Three

1055 Words
Hari selasa, merupakan jadwal piket Zahra. Zahra datang lebih awal dari biasanya. Sebelum piket, Zahra melaksanakan salat duhha terlebih dahulu di musholah sekolah. Di sekolah masih sangat sepi, bahkan di kelas belum ada murid yang datang kecuali Zahra. Zahra memang sengaja melakukan hal ini, ia merasa lebih leluasa jika membersihkan kelas tanpa kehadiran orang lain. “Bissmillah... “Zahra mengikat ujung Jilbabnya. Lalu mulai membersihkan kelas. Gadis itu mulai dengan menyapu kelas terlebih dahulu. “Hem, nyapu udah. Sekarang tinggal ngepal,” Zahra meraih kain pel. Matanya tanpa sengaja melihat gambar di atas papan tulis. “Kenapa gambar burung garudanya miring? kayaknya pakunya lepas deh....” Zahra lantas menggeser meja dan naik ke atasnya untuk membenarkan gambar itu. Zahra hendak turun, namun sebuah suara mengejutkan Zahra, gadis itu kehilangan keseimbangan dan jatuh. Tangan Zahra berdarah, tergores ujung meja. “Aw...” Zahra meringgis. “Darah segar, hem, yummy...” kejut Sarah dari belakang. “Ya Allah, Sarah... kalo datang itu ucap salam. Bukan ngagetin gini.” Sarah cengengesan. “Abisnya pagi-pagi udah sibuk aja, sampai tangannya darah gitu.” Zahra kembali menatap tangannya yang terluka. “Sar, tolong lepasin ikatan ujung jilbab aku. Gak enak kalo banyak orang yang datang.” “Oke. Sini.” “Makasih ya, Sar.” “Hem. Itu tangan kamu gak kenapa-napa? mending sekarang kita ke UKS biar bisa langsung di obati. Dari novel yang aku baca tadi malam, darah segar bisa mengundang vampire datang. Kan bahaya kalo beneran vampire datang ke sekolah kita. Ihhh.. serem... “ Zahra terkekeh. “Coba kurang-kurangi deh baca novel fiksi. Apalagi tentang vampire. Otak kamu bisa halu semua isinya. Sekali-kali coba baca ensiklopedia, insyallah lebih manfaat. “ “Idih ogah... bisa-bisa otak aku keram baca gituan. Kamu mau aku jadi kamus berjalan,” Sarah bergidik membayangkan dirinya melakukan hal itu. Zahra tertawa. Semenjak jatuh cinta pada genre novel vampire hampir setiap hari sahabatnya ini selalu membahas mengenai vampire. “Tuh rok kenapa? “ tanya Zahra saat baru menyadari ada yang berbeda lagi dari rok Sarah. Sarah tersenyum lebar. “Kayaknya mulai hari ini aku harus diet deh.” “Lagian siapa suruh rok di kecilan kayak gitu? Coba kalo gak di kecilan pasti gak bak—“ “Mulai lagi deh...” sela Sarah, gadis itu memutar matanya, bosan. “Hay, guzzz...pagi-pagi udah pada cemberut aja. Ada apa sih? “ Kerly baru saja datang. “Ya Allah, tangan kamu kenapa Zahra? “ “Princess muslimah kita baru aja luka karena jatuh dari meja,” sahut Sarah dengan nada masih ketus. “Terus, kenapa gak ke UKS? “ “Biasa, princess muslimah lebih pentingin rok aku yang ketat ketimbang tangannya yang luka,” sahut Sarah dengan nada makin ketus. “Ini lagi, kenapa pada marahan sih.... “ Kerly menengahi. “Kerly, bilangi sama princess muslimah, aku lagi marah sama dia,” ketus Sarah. Zarah tersenyum lalu merangkul bahu Sarah. “Kalo gitu, sebagai princess aku minta maaf deh. Maafi princess ya... “ Sarah melirik. “Tumben kamu suka di sebut princess.” “Ya, mau gimana lagi. Itukan julukan dari sahabat aku yang paling CANTIK...” Sarah terkekeh. “Apaan sih, Zahr, lebay deh.” “Nah gitu dong, pagi-pagi itu di sambut dengan senyuman bukan dengan muka di tekuk kayak tadi.” Kerly ikut tertawa bersama kedua sahabatnya itu. “Kalo gitu, yuk kita ke UKS. Luka kamu harus segera di obati. “ Kerly menarik kedua sahabatnya. “Habis dari UKS ke kantin yuk, aku laper belum sarapan pagi,” ajak Sarah. “Oke.” “Eh, itu ada apa sih ? “ Kerly menatap kerumunan murid yang berkumpul melihat sesuatu di lapangan. “Liat yuk, kepo nih...” Sarah menarik kedua sahabatnya untuk mendekat kearah kerumunan itu. “Astagfirullah..., “ spontan Zahra saat melihat kucing penuh darah di lapangan. “Kenapa kucingnya bisa gitu ? “gumam Kerly. “Apa mungkin... “ Sarah menatap serius kedua sahabatnya. “Kayaknya di sekolah kita beneran ada vampire deh... “ Hening. Zahra dan Kerly tidak merespon. “Kalian percayakan? “ tanya Sarah, mencoba meyakinkan sahabatnya itu Zahra dan Kerly mengangguk kaku, Sarah baru saja ingin merayakan kemenangan hipotesis namun hal itu gagal setelah suara tawa dari Zahra dan Kerly mengudara. “Ya ampun, punya sahabat kok halunya tingkat negara sih... ckckckckck.. kayaknya beneran deh Zahr, kamu harus ruqiah nih anak.. “ kata Kerly sembari tertawa. Sarah melonggo, masih terkejut dengan respon sahabatnya itu. Zahra menyudahi tawanya, lalu menghampiri kucing itu dan membungkusnya dengan sapu tangan miliknya. “Paling kucing ini jatuh dari atas atap, tadi aku emang dengar suara jatuh. Mungkin suara kucing jatuh,” jelas Zahra pada teman-temannya. Semua langsung bubar jalan. “Eh, kalian beneran gak percaya sama aku? “tanya Sarah lagi. Kerly mengangguk. “Kamu juga, Zahr? “ Zarah mengangkat bahunya. Sarah menghela nafas panjang, “gini nih nasib punya sahabat gak ada yang satu haluan. Jadi ngayalnya gak bisa barengan,” gerutu Sarah. “Lagian, aneh-aneh aja sih. Hari ini kita ke tokoh buku ya, biar aku beliin kamu buku sejarah nabi. Biar gak ngayal muluk,” sahut Zahra. “Beneran ya....pulang sekolah aku di traktir buku.. “ Zahra mengangguk. “Insyallah. Buruan yuk ke UKS keburu masuk nih.. “ **** “Assalamualaikum....” Zahra masuk ke rumah dan langsung memeluk umi. “Waalikumsalam, anak umi akhirnya pulang juga.” Umi balas memeluk Zahra. “Ada apa nih kayanya bahagia banget?” “Zahra bahagia habis dapet diskon besar-besaran di toko buku, Mi. Makanya Zahra bahagia banget....“ Zahra membuka tasnya dan menunjukkan koleksi buku yang baru ia dapatkan dengan harga miring. “Alhamdulillah jadi bisa nabung...,”sahut umi. “Iya, Mi. Alhamdulillah....” Zahra kembali memeluk umi. “Mi, Abi mana? “ “Abi di kamar.” “Kalo gitu, Zahra mau ke kamar nemuin abi.” Zahra berlari ke kamar. “Assalamualaikum, Bi... “ “Waalaikumsalam..” Zahra mencium tangan abi. Gadis itu lalu duduk di kursi kerja milik abi. “Abi, lagi ngapain? “ “Hem, ini cuman nulis.. “ “Oh, nulis novel ya Bi? “ Abi menggeleng. “Bukan. Abi cuman inseng nulis aja.” “Oh gitu,” Zahra manggut-manggut, gadis itu berniat menunjukkan novel-novel yang baru ia beli, namun Zahra mengurungkan niatnya setelah melihat ekspresi wajah abi. “Abi kenapa? “ “Ha?” alis abi menaut. “Kayanya abi lagi sedih ya? “tanya Zahra memperjelas. Abi tersenyum, lalu mengelus pucak kepala Zahra. “Insyallah, abi baik-baik aja kok sayang.” “Oh iya, kamu gak ke rumah Bulek? tadi bulek telepon abi, nanyain Zahra“ “Rencananya hari ini Zahra mau ke rumah Bulek tapi tadi ada diskon besar-besaran di toko buku, Bi. Makanya Zahra, Sarah dan Kerly ke sana, Bi.” “Oh, gitu.” Abi tersenyum. “Tetap jaga silaturrahmi ya, Nak. Bulek itu satu-satunya saudara kita. Wajar kalo Bulek kangen sama kamu. Kamu juga satu-satunya sepupu Maryam. “ “Kamu beruntung, Nak, punya bulek dan sepupu yang sangat sayang kamu. Kalo terjadi sesuatu, ingat kamu gak sendirian.” “Iya Bi, Zahra sebenarnya juga kangen sama si comel Maryam.... kita ke sana yuk, Bi.. “ “Besok saja, ya sayang. Insyallah. “
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD