5.

1652 Words
Ara terlihat berjalan menuju lapangan untuk melihat kekasihnya itu latihan. Pikirannya masih di buat penasaran akan seorang wanita yang duduk di samping kirinya waktu itu, di tambah sikap Ali yang terlihat tidak sesantai dan ramah seperti hari-hari sebelumnya. Ara POV "Halo yaang! Aku udah mau mulai latihan, kelapang yah." "Iya,bentar aku ke sana." "Aku tunggu, love you!" "Iya." "Iya apa Ra?" "Love you too!" setelah mendengar itu Alex pun menutup telphone nya. "Sel gue mau nonton yang latian basket, bareng gak?" tanyaku pada Selina yang tak sengaja berpapasan di dekat lab. "Basket? Oh my god pastilah, kuy!" dengan semangat Selina berjalan mendahuluiku, aku pun mengejarnya. Di sepanjang perjalanan menuju lapang, tak hent-hentinya Selina berbicara mengenai 'betapa coolnya pemain basket', sedangkan aku hanya bisa mengiyakan saja. Sesaat setelah sampai di lapangan, sumpah aku sangat kaget dibuatnya, ternyata banyak juga yang menyukai permainan bola basket, lebih tepatnya para pemain bola basket hehe, sudahlah. Dengan susah payah aku meyelipkan tubuhku untuk mencapai tempat duduk kosong yang lumayan depan dan akhirnya aku berhasil. Latihanya belum di mulai, aku terdiam di antara yang lain, hingga... "Ra!" Untuk para gadis yang berada di dekatku sempat terdiam, melihat Alex yang menghampiriku, aku tersenyum kikuk. "Kamu duduk di sana biar bisa jelas liat akunya," ucap Alex padaku. Aku melirik sampingku, ragu. "Udah Lex, di sini aja." "Kamu kan mau liat aku latian, ayo!"" Alex menuntunku untuk duduk bersamanya. Alex ih di sana juga sama kan!cicitku, namun tak digubrisnya. "Kamu tunggu di sini, aku latihan dulu." Ujar Alex dan aku pun mengangguk paham. Setiap kali Alex memasukan bola pada ring, pekikan-pekikan aneh pun mulai bermunculan. Aku melihat sekitar dan ya, wanita itu ada di seberangku dan sesekali ia melirikku entah apa yang ada dipikirannya. Sudah hampir setengah jam aku menunggu Alex latihan dan sebagian yang melihat pun sudah meninggalkan lapangan. Aku benar-benar merasa bosan. Aku membuka media sosialku, biasa fans modal kuota hanya bisa berdoa dan melakukan stalking pada suami masa depanku 'Jeon Jungkook',hanya dalam hati karena Alex pasti akan marah nanti. Saat sedang asik tiba-tiba saja Reno datang menghampiri. "Woy lagi ngapain? Bukanya liat Alex latihan malah buka media sosial," tanya Reno padaku. "Gue bosen Ren, masih lama yah?" Reno mengangguk. "Lumayan," "Ren!!" "Kenapa lex?" "Gantiin gue, gue cape!" Reno pun bangkit untuk menggantikan Alex. "Sayang aku latian dulu yah," Pletak! Alex menjitak kepala Reno. "Gatel banget lu, cepet maen!" Ujar Alex. Alex pun mengahmpiri Ara yang tengah siap dengan air minum dan handuk kecil. "Gimana, permainan basket aku tadi, bagus 'kan?" Tanya Alex dan mengambil minum yang aku sodorkan. "Iya bagus, kalo minum duduk Lex..." ujarku Alex pun mengangguk dan duduk di sampingku. Ara POV off Alex terlihat sibuk mengelap keringat di wajah dengan bajunya, entah karena dorongan apa Ara menyodorkan tanganya dan mulai mengelap keringat Alex dengan handuk kecil yang sudah ia siapkan dari rumah. Awalnya Alex sedikit terkejut tetapi di detik kemudian ia kembali rileks. "Sini liat aku," pinta Ara. "Kamu gak bawa handuk?" Tanya Ara yang kini masih mengelap keringat Alex. "Sengaja gak bawa," jawab Alex yang kini menatap Ara. "Kenapa?" "Aku pengen liat, kamu perhatian gak, eh ternyata aku bener kamu bawa handuk plus minum lagi. Makasih honey..." ucap Alex tulus. "Nah awas aja kalo sampe kamu bilang aku gak perhatian! aku jitak kamu!" ancam Ara yang membuat Alex terkekeh geli. Saat Ara tengah telaten mengelap  wajah Alex yang masih berkeringat, tiba-tiba saja Ara melihat Ali masuk ke dalam lapangan. Ara terdiam, lalu tanpa sengaja Ara dan Ali beradu pandang secepat mungkin Ali berbalik tak jadi duduk untuk ikut melihat latihan basket kampusnya. "Loh dia kenapa? Kok liat gue langsung balik badan, apa gue buat salah yah..." pikir Ara bingung. "Ali?" Nama itu meluncur begitu saja dari mulut Ara. "Apa?" "Eh, enggak itu ada Ali lewat Lex..." Alex melihat kesekitar dan ternyata nihil, Alex tak melihat Ali sama sekali. "Dari tadi kamu mikirin dia?" Selidik Alex yang membuat Ara gelagapan. "Ak-aku gak mikirin dia, tadi beneran ada Ali, cuma pas liat aku dia muter balik." Jawab Ara lesu dan memancing kecurigaan Alex. "Kamu sedih karna dia ngehindarin kamu?" Ara menggeleng cepat. "JAWAB! LIAT AKU, aku tunangan kamu, kamu cuma boleh mikirin aku. Inget itu." Alex bangkit dari duduknya. "Alex maaf... kam-kamu mau ke mana?" tanya Ara was-was. Alex terus berjalan mengacuhkan pertanyaan Ara. "Woy Lex! Lu mau ke mana?" tanya Reno sedikit berteriak. "Gua mau nyari cowok b******k itu!" sahut Alex. Mendengar itu Ara langsung berlari mengejar Alex dengan terus menyebut namanya, hingga.. BRUKH!! "Aduh! awshh..." Alex kaget melihat seseorang terjatuh tepat di hadapanya. Karna dia seorang pria, ia pun membantunya. "Nadira, lo ngapain guling-guling di lapang?" tanya Alex sambil menbantunya berdiri. "Al--cewek itu apa Alex mengenalnya dan tadi siapa namanya Nad-nadira" gumam Ara yang berdiri tepat di belakang Alex. Ya, dia Nadira Maurenia teman kampus Alex walaupun tidak terlalu dekat, karena Alex selalu bersama Ara, tunangannya. "Gue mau ngasih lo minum, nih," ujar Nadira menyodorkan sebotol air mineral, Alex pun hendak menerimanya. "Jangan!" Alex dan Nadira mengalihkan pandanganya menatap Ara. "Emm... maksud aku maaf banget yah, Alex kan baru olahraga, gak bagus minum air dingin..." Ara mengambil air itu. Nadira terlihat kecewa. "Tapi kalo airnya udah gak dingin, pasti Alex minum kok." ucap Ara dengan memasukan airnya ke dalam tasnya. Alex tampak biasa saja. "Thanks ya nad, gue duluan!" Alex pun berlalu meninggalkan Ara dan Nadira. "Maaf yah bukannya--" Belum sempat Ara menuntaskan kalimatnya Nadira melengos pergi dan tanpa memedulikannya Ara pun langsung mengejar Alex. Dan Alex terlihat memasuki salah satu kelas. Kemudian, BRAKH... Alex membanting pintu yang mana itu adalah kelas Aliandra. Semua yang berada di kelas menatap Alex kaget dan penuh tanya. "Mana yang namanya Ali?" Hening. "JAWAAB! LO PADA PUNYA MULUT KAN!" sentak Alex saat tak mendapat jawaban dari seorang pun. "Alex udah Lex, Ali gak ada di kelas..." "DIEM KAMU!" sentak Alex dengan menunjuk Ara. "Aku bakalan diem kalo kamu juga diem, udaah Lex... malu," Alex mencengkram kuat bahu Ara hingga membuat Ara meringis. "Kamu bilang malu? KAMU YANG MALU-MALUIN, KAMU MASIH MAIN HATI SAMA COWOK SEDANGKAN KAMU UDAH PUNYA AKU!" "Alex aku maluu... " mungkin pikiran orang lain jika Ara memang benar-benar bermain api di belakang Alex. "Ara?" Ara pun berbalik. "Ali kam--" "Ouh, dateng juga lo!" ujar Alex dengan mencengkram erat kerah baju yang Ali pakai. "Eitss, apa-apaan lo?" tanya Ali yang kaget melihat perlakuan seperti itu. "LO YANG APA-APAAN BANCI!" sentak Alex. Ara semakin gelisah. "Alex udah Leex, Ali gak salah..." ucap Ara yang langsung dihadiahi tatapan tajam Alex, ia tertunduk. "GUE HARUS NGASIH PELAJARAN SAMA ORANG PENGECUT KAYAK DIA!" teriak Alex tepat di hadapan Ali, Ali terkekeh. "Apa lo gak salah bicara, heum? LO YANG PENGECUT! LO NYURUH ANAK BUAH LO BUAT MUKULIN GUE APA ITU BUKAN PENGECUT?" mendengar itu Alex langsung melepaskan cengkramanya dan menatap Ara yang terlihat sangat terkejut. "Ap-apa yang Ali maksud, Lex?" tanya Ara. "Ra dengerin ak--" "Kamu nyuruh anak buah kamu buat mukulin Ali?" tanya Ara memastikan. Ara sangat ingin meledak saat itu juga namun ia sadar, di dalam kelas ini banyak sekali orang. Dia bukan orang gila  yang teriak-teriak di depan umum kayak Alex, kecuali ia sudah tidak bisa menahan diri. "Hiikss... Ali maaf yah Li, lo jadi-" ucap Ara yang hendak memegang luka yang berada di sudut bibir Ali namun, ia urungkan. "Iya, kamu gak perlu minta maaf, ini bukan salah kamu." sahut Ali. Ara kembali menangis. "Ak-aku bener-bener minta maaf Li, sumpah aku-aku bener-bener malu Li... maaf..." Ara pun berlalu meninggalkan Alex. Ali tersenyum remeh pada Alex. "Gimana? Sekarang lo tau kalo Ara malu punya cowok kayak lo?" ujar Ali menepuk-nepuk bahu Alex. "SIALAN LO!" BUGH!! satu pukulan mendarat di wajah Ali dan Alex berlalu begitu saja. *** "Raaa! Ara!! Sayang dengerin aku!" teriak Alex sesaat setelah sampai di parkiran. "Apa? Kamu mau mukulin siapa lagi? Aku?" tanya Ara lelah. Alex terdiam. "Ak-aku tuh malu Lex, kamu selalu mukulin orang seenaknya." "Maaf karna aku udah buat kamu malu..." lirih Alex menyesal. "Hiikss...udahlah Lex, aku pulang." "Tunggu Ra, aku kayak gini karna dia suka sama kamu dan aku takut dia ngambil kamu dari aku!" ujar Alex pelan. "SETIAP COWOK YANG TEMENAN SAMA AKU PASTI KAMU BILANG DIA SUKA SAMA AKU! ANEH KAMU! Aku itu cuma Ara, bukan Selena gomez yang di sukai banyak orang. Aku gak secantik itu." kesal Ara. "Kamu gak bisa liat itu karena kamu nyaman sama apa yang dia lakuin. Aku mohon Ra, dont be blind. Dia bukan berteman sama kamu tapi dia mulai berteman dengan perasaan kamu, sekarang kamu liat dia pake pemikiran bukan perasaan. Kamu pasti akan tau apa yang sebenernya dia mau dari kamu... " ujar Alex memberi penjelasan. Ara tertegun mendengar penjelasan Alex. "Sekarang kamu masuk, aku anterin kamu pulang." Ara terdiam, ia tengah mencerna perkataan Alex, apa benar yang alex katakan, itu pikirnya. "Aku bilang masuk, jangan sampe aku bentak kamu." ancam Alex, Ara pun tersadar dan langsung memasuki mobil Alex. Selama di perjalanan tak ada satu kalimat bahkan kata yang keluar dari keduanya, sampai tak terasa mereka telah tiba di rumah Ara. "Makasih atas tumpanganya," ucap Ara. "Aku tunggu permintaan maaf kamu," ucap Alex yang membuat Ara terdiam tak percaya. "What? sebenernya siapa sih yang salah, kenapa jadi gue yang minta maaf!" kaget Ara dalam hati. "Tunggu, Lex!" Dengan semangat Alex berbalik karna ia kira Ara akan meminta maaf kepadanya. "Hem?" "Ini, air yang Dira kasih. Aku masuk ke rumah dulu, hati-hati!" Ara pun melengos pergi tanpa seulas senyum. Ara langsung memasuki kamarnya dan merenungkan segalanya. "Dulu waktu Alex mukulin Varo, Wildan dan semua laki-laki yang notabenya sahabat gue, gue gak pernah merasa semalu ini, ap-apa bener yang Alex ucapin kalo gue-ya ampun! Enggak! fokus ke Alex dong Ra... fokuus!!" rutuk Ara dalam hati. Sejenak terlupakan janji, sejenak terabaikan cintamu padaku, hampir saja ada bungan hati yang lain dihatiku. Jangan salahkan aku bila hampir ada yang lain dihatiku. Namun jangan takut aku akan mempertahankanmu dengan segala pengorbanan dan kasih sayang serta cinta yang kamu berikan untuku. I'll always love you.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD