Speerspitze

1507 Words
Malam satu hari sebelum kegiatan magang Var berakhir. Ia memikirkan lagi ucapan Val. Di luar itu Val bersikap seolah tak ada yang terjadi. Terlebih di hadapan bundanya. Semua terlihat masih sangat biasa. Tapi, itulah yang membuatnya tambah merasa ngeri. Sedalam apa rahasia mereka sampai harus dilindungi sampai segitunya…? Tring! Prof. Handsome: heh, kalian tau sesuatu soal persahaan Æthernal Corp. gak? Dr. Baek Sen Jo: ya tau, lah. Yang punya sekolah lo kan. Prof. Handsome: apa di luar negeri lo pernah denger sesuatu soal kisruh bisnis gelap mereka? Dr. Baek Sen Jo: mana ada yang kayak begituan, anjir. Bokap gue kenal sama yang punya, kok. Orangnya terkenal cukup baik, lho. Napa, dah? Sepertinya Baek juga tidak tau apa pun. Percuma saja tanya pada dia. Tak lama kemudian. Dr. Baek Sen Jo: Æthernal Corp. berdiri delapan tahun lalu di bawah tangan dingin Naryama Martaka, founder dari perusahaan tersebut bersama dengan co founder yang bernama Kayana Scholaige. Membaca itu Var langsung membatin, jyah, infonya basic banget. Kalau begitu doang mah anak TK juga tau rasanya. Dr. Baek Sen Jo: tapi, emang ada yang aneh sebenernya. Prof. Handsome: Apa?! Dr. Baek Sen Jo: kayaknya Æthernal Corp. merupakan remake dari perusahaan yang udah berdiri sebelumnya. Tapi, informasi tentang itu semua udah tidak ada. Var yang tadi hamper menyerah kini jadi semakin tertarik. Jemarinya sampai bergetar tak mampu mengetik balasan. Dr. Baek Sen Jo: ada rumor beredar di kalangan para pengusaha Indonesia bahwa Naryama Martaka telah “merebut” perusahaan sebelumnya dengan cara licik dan membunuh pemiliknya. Tapi, nih orang emang cemerlang. Nggak peduli gosip apa yang ditujukan sama dia. Dia malah makin gencar menginvasi perusahaan-perusahaan lain hingga bertekuk lutut. Ibaratnya, “sekarang lo mau ngapain aja bukan urusan gue. Elu yang butuh gue”. Gitu, bro. Dr. Baek Sen Jo: kenapa dah nanya soal ginian? Prof. Handsome: lo tau sesuatu soal latar belakang Ariy gak sih, Baek? Dr. Baek Sen Jo: cuma sebatas kenal, tapi nggak tau tau banget. Ariy kan nggak cupu kayak lo juga. Prof. Handsome: kalau… bokap lo kenal sama general manager Æthernal Corp.? Beberapa saat kemudian. Dr. Baek Sen Jo: kenal. Bokap gue malah lebih sering ketemu sama general managernya timbang presiden direktur atau yang punya. Beberapa pekerjaan presiden direktur bahkan sering dialihkan ke general manager. General manager Æthernal Corp. cukup terkenal di antara kolega maupun relasi. Var langsung merinding. Ayah sahabatnya sendiri, lho. Dikara Halayuda yang sangat terkenal lagi jumawa di dunia bisnis Indonesia. Bahkan banyak orang mengetahui soal itu. Dan biasa saja. Ia tak mungkin mengulik lebih jauh jika tak ingin dikira orang sinting. “Gue nggak tahan lagi. Gue harus segera mengetahui kenyataan di balik semua ini.” Berangkatlah ia menuju pertentangannya akan keputusan Sang Ayahanda. * “Lantai satu sampai empat belas sudah clear. Semua lorong sudah aman terpantau. Tak ada tanda-tanda keberadaan orang lain. Seluruh pengawas sanggup dilumpuhkan,” kata Var menunggu lift lantai empat belas terbuka. Tinggal satu langkah lagi menuju kebenaran. Ia sudah meretas seluruh kamera pengawas di rumahnya. Kabur