Amor Caecus Est

1270 Words
Kepalan tangan seseorang dari balik pintu semakin kuat dengan rahang mengeras dan mata merah menahan emosi yang sudah membara dalam hati. Suara erangan, jeritan, dan desahan terdengar dari luar begitu jelas. Sudah cukup! Aaron sudah tidak tahan lagi mendengar penyatuan dari dua manusia yang berada di dalam ruangan sana. Brakk! Pintu ruangan gudang terbuka lebar dalam satu kali tendangan kuat dari Aaron. Dua orang yang sedang bermadu kasih sama-sama terkejut atas kedatangan tak terduga dari Aaron. Derry segera menyingkir dari atas tubuh seorang gadis yang baru saja di renggut keperawanannya oleh dirinya. Buru-buru ia memakai kembali celana yang semula ia lempar. Begitu pun dengan Angela yang sebisa mungkin menutupi tubuh telanjangnya dengan selimut. Prok! Prok! Prok! Suara tepuk tangan Aaron terdengar nyaring memenuhi ruangan yang minim pencahayaan. Wajahnya datar dan dingin dengan mata menyorot tajam. Kakinya melangkah pelan mendekati dua manusia itu. "Wow! Luar biasa. Hebat dan menakjubkan. Kebohongan apa lagi yang masih kalian tutupi dari saya?" Tidak ada bentakan untuk kali ini, tapi tersirat ketegasan yang luar biasa. "Sa-sayang, ini gak seperti apa yang kamu lihat. Aku bisa menjelaskan semuanya." Angela mencoba untuk menjelaskan. Bahkan air mata sudah menetes membasahi pipi. Keringat dingin sudah membanjiri sekujur tumbuhnya. Sudah pasti Aaron akan marah besar dan bisa jadi laki-laki itu tidak akan percaya lagi padanya. Seulas senyum smirk terukir dari kedua bibir Aaron. Wajah manis dan lugu Angela yang selama ini selalu damai di mata Aaron, telah hilang, musnah di telan kenyataan pahit. Benar-benar tidak disangka. Angela melempar pandang pada sosok pemuda yang baru saja merenggut keperawanannya. "Der, tolong kamu jelaskan apa yang sebenarnya terjadi sama Kakak kamu, Der! Jelaskan sama Aaron sekarang, Der!!" tuntut Angela dengan berderai air mata Aaron menatap pada Derry yang sedari tadi diam membisu. Bahkan pemuda itu tidak berani mengangkat kepalanya. Namun, Aaron dapat melihat kepalan yang kuat pada tangan Derry. "Der! Kenapa kamu diam aja?! Jelasin sama Kakak kamu, Der!" jerit Angela saat Derry tak kunjung membuka suara. Angela memandang pada Aaron yang semakin merah padam menahan amarah. Tatapan tajam Aaron membuat Angela semakin ketakutan, terlebih lagi Derry tak kunjung membuka suara untuk menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi di antara mereka. "Sayang, aku bisa jelaskan semuanya. Ini gak seperti apa yang ada dalam pikiran kamu, Sayang. Aku bisa jelasin semuanya! Aku pasti di jebak! Ini bukan keinginan aku atau Derry!" Sebisa mungkin Angela mencoba menjelaskan apa yang terjadi antara dirinya dan Derry. Aaron mendengus kasar. Apa katanya? Di jebak? Di jebak hawa nafsu maksudnya? Suara desahan, erangan, sampai jeritan yang membuat telinga Aaron panas, apa masih bisa di sebut itu bukan keinginan mereka? Lucu sekali! Angela semakin frustasi saat ruangan sempit itu tidak ada suara lain, selain suara tangisannya. Kakak beradik itu terdiam dalam kebisuan. "Sayang, kamu jangan begini dong, aku takut...." Isakan Angela semakin melemah, air mata tak henti membasahi pipi. Aaron mendelik tajam pada sang kekasih, lalu beralih tatap pada Derry yang masih dalam posisi sama. Sampai pada akhirnya, Aaron mengeluarkan suara untuk bicara. "Gak akan pernah ada pernikahan yang terjadi di antara kita. Hubungan kita cukup sampai di sini." Duaarr! Bagai petir di siang bolong, tidak terduga sama sekali kalau ini akan terjadi. Aaron memutuskan hubungannya dengan Angela yang bahkan satu minggu lagi mereka akan meresmikan hubungan sebagai seorang suami istri. Namun, mimpi indah Aaron atau pun Angela pupus sama-sama pupus sampai di ini. Bukan hanya Angela yang terkejut, tapi begitu pun dengan Derry. Pemuda itu menatap tidak percaya pada sang kakak. Angela menggelengkan kepala beberapa kali. "Gak! Kita harus menikah, Sayang! Kamu gak boleh putusin aku!" jerit nya menolak. Ingin hati berlari memeluk tubuh tegap itu, namun ia tidak bisa melakukannya. Selain karena tubuhnya yang tidak terbalut sehelai benang pun, ada rasa nyeri yang Angela rasakan pada inti k*********a. Kemudian, kakak beradik itu saling beradu pandang. Seperti ada kilap api persaingan. Dan dengan secepat kilat, Aaron melangkah lalu menarik paksa kerah baju Derry lantas menariknya keluar dari dalam ruangan. "Sini kamu!" Aaron menarik paksa Derry. Angela menjerit frustasi. Ia menjambak rambut nya dengan kuat. "AAAA!!" Sudah bisa di pastikan kakak beradik itu akan terlibat dalam pertengkaran. Bugh! Bugh! Aaron melayangkan tinjuan begitu mereka sampai di luar. Tidak terima mendapat tinjuan dari sang kakak, Derry segera membalasnya. Ia melayangkan tinjuan pada Aaron sebagai balasan. Bugh! Kini bukan lagi tinjuan, tapi tendangan, tamparan, semua tindak kekerasan dalam pertengkaran terjadi antara Aaron dan Derry. Mereka tidak melihat dengan siapa mereka berkelahi. Emosi yang menggebu tak mampu di redakan oleh air. Keduanya gelap mata. Luka lembam sudah memenuhi wajah masing-masing. Bugh! Bugh! Tubuh Derry terhempas saat Aaron memberikan tinjuan double di wajah lalu menendang keras perut Derry, hingga pemuda itu tak bisa menyeimbangkan tubuh dan tersungkur di atas lantai. Aaron menarik kerah baju Derry yang masih berada di atas lantai, bahkan pemuda itu sudah batuk-batuk menahan nyeri akibat serangan sang kakak. Namun, Aaron tidak peduli ia sudah gelap mata tertutup emosi yang membara. "Kenapa lo bisa ngelakuin itu sama Angela? Kenapa, Der!!" teriak Aaron menggebu. Derry mendengus kasar. Membuang wajah ke arah lain, membuat amarah Aaron semakin menggebu. Cengkeraman nya semakin kuat dan membuat Derry terbatuk. "JAWAB GUE, DERRY!" Derry tak kunjung membuka suara. Rahang pemuda itu mengeras. Tak kuasa menatap mata tajam Aaron. Plak! Panas. Itu yang Derry rasakan akibat tamparan dari sang kakak. "GUE TANYA KENAPA KALIAN BISA NGELAKUIN HAL MENJIJIKAN SEPERTI TADI, DERRY! JAWAB GUE!" "KARENA GUE CINTA SAMA ANGELA! PUAS LO!" teriak Derry menjawab dengan mata menyorot tajam. Napasnya memburu. Seperti ada bongkahan es yang menerjang tubuh Aaron saat ini. Cengkeraman tangan Aaron di kerah baju Derry mulai mengendur. Apa katanya? Cinta? Yang benar saja! Perlahan, Aaron berdiri di susul oleh Derry yang turut bangun. "Apa maksud lo?" Aaron bertanya dengan suara yang kembali normal. Derry menjilat bibir yang terasa kering. Kemudian ia menjawab, "gue cinta sama Angela." "BERENGSEK!" Bugh! Derry terpejam merasakan tinjuan dari Aaron, namun kali ini ia tidak membalas. "Kenapa lo cinta sama Angela? Sejak kapan, ha?! Lo tahu kan, Angela itu siapa?!" Napas Aaron memburu. Kepalan tangannya masih keras. "Gue tau! Angela emang pacar lo, Bang! Tapi gue juga gak bisa ngendaliin perasaan gue sama dia." Napas Aaron tercekat. Matanya terpejam, lalu mengusap wajah beberapa kali. Derry menundukkan pandangan. Pemuda itu sadar, rasa cinta nya pada Angela tidak seharusnya di biarkan tumbuh semakin dalam. Karena sering melihat Angela datang ke rumah menemui Aaron, menimbulkan rasa tertarik dalam hati Derry sampai akhirnya ketertarikan itu menjadi cinta. Aaron melangkah lebih dekat pada Derry. "Terus lo ngelakuin ini buat ngehancurin hubungan gue sama Angela, iya?! Lo jebak dia pake apa, ha?!" "Gue terpaksa, Bang! Gue hilang akal! Gue cuma mau Angela jadi milik gue! Gue tau ini salah, tapi gue juga manusia, Bang. Gue mau ngerasain cinta. Dan pilihan jatuh sama cewek lo, Angela." Sekarang Aaron tahu, kenap Angela bisa melakukan sesuatu yang semestinya tidak terjadi. Angela bukan gadis nakal yang kenal dengan dunia malam yang kejam. Aaron yakin, yang di maksud jebakan oleh Angela adalah Derry. Aaron mencengkeram kembali kerah baju Derry. "Jawab gue, apa yang lo beri sama Angela sampai dia mau melakukan itu sama lo." Untuk beberapa detik lamanya, mereka bertahan dalam posisi itu. Sampai akhirnya, Derry membuka mulut untuk bicara. "Obat perangsang." "Bajiingan!" Bugh! Derry kembali tersungkur. Aaron mengusap wajah beberapa kali. Derry, adik kandungnya sendiri telah menjebak calon kakak iparnya dengan memberikan obat perangsang. Gila! "ARGHH!!" Cinta? Nyatanya tidak seperti yang selama ini di gembor-gemborkan banyak orang sebagai rasa yang paling indah. Terkadang, cinta juga menjadi boomerang dalam kehidupan. Orang bisa gelap mata saat merasakan fase jatuh cinta. Dan benar, jika cinta memang buta dan tuli. Tidak bisa melihat ketulusan yang sebenarnya dan tidak bisa pula mendengar sesuatu yang buruk dari cinta. Semua terasa indah.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD