Jingga Pov. Cahaya sore hari melimpahi tempat kami berada. Aku berkeringat dengan cara yang tidak biasa. Tidak seperti dugaanku saat datang ke rumah Irvan, aku berkeringat karena hal lain yang bukan disebabkan sek* panas dan keras. Dia tidak melakukannya dan menyuruhku melakukan hal lain demi menghormati adat orang Indonesia. Padahal aku sudah sangat kotor dan tidak layak dihormati. Tapi dia memperlakukanku dengan hormat. Itu membuatku kembali dihantam rasa sakit di perutku. Seperti ditonjok kebenaran yang bahkan tidak aku sadari. Bagaimana aku bisa terlambat sadar tentang Kevin, seandainya ia mencintaiku seharusnya ia menjagaku dan memghormati seperti yang Irvan lakukan. Tapi dia justru membuatku seperti ampas tebu. Dan aku terlalu bodoh untuk melihat kenyataan karena terpedaya fisik