lewat jalan tikus. Sampai di gedung kantor Æthernal Corp. lengkap dengan bekal peretas yang sudah ia siapkan sejak pagi. Sempat bertemu dengan penjaga keamanan yang hilir mudik di dalam kantor. Tapi, semua itu bisa diatasi dengan mudah. Dan di sinilah ia berada. Di lantai sembilan belas. Lantai di mana terdapat ruangan General Manager Jin Ma. Yang ia percaya di dalamnya terdapat semua yang ingin ia ketahui. Sebuah informasi. “Nggak disangka keamanannya lemah banget,” komentarnya sambil mengutak-atik mesin kunci pintu ruangan Jin Ma. Jezz. Blezz. Terbukalah dengan mudahnya. Di balik pintu terdapat suatu ruangan besar yang mewah. Tak mengejutkan jika mengingat posisinya. Tapi, tak seperti ruangan general manager biasa. Ruangan Jin Ma rumit. Tidak langsung pada intinya. Ada lorong-lorong yang didesain klasik. Dalam kegelapan malam. Ia tak boleh mengeluarkan cahaya yang terlalu mencolok. Dikenakan kacamata infra merahnya. Di ruangan utama. Ia disambut oleh sebuah lukisan besar. Menampilkan tiga orang sebagai modelnya. Yang sebelah kanan bertubuh tinggi dan berambut panjang. Wajahnya terlihat ramah dan bersahabat. Yang sebelah kiri bertubuh lebih pendek. Berwajah ketus dan dingin. Rambutnya pendek rapi ditata runcing-runcing. Penampakan orang di kiri dan kanan seolah menunjukkan dua dunia berbeda. Di bagian tengah. Duduk seseorang dengan wajah tanpa ekspresi. Keberadaannya seolah menetralkan dua pria di sisinya. “Ini kan Ariy. Berarti yang kiri Presiden Direktur Kayana. Yang kanan… CEO Naryama, kah? Nggak ada tampang pembunuh dan penjahat k**i, ya. Daripada potret CEO, Presdir, sama General Manager. Mereka keliatan kayak dua ksatria yang melindungi seorang putri. “Anjay.” Usai mengamati lukisan itu. Var kembali ke tujuan awalnya. Ia tau semua informasi penting pasti disimpan dalam penjagaan super. Tapi, ia juga super. Ia telah menyiapkan semua perangkat yang bisa digunakan untuk membobol pengamanan jenis apa pun. “Yah, datanya nggak ada yang print out. Semunya bener-bener berbentuk data,” katanya mengamati ratusan keping folder yang tersusun rapi dalam berankas digital. Kalau begini satu-satunya cara adalah men-copy sebanyak mungkin folder ke perangkatnya. Usai dengan folder-folder yang siap ia buka di rumah. Ia memeriksa lagi bagian meja kerja. Tempat ini biasanya tempat vital banyak orang menyimpan beragam informasi. Mereka bisa saja tidak memikirkan apa yang mereka simpan dalam laci meja kerja mereka. Tapi, pasti sesuatu yang penting. “Hasil ujian. Hasil rapat SUP. Daftar must buy fashion item. Daftar belanja bulanan. Proposal belanja rumah tangga. Daftar pengeluaran gaji pekerja Mis... Cukimay! Apaan ini?” emosinya mengamati semua hal tidak penting itu. Greek. Tiba-tiba kursi meja kerja bergerak sendiri. Di ruangan yang hanya ada dirinya. Kursi itu bergerak. Kayaknya gue harus kabur. Cklik. Sekarang semua lampu menyala dengan sendirinya. Hiasan merry go round berputar tanpa ada yang menyentuh. Suasana horor membuat bulu kuduknya meremang. “Lo ngapain?” tanya Ariy keluar dari kolong meja. What the-… “Gue nggak ngapa-gapain. Elo yang ngapain,” jawab Var terkendali. “Gue emang tidur di sini,” akunya merujuk pada desain kolong meja yang seperti tempat tidur. “Rumah lo? Hotel? Wisma? Penginapan?” tanya Var ngalur ngidul. “Yang terpenting ngapain lo dengan tampilan maling gitu di sini? Ruangan ini dijaga sistem keamanan tujuh belas lapis yang nggak mungkin ditembus. Ditambah metode pengamanan terbaru dari United State of America. Pengamanan ruangan ini lebih baik dari pengamanan yang digunakan buat ngejaga lukisan Monalisa di Museum Louvre. Dilengkapi dengan detektor sidik jari dan pemindai retina super canggih yang nggak mungkin terkecoh sama segala jenis peretasan dalam bentuk apa pun. Pengamanan ruang ini juga… bla bla bla.” Telinga Var nyaris sakaratul maut mendengar ocehan Ariy. “Intinya gimana lo bisa masuk?” Inti yang sangat singkat, batinnya. “Gue datang ke sini hanya untuk menanyakan satu hal,” jawab Var. “Apa?” tanya Ariy sambil mengucek mata. “Apa lo akan menggunakan kekuasaan lo untuk menyingkirkan gue?” tanya Var. “Lo ngomong apa, sih?” tanya Ariy menggelengkan kepalanya tak mengerti. “Apa lo nggak akan merekrut gue karena benci sama gue?!” tanya Var. “Lo mau gue jawab?” tanya Ariy balik. Var mengangguk. “Om Val miscall gue daritadi. Harus gue telpon balik nggak, ya?” tanya Ariy seraya menatap layar gelap Iphone-nya. Terdengar derap langkah menuju ruangan Jin Ma. Itu adalah langkah-langkah petugas keamanan yang telah siuman dari efek asap pembius Var. “Pak Jin Ma, kantor kita diserang penyusup. Apa Anda baik-baik saja?” tanya kepala keamanan yang bertugas, Usak. Pria bertubuh tinggi tegap itu mengamati seluruh ruangan Jin Ma. Jin Ma yang menggunakan piyama berbentuk kostum panda. Tak ada yang aneh. “Prioritaskan keamanan ruang Presdir! Jangan biarkan penyusup itu lolos! Bawa ke hadapan saya sebelum habis waktu Tahajud! Sekarang saya mau Tahajud dulu,” jawab Jin Ma. “Speerspitze,” jawab Usak beserta anak buahnya. Setelah Usak dipastikan pergi. Var keluar dari kolong meja. Ia harus segera mencaritahu alasan Jin Ma melakukan ini padanya. “Apa yang lo inginkan?” tanya Var. “Gue sangat menghormati Pak Val. Dia hebat dan berdedikasi. Dia idola gue. Sekarang gue berhadapan sama anaknya yang menyusup ke kantor orang malam-malam. Menggeledah ruangan bos-nya sendiri. Apa yang akan dia pikirkan?” “Apa yang lo mau dari gue? BILANG!” teriak Var. “Lo harus mendapatkan hukuman yang setimpal,” jawab Ariy serius. Sial! Jangan-jangan gue bakal dilaporin ke Ayah. Gue lebih takut Ayah timbang polisi. Atau gue bakal dikeluarin dari sekolah. Gue bisa dirajam sama Ayah, batin Var merinding. “Tulis kalimat Saya Tidak Akan Mengulangi Ini Dan Mulai Menghormati General Manager Ariy yang paling ganteng satu perusahaan. Tiga ribu kali.” “Itu aja?” tanya Var kaget. “Iyalah. Gue nggak mau hubungan gue sama Pak Val memburuk gara-gara lo, kucrut. Jangan tunggu gue berubah pikiran.” Var meninggalkan kantor Æthernal Corp. tanpa kehilangan suatu apa pun. Bahkan barang curiannya masih ada padanya. Ia tak tau keberuntungan macam apa ini. Di ruangannya. Ariy menggunakan HT yang biasa ia gunakan untuk berkomunikasi dengan seluruh pegawai resmi Æthernal Corp. “Dia udah pulang. Buruan balik ke posisi kalian masing-masing!” titah anak remaja itu. “Speerspitze,” jawab semua orang di gedung itu.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD