“Aku merindukanmu, Sayang.” Bisikan lembut Galaksi membuai indera pendengaran Vania. Pria itu memeluknya dengan erat seolah ingin menyatakan perasaan saat ini padanya, tetapi Vania masih tidak meresponnya. “Kenapa diam saja, hm? Apa kamu tidak merindukanku?” tanya Galaksi sembari meletakkan dagunya pada pundak istrinya tersebut. Helaan napas panjang berembus dari bibir Vania. Ia memutar tubuhnya agar berhadapan langsung dengan suaminya tersebut sehingga pelukan pria itu terlepas. Mulut Galaksi terbuka syok ketika melihat bola mata istrinya yang basah dengan sisa buliran kristal yang masih membasahi wajah wanita itu. “Kenapa kamu menangis, Sayang?” tanyanya panik. Bibir Vania mengerut masam untuk menunjukkan kekesalannya kepada suaminya tersebut. Sorot matanya memandang Galaksi dengan

