Dibawah Kuasa Iblis

1659 Words
Anna terbangun dari tidurnya, kepalanya terasa pening, bahkan penglihatannya belum sepenuhnya jernih. Anna menyadari apa yang terjadi padanya, gaun pengantin masih melekat di tubuh dengan air mata yang mulai mengering. “Jimmy,” gumamnya mengingat sang kekasih. Anna berlari menuju pintu, tapi sialnya terkunci! Dia mengetuknya kuat. “Buka! Buka!” teriaknya berulang. “Buka pintunya! Kumohon tolong aku!” Mendengar suara kunci diputar, Anna melangkah mundur. Was-was teringat pria bernama Arthur. Namun, yang tampak di depan matanya adalah seorang wanita paruh baya yang tersenyum penuh ketenangan. “Jangan takut, saya pelayan di rumah ini. Mari saya obati dulu kepala Nona, darahnya masih belum dibersihkan.” Memegang kepala bagian belakang, Anna sadar sebelumnya dia dipukul kuat. “Ayo, saya obati dulu. Tenang saja, saya tidak akan menyakiti Nona,” ucapnya menarik pelan tangan Anna untuk duduk di bibir ranjang. Perempuan itu melihat situasi dulu, sadar dirinya berada di Verona, Italia. “Saya tahu apa yang terjadi dengan Nona. Tapi jika Nona berfikiran untuk kabur, itu tidak akan terjadi. Ayah Nona sudah memberikan Nona pada Tuan Arthur. Saran saya, lebih baik Nona tidak melakukan hal yang membuat Tuan Arthur kesal.” “Calon suamiku menunggu, aku harus pergi.” “Bagaimanapun kacaunya diluar sana, Nona sudah menjadi milik Tuan Arthur sepenuhnya.” “Aku bukan barang. Dia tidak berhak atasku,” ucap Anna menahan emosi. “Aw!” “Maaf, Nona jangan banyak bergerak.” Wanita itu masih berusaha mengobati kepala Anna. “Berhenti menyentuhku, aku ingin pergi.” “Nona, diam sebentar. Hanya tinggal meneteskan obat saja.” “Menjauh dariku!” “Kau ingin kepalamu busuk huh?” suara seorang pria mengalihkan pandangan Anna. Menatap pada Arthur yang berdiri di ambang pintu dengan tatapannya yang tajam. Sang pelayan langsung pamit undur diri memberikan ruang. Anna beringsut mundur merasa waspada, apalagi ketika pria itu menunduk hingga wajah mereka sejajar. “Ayahmu menjualmu padaku, jadi kau tidak bisa kemana-mana sekarang.” “Ayahku tidak berhak atasku, hidupku adalah milikku.” “Dia berhak meskipun kau lahir dari rahim pel*cur.” Amarah Anna tidak dapat ditahan lagi. “Cuih!” dia meludahi pipi Arthur. Membuat pria itu terkekeh dan mengusap pipinya sebelum mencengkram dagu Anna dengan kuat. “Lepas─” “Diam,” ucap Arthur penuh penekanan, tangannya yang lain menjambak rambut Anna hingga perempuan itu menahan sakit dari luka yang masih basah. “Keberanianmu akan membuat sengsara. Kau milikku sekarang, aku bisa melakukan apapun padamu. Sesukaku.” Kemudian melepaskannya dengan kuat hingga Anna terjatuh ke atas ranjang. Dia merintih sambil memegangi kepalanya yang terasa sakit. “Tidak aneh kenapa kau tidak diingankan, kau lahir dari Rahim wanita yang menjijikan.” Arthur kembali menarik rambut Anna hingga perempuan itu bangkit duduk. “Akhh… sakit…,,” rintihnya menahan tangan Arthur yang meenjambak kuat. “Kalau kau mencoba kabur, aku akan menghukummu.” Anna menangis memegangi kepalanya yang terasa sakit. Arthur tanpa rasa kasihan melepaskannya kuat dan melangkah pergi dari sana. “Bereskan dia.” “Baik, Tuan,” jawab Maury kembali masuk ke dalam kamar. “Nona, mari saya obati lagi lukanya. Tolong jangan membuat Tuan Arthur marah, dia bukan orang yang pandai menahan emosi.” “Tolong…. Keluarkan aku dari sini….” “Nona tidak bisa pergi kemana-mana, Tuan Arthur memiliki banyak kuasa di Verona. Mari, saya bantu Nona berganti pakaian dengan yang lebih nyaman. Setelah ini, saya akan menyiapkan makan malam.” *** Anna sudah berganti pakaian. Gaun pengantinnya dibawa oleh wanita bernama Maury tersebut. Kembali dikunci dikamarnya, Anna hanya bisa menangis meratapi nasibnya. Namun, dia enggan menyerah. Anna ingin keluar dari sini. pintu dan jendela terkunci, Anna tidak punya akses sama sekali. Telinganya langsung waspada ketika mendengar kunci diputar. “Nona Anna? Saya bawakan makan malam, dan beberapa camilan untuk Nona.” Dua pelayan lain mengikuti dari belakang, menyimpan camilan di lemari. Juga mengisi kulkas kecil dengan minuman. “Kalau Nona perlu bantuan, bisa panggil saya. Tombol ini sebagai perantaranya, saya akan langsung datang kesini.” “Dimana pria itu?” “Tuan Arthur? Dia ada pertemuan penting dengan temannya.” “Apa dia tinggal sendirian disini?” Maury yang sedang menyusun makanan itu tersenyum. “Tuan Arthur menjalankan perusahaan Kakeknya disini. Dia keturunan Italia, tapi lahir dan besar di Chicago. Datang ke Italia juga paling sering satu bulan sekali.” “Jadi…. Dia tidak menetap disini? Hanya mengawasi perusahaan saja dan setelah itu kembali ke Chicago?” “Iya, Nona. Tapi Tuan akan menempati rumah ini selama tinggal di Italia.” Maury berdiri. “Silahkan menikmati makan malam anda.” Pintu kembali terkunci, membuat Anna mengintip keluar jendela. Diluar juga ada penjagaan, dia memperhitungkan bagaimana caranya keluar dari sini. Tahu kalau Arthur bukanlah pria yang akan memperlakukannya dengan baik. Namun, akan lebih baik dia kabur saat Arthur tidak ada. Anna pergi ke kamar mandi, dia menyumbat kloset dengan tissue dan handuk. Hingga air yang keluar tidak bisa mengalir. Menekan tombol supaya Maury kembali. “Apa yang Nona perlukan?” “Toiletnya tersumbat, aku perlu ke kamar mandi.” Maury menatap Anna seolah tahu apa yang ada didalam pikiran wanita tersebut. “Dengar, Nona. Jangan pernah berulah, Tuan Arthur sangat sensitive terhadap orang….. sejenis anda.” “Sensitive terhadap orang sejenisku?” anna terkekeh ketika tangannya dipegangi saat keluar dari kamar. “Saya menunggu diluar,” ucap Maury. “Claire, minta mereka berjaga di samping mansion.” “Baik, Maury.” Menduga kalau Anna akan kabur lewat jendela. Dan kenyataannya memang seperti itu, Anna menaiki westafel untuk melihat keluar jendela. “Sial,” umpatnya kesal. Sebelum melompat, Anna mengambil vas buka kaca untuk berjaga-jaga. Beruntung dia pernah mengikuti latihan bela diri, Anna menggapai jendela di atas kemudian melompat dan langsung memukul penjaga di bagian kepala. “Hei!” Saat Anna mendengarkan keributan, dia langsung berlari sambil memegang pecahan kaca. Tanpa ragu, Anna lukai mereka yang mendekat. “Lepaskan akuuu!” teriak Anna menusuk perut pria yang menahannya dari belakang. Mengabaikan darah yang bercucuran di tangan dan menyerang mereka semua tampa ampun. Anna hanya ingin keluar dari sini. BRUK! Sampai dia tidak sadar, berlari ke jalanan dan langsung tertabrak oleh mobil. Si pemilik mobil keluar dengan wajah panic. “s**t! Aku menabrak manusia.” Sementara Arthur yang keluar dari kursi penumpang itu tampak santai saja. “Tuan Arthur…” sang penjaga keluar gerbang dengan terengah, dan perut yang berdarah. “Dia…. Berusaha untuk kabur.” “Bawa dia masuk. Tempatkan di ruang bawah tanah.” “Baik, Tuan.” Menggendong Anna yang tidak sadarkan diri. “Kau mengenal dia Arthur?” tanya Reymond –Pria yang menyetir- “Perempuan itu dijual Ayahnya.” “Whoaaa.” Reymond tampak tenang sekarang. “Kau menerimanya?” Tanya dia heran. “Dia masih perawan,” jawab Arthur memilih berjalan menuju ke mansionnya. Reymond mengikuti dari belakang, melemparkan kunci pada penjaga untuk membawa mobilnya masuk. Dia dan Arthur baru saja selesai meeting. Dan ada yang harus mereka bicarakan secara pribadi di mansion Arthur. “Pantas saja kau menerimanya sebagai mainan. Tapi….. kau tidak memperlakukan mainanmu dengan baik, Arthur.” “Dia terlahir dari wanita jalanan.” Reymond langsung tertawa. “Aku paham.” *** Ruangan yang lembab, aroma jamur mengengat membangunkan Anna. Dia terbangun dengan sekujur tubuhnya yang terasa sakit. Berdesis kala merasa tangannya amat perih, Anna melihat masih ada pecahan kaca yang menusuk telapak tangannya. Dia berada di basement yang gelap. “To… tolong…,” rintih Anna mencoba bangun. Kakinya pincang saat melangkah. Hanya ada satu pintu, harus menaiki tangga kayu. Anna melangkah perlahan, tangannya berpegangan berusaha menahan penderitaan ini. Ditambah tenggorokannya yang kering, menelan saliva saja susah, rasanya sangat sakit. “Tolong keluarkan aku,” pintanya sambil mengetuk pintu. “Tolong…. Buka pintunya…. Aku berdarah.. tolong….” Sementara itu, Arthur dan Reymond sama-sama mendengar rintihan itu. Mereka tengah berdiskusi di perpustakaan. Ruang bawah tanah terhubung dengan tempat Arthur yang sedang menikmati wine. “Kau tidak mau membukanya?” tanya Reymond. “Peliharaan seperti dia harus tahu tempat,” jawab Arthur dengan santai. Saat seseorang masuk ke perpustakaan dengan nampan berisi obat-obatan, Arthur langsung menatapnya tajam. “Kau mau apa?” Maury gugup dengan tatapan tajam Arthur. “Dia terluka, Tuan. Izinkan saya mengobatinya.” “Biarkan dia disana selama tiga hari.” “Tapi… Tuan…” “Kenapa? disana ada air, dia bisa bertahan selama itu.” “Lukanya cukup dalam. dia memegang pecahan kaca dengan kuat.” Arthur tidak lagi menjawab, dia menyesap wine dengan ketidakpedulian. Maury langsung paham, dia keluar dari ruangan tersebut. Benar-benar membiarkan Anna menderita di ruang bawah tanah. Sekeras apapun tangisan Anna, tidak ada yang mendengarkan. Salah satu kakinya bahkan haruss diseret saat berjalan menuju kamar mandi. Anna meminum air kran untuk bertahan, tidur dengan alas lantai yang dingin dan kotor. Saat pintu terbuka, Anna sudah tidak bisa apa-apa lagi. Dia berbaring, dan hanya gerakan napas yang mengisyaratkan kalau dirinya masih hidup,. “Nona Anna.” Maury tampak khawatir. “Mari saya obati lukanya. Saya membawa obat dan makanan.” Membantu Anna duduk dan mengobati luka, menyuapinya dengan sup hangat juga. “Keluarkan aku dari sini,” pinta Anna dengan air mata menetes begitu saja. Pandangannya sudah kosong. “Satu hari lagi. Bertahan satu hari lagi dan anda akan kembali ke kamar yang nyaman.” “Aku ingin keluar dari tempat ini, Maury. Pria itu jahat.” “Anda tahu dia jahat. Dan tidak ada yang bisa anda lakukan lagi selain menurut padanya.” Maury mengobati Anna dengan terburu-buru. “Saya akan kembali nanti malam. Tetaplah bertahan.” “Kau mau meninggalkanku disini?” “Tuan Arthur akan lebih marah jika anda keluar sekarang.” Maury menyimpan makanan dan obat di rak yang sudah rapuh. dia juga membawakan selimut. “Jika Tuan Arthur datang, sembunyikan semua ini ya?” Anna menatap Maury dengan air mata yang menetes. “Terima kasih,” ucapnya. Dia tahu wanita paruh baya ini juga dibawah kuasa Arthur. Pintu basement kembali tertutup, meninggalkan Anna dalam ruang yang gelap dan hampa. Entah bagaimana kisah hidupnya nanti. Yang pasti, dia ada di tangan seorang iblis.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD