuman keras ilegal, warung tempat perjudian, prostitusi jalanan, bahkan menjadi sarangnya transaksi narkoba kelas ecek ecek. Dan kawasan pemukiman tempatku tinggal memang hampir semua penduduknya adalah orang orang yang mencari hidup di KOLONG TOL. Tidak sedikit preman disana, tapi menurutku adanya preman preman disana justru membuat kawasan itu menjadi aman, dan bebas dari orang orang yang hanya mau untung sendiri. Yaaa buat orang yang berkecimpung di bisnis bisnis seperti ini, pasti sudah paham kalau jasa preman sangat dibutuhkan di bisnis bisnis seperti ini. Kembali ke Teh Asti. Memang kebetulan, hari ini Bu susi tidak datang, jadi teh asti bawa motor sendiri. Biasanya kalau berdua dengan bu susi, mereka naik mobil. "Wah beneran nih teh, gak apa apa? Nanti malah ngerepotin teh, atau nanti malah ada yang marah teteh nganter saya. Hehehe" Celetukku. "Ya gak apa apa lah, lagian siapa yang mau marah juga? Siapa yang larang coba!?" Balasnya Tak lama hujan pun mereda, Teh Asti pun beranjak dari duduknya. "Ayo zech! Takut kburu hujan lagi" ajaknya. Teh asti pun mengeluarkan motornya dari barisan motor yang di parkir, dan mempersilahkanku untuk naik diboncengnya. "Cie cie ujan ujan dibonceng bu Asti nih yeeeh" ejek security parkiran ruko yang belum kutahu namanya, tapi memang baik orangnya. "Haha, bisa aja pak..." Jawabku Entah beruntung atau apes, di tengah perjalanan kami yang hampir sampai gang tempat kost ku, hujan pun kembali deras. "Wah deras lagi zech, gimana nih?" Teriak teh Asti kepadaku "Nah, masuk gang yang di depan teh! Masukin aja motornya! Neduh dulu!" Balas teriakku "Ok ok" jawabnya Tak jauh sekitar 20meter dari pintu masuk gang, kami pun sampai di tempat kost atau kamar kontrakanku. Kami pun turun dan aku menepikan motor teh asti agar tidak menggangu motor lain atau pejalan kaki yang lewat, maklum gang pemukiman kumuh, sempit. "Ayo teh, naik, masuk dulu. Kamar saya diatas. Udah, gak apa2, aman kok motornya! Jangan takut" Ajakku. "Hehe, bukan masalah motornya. Gak apa apa nih aku masuk ke kost kamu? Gak bakal di grebek? Hehehe" jawab teh Asti "Ya gak apa apa lah teh, ini kan KAWASAN KOLONG TOL, udah gak aneh kali teh, lagian emang kita mau ngapain!? Kita kan cuma neduh, anggap aja atasan bertamu ke tempat anak buahnya, iya kan!?" Tegasku. "Iya juga ya, hehehe" Kami pun naik dan masuk ke kamar kostku, sebuah rumah sederhana dua lantai. Aku kost di atas, ada tiga kamar di atas, dan di bagian bawah adalah rumah si pemilik kost. Ada banyak kost sederhana seperti ini di lokasi ini. "Silahkan masuk teh. Maaf berantakan, maklum kamar bujangan" "Gak apa apa lah, wajar kok" jawab teh Asti sembari membuka jaketnya yang basah, dan duduk di lantai di atas karpet. Aku pun membuka switer dan seragamku yang sudah basah semua. Tak sengaja kulihat teh asti yang ternyata sedari tadi melihat tubuhku yang sedang telanjang d**a, tapi sekejap ia memalingkan mukanya dengan rasa malu. Tapi aku tau, hehehe... Dan saat kulihat teh asti, ternyata baju seragam dan celana jeans nya pun basah. Seragamnya yang basah kini memperlihatkan dengan jelas tubuhnya yang gemoy. Aduh, tiba tiba kontolku nyut nyutan dan ngaceng berdiri tegak, terbentuk jelas menonjol di bagian depan celana jeansku. Aku pun berbalik sambil membuat teh manis panas. "Teh, saya bikinin teh manis panas nih teh, buat angetin badan. Sambil nunggu, teteh duluan aja ke kamar mandi, bilas, di dalem ada handuk saya, bersih kok baru dicuci. Nanti saya pinjemin baju sama celana" "Hah? Gimana? Oh, iya iya.. maaf ya jadi ngerepotin kamu zech" jawab teh asti yang seperti kebingungan, sembari berjalan masuk ke arah kamar mandi. Sepertinya dia habis melamun. Wah, kenapa nih teh asti? Apa salah tingkah? Sebenarnya aku pun sedang dalam keadaan salah tingkah saat ini, karna belum pernah aku dalam situasi seperti ini. Mumpung teh asti masih di dalam kamar mandi, aku pun segera mengganti celanaku dan memakai baju. Sekalian aku mengambilkan baju dan celana salin untuk teh asti. "Teh, maaf, ini salinnya teh, maaf seadanya" kusodorkan baju dan celana itu setelah ia membuka sedikit pintu kamar mandi. "Iya gak apa apa, makasih ya zech" Tak lama, teh asti pun keluar, mengenakan kaos oblong dan celana basket milikku. Ya ampun, tak kusangka, baju dan celanaku nampak ketat di tubuhnya, terlihat jelas garis lekuk tubuhnya yang sekal dan berisi. Dari kaos oblong yg ia kenakan, terlihat jelas putingnya mengembul membentuk di toketnya. Entah kencang karna kedinginan atau ia sedang sange saat ini. Belum lagi celanaku yang sempit yang ia pakai, membentuk s**********n yang indah dengan m***k yang tebal mengembul disana. Belum lagi bisa kulihat pahanya yang besar, putih, dan mulus. Teh asti berjalan tertunduk malu melewatiku sembari mengambil teh manis yang sudah kusiapkan dan kembali duduk ditempatnya semula. Aku pun bergegas masuk ke kamar mandi. "Saya bilas dulu ya teh! Santai aja, maap, anggap kamar sendiri teh..." Basa basiku kepadanya. "Iya, santai zech... Makasih ya" jawabnya. Alangkah terkejutnya aku di dalam kamar mandi. Ternyata tidak hanya seragam dan celana jeansnya yg digantung di dinding kamar mandi. Ternyata BH dan celana dalamnya juga. Berarti sekarang teh Asti tidak mekai pakaian dalam sama sekali. "Akh... Sudahlah..." Kuselesaikan saja bilasku, kupakai baju dan celana lalu keluar. Aku harus bersikap tenang, aku harus kontrol emosi dan bersikap biasa saja... Hahft... Huhft... Kuhela nafasku... Kuambil sebatang rokok dan kunyalakan. "Gak keberatan kan teh kalo saya ngerokok?" Ku tanya teh asti sambil kulihat ia yang sedang kedinginan sembari memegang gelas tehnya... "Gak, gak apa apa kok zech, silahkan" jawabnya.... Kulihat keluar, hujan deras tak kunjung berhenti. Sebaiknya kututup saja pintunya karna anginnya juga sangat kencang... Lalu aku duduk di depan teh asti, sambil ku seruput teh hangatku. "Bu susi besok masuk teh?" Celetukku membuka obrolan. "Gak zech, tante lagi ke rumah nenek, di bogor, dari tadi pagi. Tadi juga telpon, katanya gak pulang, mau nginep, ada yang harus diurus gitu. Makanya aku bingung mau pulang ke rumah takut, sendirian di rumah" jawab teh asti menjelaskan padaku. "Oh, gitu.... Ya nginep di hotel ajalah, tidur di ruangan bu susi minta temenin dewi" "Tadinya mau gitu, tapi aku mau pulang dulu ambil salinan sama chargerku ketinggalan" "Yaudah, nanti kalo ujannya dah reda, saya yang anter ke rumah deh, saya anterin" "Serius? Gak apa apa zech? Ya ampun kamu baik banget sih zech" ujarnya, sambil memasang wajah manja sok imut... Akupun coba mengeluarkan jurus yang lama tak pernah kugunakan... "Dih, kok mukanya kayak mantan pacar saya sih!? Kalo mukanya lagi manja manja gitu!" Pancingku memulai rayuan "Akh masa sih!? Coba sini aku liat hpmu, pasti ada fotonya deh!" Berlagak sok mencairkan suasana, teh asti merampas hpku yang tergeletak dibawah di samping asbak. Aku pun coba merebutnya kembali, khawatir ia melihat koleksi video bokepku... Langsung kuhampiri dan duduk di sebelahnya sambil coba merebut hpku yang sedang dibajaknya. Terlambat... Ternyata gallery hpku sudah terbuka, dan tanpa sengaja teh asti memainkan salah satu video bokep koleksiku... video seorang wanita cantik gemuk yang sedang di ewek oleh seorang pria hitam dengan kontolnya yang besar. Aku dan teh asti pun terdiam, dengan tangan kami yang sama sama masih memegang hpku yg tadi kami rebutkan. Sesekali kami bertatap mata, kulihat ia menelan ludah sambil menatap wajahku, dan kembali melihat ke layar hp. Sekitar kurang lebih satu menit kami bertahan dengan posisi itu, duduk berdempetan sembari memegang hpku bersamaan. Entah apa yang ada di pikirannya, tiba tiba ia memegang tanganku dan menaruh hpku bgitu saja. Sekejap kulihat nafasnya bgitu menggebu gebu. Seketika itu ia menatapku, dan mengarahkan tanganku ke toketnya memberi isyarat minta di remas. Lalu dengan tiba tiba wajahnya menghampiri wajahku dan langsung mengulum bibir dan lidahku. Tak melawan, kupasrahkan tubuhku tergeletak dibawahnya sembari tubuhnya menindihku. Kini teh asti minta dipegang memeknya dengan mengarahkan tanganku ke memeknya. Sebentar kuhentikan adegan ini, dan kudekatkan bibirku ke kupingnya, ku bisikan "teh asti nginep aja yah, ujannya gak bakal berhenti teh". Teh asti mengangguk sambil tetap menatap mataku. Aku berdiri sebentar untuk mengunci pintu dan membuka baju, tanpa membuka celana. Teh asti pindah tempat ke kasur tempat tidurku yang ada di pojok ruangan. Ia terlentang sambil mengangkang pasrah. Kuhampiri wanita semok yang lebih tua dariku ini. Sudah cukup kutahan emosi dan hawa nafsuku dari tadi. Sekarang, semua harus berada dibawah kendaliku... Ku pegang dan ku tahan kedua tangannya diatas kepalanya. Lalu kuangkat bajunya, dan kubuka keatas, memunculkan t***t besar yang kencang dengan p****l yang cukup lebar dan agak kecoklatan... Dengan nafsu kujamah t***t itu dengan mulut dan lidahku. Kujilati seluruh bagian kedua toketnya hingga ketiaknya yang agak berbulu kasar karena dicukur. Sambil kujilati seluruh tubuh bagian atasnya, segera kubuka celananya, dan kurenggangkan kedua kakinya hingga mengangkang dengan kakiku. Masih kusantap bagian toketnya sembari kumainkan itilnya yg lumayan besar hingga keluar dari bibir vaginanya, ternyata teh asti termasuk wanita bigclit, wanita dengan c******s lebih besar dari wanita pada umumnya. Memeknya botak, mungkin ia rajin bercukur. Baiklah, aku pindah ke bagian bawah untuk menikmati santapanku berikutnya. Kuawali dengan jilatan jilatan kecil pada clitorisnya sembari kubuka bibir vaginanya dengan dua jariku. Memeknya begitu padat dan kencang. Aku yakin sekali kalau teh asti ini masih perawan. Semakin lama kumainkan jari jari dan lidahku, memeknya semakin basah melumuri bibirku. Lalu kudekatkan wajahku ke wajahnya, tanpa sungkan ia menjilati bibirku yang basah oleh cairan kenikmatannya. "Udah siap teh?" Tanyaku mesra. Tanpa berkata kata ia menganggukkan kepalanya. Sedari tadi ia tidak mengeluarkan suara atau mendesah sedikitpun, hanya menahan rasa nikmat yang tergambar di wajahnya. Kutindih tubuhnya sambil kupeluk, sesekali kujilati kuping dan pipinya, lalu kukulum bibir dan lidahnya. "Zech" perlahan ia memanggil namaku di telingaku. "Pelan pelan... Aku masih perawan" bisiknya Kujawab dengan kecupan kecil di bibirnya. Sambil kuarahkan ujung kontolku ke lubang memeknya. Perlahan kupompa kontolku naik turun maju mundur kepala kontolku, sedikit demi sedikit. Kulihat matanya memejam menahan sedikit rasa sakit yang dibalut rasa nikmat tiada tara, sesekali ia menggigit bagian bawah bibirnya. Sedikit lagi kontolku masuk memenuhi bagian dalam memeknya. Dan.... "Aaakh...." Desahnya spontan terlepas Akhirnya kudengar juga suaranya mendesah dengan sedikit teriak keluar dari mulutnya, saat seluruh kontolku masuk ke dalam menghujam ujung memeknya. Sejenak aku diam sambil melihat wajahnya yang terengah engah menghela nafas, membuat nafsuku semakin memuncak. Aku sedikit bangkit dari posisiku yg memeluk sembari menindihnya ke posisi agak tegak. Tanpa mengeluarkan kontolku dari memeknya yang sudah sedikit berdarah bercampur m**i, tanda selaput daranya sudah pecah dihujam kontolku. Tubuhku semakin memanas, seolah api sedang membakar otakku. Tangan kiriku meremas remas t***t kanannya, dan seperti tanpa kontrol tangan kananku mencekik lehernya dengan lembut, sembari kembali kukulum bibir dan lidahnya... Disaat itu juga sudah tak bisa kutahan, akhirnya dengan kasar dan cepat kuenjot enjot kontolku keluar masuk memeknya. "Akh... Akh... Akh.... Ukh... Akh..." Desahan itu yang sedari tadi kunantikan, akhirnya kudengar keluar dari mulutnya tanpa malu, berirama dengan hentakan kontolku ke dasar memeknya... Terdengar jelas suara hantaman pangkal paha kami yang saling beradu satu sama lain... Plok... Plokk.. plok... Plokk... Tanpa aba aba kucabut kontolku dari memeknya, tak kuduga... Crooooot..... Crooooot... Crot... Wow... Teh asti jackpot, dia squirting, memuntahkan cairan kenikmatan dari memeknya. Langsung saja kujilati memeknya yang basah dan kuhisap itilnya sembari kukorek korek bagian dalam atas memeknya dengan dua jariku.... Dan.... Croooot... Crooot.... Aaaakh... Cairan itupun membasahi seluruh wajahku dan memenuhi mulutku... Akh... Teh asti memang luar biasa.... "Zech... Sudah yaaah... Zech... Aku lemes" rintihnya memohon kepadaku... Aku bangun dari posisiku dan mendekatkan kontolku ke mulutnya... "Aku belum selesai, As..." Jawabku, tanpa sungkan kini aku memanggilnya hanya dengan nama. "Selesaikan! Setelah itu kita istirahat" sambungku... Lalu asti mengocok batang kontolku sembari mengulum kepala kontolku, hisapannya membuat ubun ubunku nyut nyutan. sesekali ia jilati kantung bijiku. Sambil menyelesaikan tugasnya menikmati kontolku, kulihat jari jemari tangan kirinya masih memainkan itilnya, dan sesekali kulihat memeknya masih crot crot crot walau sedikit. Akhirnya... "Asti.... Aku mau kluar as...." Teriakku Asti semakin mempercepat kocokan tangan kanannya pada kontolku sembari membuka mulutnya lebar lebar dan mengeluarkan lidahnya. Croooot... Croooot... Crot... Pejuhku melumuri hampir setiap bagian wajah dan mulutnya... "Aaaakh...." Aku pun berbaring di sampingnya beberapa saat, lalu kuambil saputanganku... Perlahan kubersihkan wajah dan tubuhnya, sambil kutatap matanya, kuberikan senyum terbaikku, sesekali kucium dahi dan bibirnya. Bagaimanapun kubuat agar dia tetap nyaman di sampingku. Tanpa diduga, tiba tiba Asti memelukku dengan erat, dan mencium pipiku. "Zech... Kok tiba tiba aku jadi sayang sama kamu yah!?" Bisiknya dikupingku. Aku tak bisa menjawab apa apa, hanya bisa menatapnya dan memberikan sedikit senyum. Berharap Asti tidak kecewa dan tidak menyesal dengan apa yang sudah kami lakukan malam ini. Sudah jam 1 malam, Samar samar suara hujan masih terdengar, tapi sepertinya sudah agak reda. Asti sudah tertidur dipelukanku... Sebaiknya akupun istirahat, karna pagi nanti aku harus mengantarkan Asti pulang dulu untuk bersiap kerja... Disinilah awal petualangan liar ZECH di lingkungan kerja barunya. Hubungan rahasia antara Asti dan ZECH... ( BERSAMBUNG... )
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD