Lolos

1529 Words
Kevin bertindak seolah dia sedang kepanasan dan berusaha untuk melepaskan pakaian lengkap yang sudah melekat di tubuhnya. Dia membuka pin dasi yang tersemat di dasi yang terpasang rapi. Kemudian melemparkan ikatan pin itu dengan nafas yang memburu. Tentu saja nafasnya tidak benar-benar memburu. Dia hanya bersikap seperti orang yang terkena obat perangsangg. Lagi pula Kevin tidak sepolos itu hingga tidak tahu ciri - ciri dari orang yang terbius obat. 'Bukan hanya kau yang bisa pura - pura. Aku tidak suka akting murahan seperti ini tapi aku melakukannya demi Jingga.' "Ah panas... kenapa panas sekali?" gerutu Kevin. Mei memperlihatkan wajah penuh nafsu melihat suaminya yang kepanasan akibat obat yang ia berikan mulai beraksi. Nafasnya ikut memburu melihat jas yang Kevin pakai sudah tergeletak di lantai. Dia menyeringai senang karena Kevin yang terengah-engah sambil memegang meja sedangkan tangannya yang lain mencoba melepaskan pakaiannya sendiri. 'Obatnya mulai bereaksi. Ini sangat bagus...' batin Mei. Wanita itu mulai menjalankan aksinya. Dia menunjukkan ekspresi kebingungan sekaligus keserakahan. "AC nya nyala kok. Kenapa kamu bilang panas?" tanya Mei sok polos. "Tidak, badanku seperti terbakar..." "Kevin apa yang terjadi padamu?kau tidak apa - apa? Lihatlah, wajahmu memerah..." Tanya Mei. Dia sengaja menempelkan dirinya pada Kevin agar suaminya semakin tidak bisa mengendalikan dirinya. Mei tahu benar reaksi sekaligus katalisator orang yang terkena obat laknatt itu. 'Andai saja kau mudah ditaklukan maka aku tak akan melakukan hal ini. Sebentar lagi kita akan memadu kasih.' Mei menunggu Kevin bertindak di luar kendali. Rasanya ia sudah tidak sabat. Bagaimanapun dia sudah lama menantikan malam pertama pernikahan mereka yang sudah lama berlalu. Kevin selalu menghindarinya tak perduli apapun yang ia lakukan. Dia akhirnya merasa penantiannya terbayar berkat obat itu. Sesuatu di antara kedua kakinya bahkan sudah basah menantikan Kevin, imajinasinya segera mengembara sehingga tangannya mencengkeram kemeja Kevin yang terbuka tiga kancing sehingga memperlihatkan otot indah hasil latihannya. "Apa yang kau lakukan!?" Tanpa disangka -sangka Kevin justru mendorong tubuh Mei hingga terjungkal ke lantai. Pria itu masih menatapnya dengan kebencian meski matanya tidak lagi setajam biasanya. Ada tatapan jijik pula dibalik tatapannya pada Mei. Brug. "Kyaa! Kevin?" pekik Mei. "Jangan sentuh aku... hah hah..." desis Kevin. Kevin terhuyung - huyung berlari meninggalkan ruang tamu sambil memegangi kemeja yang hendak dia lepas. Dia tampak terburu- buru menuju ke mobil dan langsung menjalankan kendaraannya meninggalkan kediaman Broto. Dia tidak bisa membiarkan Mei mengejarnya sehingga ia harus tetap berpura - pura. "Kevin! Tunggu!" teriak Mei. Dia memaksakan diri bangun dari lantai untuk mengejar Kevin. "Ini gawat, " guman Mei. Dia sangat ketakutan melihat Kevin yang meninggalkan rumah dalam keadaan kepanasan seperti itu akibat obat. Khawatir jika pria itu akan meniduri wanita sembarangan untuk meredakan efek dari obat. Itu akan menjadi pukulan telak baginya. Dia yang berusaha tapi wanita lain yang dapat hasilnya. "Bagaimana ini?! Seharusnya tidak begini ceritanya!" Mei hanya menatap pagar tempat Kevin pergi. Dia sama sekali tidak tahu jika Kevin di dalam mobilnya hanya mengumpat pada wanita berotak kotor itu. Bulu kuduknya merinding membayangkan dia meniduri janda dari pria tua bangka. Pasti sangat menjijikkan. "Dasar wanita gila. Kenapa ada wanita semesum itu sekaligus tak tahu diri?" gerutu Kevin. Begitu lolos dari Mei, Kevin berniat ingin mengunjungi apartemen dari pada pulang ke rumah. Dia lebih memilih ke tempat Tiara, bukan ke tempat ibunya karena ia tidak tahan melihat ibunya yang sering menatapnya dengan pandangan menyesal. Dia juga merindukan gadis yang memiliki profesi sebagai model majalah dewasa yang bahkan pernah membawa victoria secret di cat walk. Kevin naik lift ke lantai tempat apartemen Tiara. Dia mengambil kartu untuk mememasuki apartemen Tiara tapi setelah ia mencari ke semua ruangan ia tidak bisa menemukan di mana wanita itu berada. "Tiara?!" "Tsk, kenapa dia justru tak ada di rumah..." Kevin mengambil ponselnya dan menghubungi wanita itu. "Halo?" jawab Tiara dari balik ponselnya. "Tiara kau ada di mana? Kenapa aku tidak bisa menemukanmu di apartemen?" tanya Kevin. Sesuatu dalam celananya butuh untuk dipuaskan, karena Jingga belum ia dapatkan dan belum percaya sepenuhnya padanya--- maka hanya Tiara yang bisa menjadi pelampiasan. "Aku ada pemotretan. Tapi kenapa kamu ada di apartemenku, bukankah kamu bilang kita ngak akan ketemu untuk sementara waktu?" tanya Tiara melalui telepon. " Ceritanya panjang dan jika kamu memiliki kesibukan maka aku akan pergi dari sini." Mood Kevin turun drastis mengetahui Tiara tidak bisa memuaskannya. Jadi ia tak perlu membuang waktu untuk tetap di apartemen kosong. "Yah sayang sekali. Seandainya aku tahu kamu akan datang maka aku bisa menolak pemotretan ini, " sesal Tiara. "Tidak tidak. Akulah yang tidak mengubah rencana jadi jangan menyalahkan dirimu sendiri. " "Baiklah Kevin. Bye ..." Kevin akhirnya menuju ke perusahaan dimana Jingga berada. Akan tetapi ia tidak langsung menuju ke perusahaan HA Ekspres melainkan kembali ke kantor nya sendiri. Dia tidak ingin mengambil resiko, dan berjaga - jaga seandainya Mei tiba-tiba datang ke perusahaan HA Ekspres. Akan sangat konyol jika ia ketahuan Mei dalam kondisi baik-baik saja, padahal ia sudah meminum obat yang ia persiapan. "Gara - gara wanita itu aku tidak bisa menemui dua gadis favoritku..." gerutu Kevin. Kali ini Kevin kembali mengambil ponsel dan tujuannya adalah menggoda Jingga lagi. *** Untuk sesaat Jingga melupakan masalah Kevin dan Mei. Dia terlalu sibuk di depan komputer untuk menyelesaikan semua file Jingga yang tidak memiliki waktu untuk bersantai ketika di depannya ada laporan yang siap membuatnya lembur. Ketika ia memeriksa laporan tiba- tiba ponselnya bergetar dan ia mendapat sebuah kiriman pesan dari seseorang yang sempat ia lupakan saat sibuk. From Daddy Kevin. Hai kau merindukanku? Jingga melihat pesan yang dikirim oleh Kevin kepadanya. Jingga menduga pasti pria ini sudah lepas dari Mei sehingga ia bisa mengirimi pesan menggoda padanya. Sekali lagi dia tidak bisa membayangkan bagaimana ekspresi wajah Mei yang tidak berhasil melakukan rencananya. Wajahnya pasti sangat bagus untuk ditonton. 'Bagaimana cara Kevin lolos ya?' Mungkin saja saat itu Kevin melarikan diri dari Mei. Sejujurnya dia penasaran bagaimana cara Kevin bisa meloloskan diri dari Mei. Apakah pria itu pura-pura pingsan lalu pergi saat Mei tidak sadar, atau dia melarikan diri dari Mei secara terang - terangan. Entahlah... yang pasti dia akan melihat kembali tindakan yang dilakukan Kevin dari CCTV yang ada di kamar sama ayahnya. Alat itu memang sangay berguna. To Daddy Kevin. Hari masih terlalu pagi? Kau ingat? kita bahkan baru berpisah selama satu jam. Send... Mau tak mau pesan yang dikirim oleh Kevin membuyarkan konsentrasi Jingga. Dia jadi asyik membalas pesan dari Kevin. From Daddy Kevin. Tapi aku sangat merindukan mu sampai rasanya tak tertahankan. Jingga tersenyum manis, tanpa sadar wajahnya merona. Rayuan Kevin berhasil membuatnya tersipu meski dari ponsel. To Daddy Kevin. Apa yang membuat Daddy merindukanku. Aku tak secantik Bibi Mei... Send. Getaran di ponselnya dengan cepat membuat Jingga mengangkat alis. Balasan dari Kevin begitu cepat sampai membuatnya kebingungan. From Daddy Kevin. Jangan bandingkan wanita penyihir dengan princess sepertimu. Kalian sangat berbeda jauh. Jingga terkikik dan asyik membalas pesan Kevin, sampai Lisa datang dan mengingatkan akan rapat yang harus ia hadiri--- barulah ia berhenti. "Bu, sudah saatnya rapat. " Jingga tersadar dan merasa konyol atas apa yang sudah ia perbuat. Seharusnya dia tidak bisa begitu saja terlena dengan pesan yang dikirim oleh Kevin sebab ia masih memiliki tanggung jawab untuk menstabilkan kembali kondisi perusahaan. 'Bodohnya aku...' batin Jingga. Jingga harus merasakan lelahnya lembur akibat memeriksa dokumen karena terlalu asyik dengan Kevin. Padahal ia ingin menyelesaikan sekarang tapi ia tak bisa membiarkan semua orang menunggu. "Apa semua kepala devisi sudah berada di ruang rapat, Mbak Lisa?" tanya Jingga. Dia mengambil tas untuk mengeluarkan cermin. Jingga menatap cermin kecil dan mengoleskan lipgloss agar tidak pucat. "Sudah Bu..." jawab Lisa. Tapi dia sangat tidak nyaman memanggil Jingga dengan sebutan 'Bu' padahal usia Jingga masih berada jauh di bawah usianya. Namun ia harus membiasakan diri agar Jingga tidak merasa dipandang sebelah mata. "Ayo kita ke sana." Dengan ketidak hadiran dari Kevin maka Jingga bisa kembali ke sifatnya yang asli. Dia tidak lagi nampak ketakutan seperti menghadapi orang - orang yang sudah menggelapkan dana perusahaan. Jingga bersikap profesional dan sudah sangat siap untuk berdebat atau menghadapi siapapun demi menjaga kestabilan perusahaan. *** Di gedung yang sama tapi lantai yang berbeda, Kevin merasa aneh saat Jingga tidak lagi membalas pesannya. Dia pun melihat jam dan baru sadar jika sudah melewatkan waktu begitu lama untuk saling membalas pesan dengan Jingga. Sungguh tak pernah ia sangka jika berkomunikasi seperti ini sangat menyenangkan, padahal dulu ia bukan orang yang basa basi. Tak lama kemudian dia tertawa menyadari jika berbalas pesan dengan Jingga sangat menyenangkan. Dia bahkan tidak mengingat apapun selain harap - harap cemas menantikan jawaban dari gadis itu. "Pantas saja Jingga tidak membalas pesanku, rupanya sudah terlewat dua jam..." gerutu Kevin. "Ya ampun, aku harus menyiapkan diri untuk rapat nanti. " "Jody coba bawakan materi yang akan kita bahas dalam rapat bersama dengan HA Ekspres nanti!" perintah dari Kevin melalui telepon kantor. "Aku tidak sabar bertemu dengannya," guman Kevin. Jika ada mengira Kevin mulai jatuh cinta dengan Jingga maka ia salah. Yang dipikirkan pria itu hanya mencicipi buah segar yang original. Kevin masih tetap memiliki kasih sayang pada Tiara. Jody datang dan membawa materi yang sudah disusun oleh Jingga kemarin agar bisa meneruskan kerja sama dengan perusahaannya. Rupanya dia tidak kesulitan menyusun presentasi dan proposal dengan sempurna, yah meski Kevin juga ikut memberi saran agar presentasinya bagus. Tbc.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD