BAB 3

1087 Words
RAUL POV Setelah Ellen selesai menciumku, aku baru tersadar jika sejak tadi ada yang mengintip kami berdua dan betapa terkejutnya aku ketika mengetahui Anne daritadi memperhatikan Ellen yang menciumku " Anne!" " Mulai sekarang kita bercerai!" " Tunggu Anne! Aku bisa menjelaskan semuanya!" " Tidak ada yang perlu dijelaskan! Semuanya sudah jelas bahwa kau berselingkuh dengan wanita lain!" Aku berusaha mengejar Anne tetapi Ellen menghalangiku untuk tidak pergi meninggalkannya. " Biarkan dia pergi. Aku yakin sekarang ia membutuhkan waktu untuk sendiri" " Saya tidak bisa membiarkannya salah paham dengan kejadian ini!" " Sudahlah, lebih baik kau menginap di apartemenku. Aku yakin jika kau pulang ke rumah, istrimu tidak akan membukakan pintu untukmu" Akhirnya aku menyerah dan mengikuti saran Ellen untuk menginap di apartemennya *** RAUL POV Setelah tiba di apartemen Ellen, Ellen menyuruhku untuk beristirahat di kamarnya tetapi aku menolaknya karena dia adalah bosku " Sebaiknya kau beristirahat di kamarku. Aku akan menyiapkan makan malam untuk kita" " Tidak usah. Saya tidur di sofa saja" " Terserah kau saja. Aku ingin memasak di dapur" " Bolehkah saya membantu anda?" " Tentu saja! Sebaiknya kau tidak usah terlalu formal terhadapku. Panggil saja namaku. Anggap saja kita sekarang berteman baik" " Baiklah kalau itu maumu" Akhirnya aku membantu Ellen memasak dan ia sangat ahli dalam memasak masakan italy. Aku kagum dengan kemampuannya dalam memasak. " Mengapa kau melihatku seperti itu?" " Aku kagum dengan kemampuanmu dalam memasak" " Aku rasa banyak orang yang lebih hebat dariku" Setelah selesai memasak, kami makan malam bersama. Rasanya sangat menyenangkan bisa bersamanya. " Aku sangat senang kau ada disini." " Bolehkah aku bertanya sesuatu?" " Tentu saja! Apa yang ingin kau tanyakan?" " Mengapa sampai saat ini kau belum menikah?" Ellen terlihat sangat terkejut dengan pertanyaanku dan ia mengalihkan pandangannya dariku. " Maaf jika pertanyaanku membuatmu tersinggung" " Tidak apa - apa. Aku rasa tidak ada pria yang mau menikahiku" " Mengapa kau berkata seperti itu?" " Karena...aku.... tidak bisa... memberikan...keturunan" Aku sangat terkejut dengan pengakuan Ellen. Rasanya hatiku pedih ketika mengetahui kebenaran tentangnya. " Ellen, kau jangan pesimis. Aku yakin banyak pria yang bisa menerima dirimu karena kau wanita yang sangat baik dan peduli terhadap orang lain" " Sejujurnya aku tidak tertarik untuk menikah" " Apa yang kau inginkan saat ini?" Tiba - tiba Ellen bangkit dari kursinya dan ia berjalan ke arahku. Lalu ia duduk di sampingku. " Aku ingin kau." Aku hanya terdiam mendengar perkataannya. Rasanya aku tidak bisa terlalu lama bersamanya karena aku takut akan melakukan sesuatu di luar kendaliku. " Maaf Ellen, sepertinya aku tidak bisa menginap di apartemenmu" " Mengapa kau ingin pergi? Aku mohon menginaplah disini. Aku sangat membutuhkanmu" " Ellen, aku tegaskan sekali lagi. Hubungan di antara kita hanya sebatas pekerjaan dan tidak lebih dari itu. Lebih baik aku mengundurkan diri dan kau bisa mencari orang lain untuk menggantikan posisiku" " Maafkan aku! Aku tidak ingin kau berhenti bekerja. Aku mohon menginaplah disini. Aku berjanji tidak akan berbuat sesuatu terhadapmu" Sebenarnya aku tidak tega meninggalkannya seorang diri tetapi aku menyadari jika selama ini dia sering menolongku dan aku tidak ingin menyakiti perasaannya " Baiklah untuk malam ini saja aku menginap disini" " Terima kasih kau bersedia menginap di apartemenku" Sebagai manusia biasa aku tidak bisa memungkiri jika aku ingin bersamanya *** Keesokan harinya, aku segera bergegas pergi dari apartemen Ellen dan pulang ke rumah. "Aku pikir kau tidak ingat untuk kembali kesini!" " Anne...maafkan aku. Ku akui kesalahanku. Aku mohon terima aku kembali ke sisimu. Aku ingin menghabiskan hidupku bersamamu dan anak - anak kita" " Mudah sekali kau berkata setelah apa yang kau perbuat bersama wanita lain! Aku tidak sudi memaafkanmu!" Anne masuk ke dalam rumah dan mengunci pintu. Aku berteriak sekencang mungkin agar anak - anakku mendengar teriakanku. Aku bisa mendengar suara anak - anakku yang berdebat dengan Anne. Sepertinya mereka berusaha membujuk Anne untuk memaafkanku. Tidak beberapa lama aku mendengar ada yang membukakan pintu. Leon menyuruhku untuk cepat masuk ke dalam rumah selagi Anne sedang tertidur di kamar. " Ayah! Cepat masuk ke dalam!" " Dimana ibumu?" " Ibu sedang beristirahat di dalam kamar. Ayo cepat masuk!" Akhirnya aku kembali bersama keluargaku. Aku sangat bersyukur memiliki anak yang sangat menyayangiku. **** Ellen POV Saat aku terbangun, aku langsung mencari Raul. Ternyata ia sudah pergi dan meninggalkan secarik kertas bahwa ia pulang ke rumahnya. Terbersit perasaan kecewa di dalam hatiku saat ia memilih kembali bersama keluarganya. Tiba - tiba ponselku berdering dan aku langsung mengangkatnya " Halo" " Ellen, cepatlah kau kembali ke Belanda" " Ada apa ibu?" " Ayahmu sakit jantung dan sekarang sedang di rawat di rumah sakit. Ayahmu sangat ingin bertemu denganmu" " Baiklah! Hari ini aku usahakan untuk mencari tiket pesawat" " Ibu tunggu kau di Belanda" Rasanya masalah datang bertubi - tubi. Aku tidak kuat menanggung beban seberat ini. Andaikan Raul ada disini, aku tidak akan tertekan seperti ini. **** Raul POV Entah kenapa seharian ini aku tidak bisa berhenti memikirkan Ellen. Rasanya aku ingin menghubunginya tetapi aku tahan karena aku tidak ingin mengecewakan Anne. " Bagaimana bisa kau masuk ke dalam rumah?!" " Aku yang menyuruh ayah untuk masuk ke dalam rumah" " Leon! Berani - beraninya kau menentang ibu!" " Sudahlah Anne! Jangan kau marahi Leon!" " Aku sudah muak melihatmu disini! Keluar kau dari rumah!" Tiba - tiba Jack, Gerry dan Teressa menghampiriku " Kalau ibu mengusir ayah, kami semua akan pergi dari rumah!" Anne sangat murka mendengar perkataan anak - anak dan ia berlari ke arah kamar. Aku dan anak - anak sangat kecewa dengan sikap Anne. " Jika ayah pergi maka kami akan pergi dari rumah" " Kalian jangan seperti itu! Ayah tidak ingin kalian meninggalkan ibu!" " Tetapi ibu sangat jahat terhadap ayah!" " Teressa, semua ini kesalahan ayah. Jadi ayah pantas untuk pergi dari rumah" " Aku mohon ayah jangan pergi meninggalkan kami....kami sangat menyayangi ayah" Aku sangat terharu mendengar permohonan anakku. Sejujurnya aku tidak rela meninggalkan mereka karena mereka adalah harta yang paling berharga untukku. " Baiklah, ayah berjanji tidak akan meninggalkan kalian" " Benarkah? Aku sangat senang ayah tidak meninggalkan kami" Aku rela mengorbankan kebahagiaanku untuk melihat anak - anakku tersenyum. Aku tidak sanggup menyakiti perasaan orang - orang yang kusayangi. **** RAUL POV Saat malam tiba, aku berusaha membujuk Anne untuk memaafkan kesalahanku hingga akhirnya ia luluh dan menerimaku kembali ke sisinya " Maafkan aku, sayang. Aku berjanji tidak akan mengulangi kesalahanku" " Aku minta maaf karena berbuat kasar terhadapmu" Aku bersyukur keluarga kami kembali rukun. Aku bertekad di dalam hati untuk memberikan seluruh cintaku hanya untuk keluargaku
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD